Friday, March 30, 2018

PENELITIAN KORELASIONAL




Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel.[1]
Penelitian korelasi dilakukan, saat peneliti ingin mengetahui tentang ada atau tidaknya dan kuat lemahnya suatu hubungan variabel yang berkaitan dalam suatu objek atau subjek yang diteliti. Terdapatnya suatu hubungan dan tingkat variabel ini penting, karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian.[2]
Penelitian korelasi merupakan salah satu bagian penelitian ex-postfacto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi.[3]
Penelitian korelasi ini berhubunngan dengan penilaian antara dua atau lebih fenomena.jenis penelitian ini biasanya melibatkkan ukuran statistik tingkat/derajat hubungan,yang disebut korelasi (Syamsudin & Damiyanti: 2011). Adanya korelasi antara dua variabel atau lebih, tidak berarti adanya pengaruh atau hubungan sebab-akibat dari suatu variabel terhadap variabel lainnya. Korelasi positif berarti nilai yang tinggi dalam suatu variabel berhubungan dengan nilai yang tinggi pada variabel yang lain. Korelasi negatif berarti nilai yang tinggi pada suatu variabel berhubungan dengan nilai yang rendah pada variabel lainnya. Korelasi yang tinggi antara tinggi badan dan berat badan, tidak berarti badan yang tinggi menyebabkan badan yang berat, tetapi antara keduanya memiliki hubungan kesejajaran. Bisa juga terjadi yang sebaliknya yaitu ketidaksejajaran (korelasi negatif), badan yang tinggi tetapi berat yang rendah (ringan).[4]
Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mengidentifikasi hubungan prediktif dengan menggunakan teknik korelasi atau teknik statistik. Hasil penelitian korelasional juga mempunyai implikasi untuk pengambilan keputusan.[5] Secara khusus, tujuan penelitian korelasional adalah: (1) untuk mencari bukti terdapat tidaknya hubungan (korelasi) antarvariabel, (2) bila sudah ada hubungan, untuk melihat tingkat keeratan hubungan antarvariabel, dan (3) untuk memperoleh kejelasan dan kepastian apakah hubungan tersebut berarti (meyakinkan/significant) atau tidak berarti (tidak berarti/insignificant).[6]

Proses Dasar Penelitian Korelasional
Ada beberapa langkah yang dilakukan dalan penelitian korelasional antara lain meliputi identifikasi masalah, pemilihan instrumen dan sampel, merumuskan desain dan prosedur penelitian, merumuskan teknik analisis data dan interpretasi.
Pemilihan Masalah
Studi korelasional dapat dirancang untuk menentukan variabel mana dari suatu daftar yang mungkin berhubungan maupun untuk menguji hipotesis mengenai hubungan yang diharapkan. Variabel yang dilibatkan harus diseleksi berdasarkan penilaian deduktif dan penalaran induktif. Dengan kata lain, hubungan yang akan diselidiki harus didukung oleh teori atau diturunkan dari pengalaman.[7]
Sampel dan Pemilihan Instrumen
Sampel untuk studi korelasional dapat dipilih dengan memakai metode sampling yang bisa diterima, dan 30 subjek dirasa sebagai ukuran sampel minimal yang bisa diterima. Dalam suatu penilitian, merupakan hal penting untuk memilih dan mengembangkan pengukuran yang reliabel dan valid terhadap suatu variabel yang hendak diteliti. Bila variabel tidak memadai dikumpulkan, maka koefisien korelasi yang diperoleh akan mewakili estimasi tingkat korelasi yang kurang bahkan tidak akurat. Kemudian bila pengukuran yang dilakukan tidak secara nyata benar-benar mengukur variabel yang diinginkan, maka koefisien yang dihasilkan tidak akan mengindikasikan hubungan yang diinginkan.[8]
Desain dan Prosedur
Desain korelasional dasar tidaklah rumit; dua atau lebih skor yang diperoleh dari setiap jumlah sampel yang dipilih, satu skor untuk setiap variabel yang diteliti, dan skor berpasangan kemudian dikorelasikan. Koefisien korelasi yang dihasilkan mengindikasikan tingkatan atau derajat hubungan antara kedua variabel tersebut. Studi yang berbeda menyelidiki sejumlah variabel, dan beberapa penggunaan prosedur statistic yang kompleks, namun desain dasar tetap sama dalam semua studi korelasional.[9]
Analisis Data dan Interpretasi
Bila dua variabel dikorelasikan hasilnya adalah koefisien korelasi. Suatu koefisien korelasi angka desimal, antara 0,00 dan + 1,00, atau 0,00 dan – 1,00, yang mengindikasikan derajat hubungan dua variabel. Jika koefisien mendekati + 1,00; kedua variabel tersebut mempunyai hubungan positif. Hal ini berarti bahwa seseorang dengan skor yang tinggi pada suatu variabel akan memiliki skor yang tinggi pula pada variabel yang lain, suatu peningkatan pada suatu variabel berhubungan/diasosiasikan dengan peningkatan pada variabel lain. Jika koefisien korelasi tersebut mendekati 0,00 kedua variabel tidak berhubungan. Hal ini berarti bahwa skor seseorang pada suatu variabel tidak mengindikasikan skor orang tersebut pada variabel lain. Jika koefisien tersebut mendekati -1,00, kedua variabel memiliki hubungan yang sebaliknya(negatif). Hal ini berarti bahwa seseorang dengan skor tinggi pada suatu variabel akan memiliki skor yang rendah pada variabel lain; peningkatan pada suatu akan diasosiasikan dengan penurunan pada variabel lain, dan sebaliknya
Interpretasi suatu koefisien korelasi tergantung pada bagaimana ia akan digunakan. Dengan kata lain, seberapa besar ia diperlukan agar bermanfaat tergantung pada tujuan perhitunganya. Dalam studi yang dirancang untuk menyelidiki atau hubungan yang dihipotesiskan, suatu koefisien korelasi diinterprestasikan dalam istilah signifikansi statistiknya. Dalam studi prediksi,signifikansi statistik merupakan nilai kedua dari koefisien dalam memudahkan prediksi yang akurat. Signifikansi statistik mengacu pada apakah koefisiensi yang diperoleh berbeda secara nyata dari zero (0) dan mencerminkan suatu hubungan yang benar,bukan suatu kemungkinan hubungan, keputusan berdasarkan signifikansi statistik dibuat pada suatu level kemungkinan (probability) yang diberikan. Dengan kata lain, berdasarkan ukuran sampel yang diberikan, anda tidak dapat menentukan secara positif apakah ada atau tidak ada hubungan yang benar antara dua variabel,tetapi anda dapat mengatakan secara probabilitas ada atau tidak ada hubungan. Untuk menentukan signifikansi statistik, anda hanya mengonsultasikanya pada tabel yang dapat mengatakan pada anda seberapa besar koefisiensi anda diperlukan untuk menjadi signifikan pada level probabilitas yang diberikan. Untuk level probabillitas yang sama, atau level signifikansi yang sama, koefisien yang besar diperlukan bila sampel yang lebih kecl dilibatkan. Kita secara umum memiliki lebih banyak bukti dalam koefisien yang berdasarkan pada 100 subjek daripada 10 subjek. Dengan demikian, sebagai contoh, pada level bukti 95% dengan 10 kasus, anda akan memerlukan sekurangnya koefisien 0,6319 agar dapat menyimpulkan eksistensi suatu hubungan; di pihak lain, dengan 102 kasus anda hanya memerlukan koefisiensi 0,1946. Konsep ini berarti bahwa anda memerhatikan kasus tersebut ketika anda akan mengumpulkan data pada setiap anggoa populasi, bukan hanya sampel. Dalam kasus ini, tidak ada kesimpulan yang dilibatkan, dan tanpa memerhatikan seberapa kecil koefisiensi korelasi yang ada, itu akan mewakili derajat korelasi yang benar antara variabel untuk populasi tersebut.
Ketika penginterprestasian suatu koefisien korelasi, anda harus selalu ingat bahwa anda hanya berbicara tentang suatu hubungan, bukan hubungan sebab-akibat. Koefisiensi korelasi yang signifikan mungkn menyarankan hubungan sebab-akibat tetapi tidak menetapkanya. Hanya ada satu cara untuk menetapkan hubnungan sebab-akibat, yaitu eksperimen. Bila seseorang menemukan hubungan yang dekat antara dua variabel, hal itu sering sekali menggoda untuk menyimpulkan bahwa satu menyebabkan lain. Dalam kenyataan, itu mungkin tidak saling memengaruhi; mungkin terdapat variabel ketiga yang memengaruhi kedua variabel.[10]

Rancangan Penelitian Korelasional
Korelasi Bivariat
Rancangan penelitian bivariat adalah suatu rancangan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan antara dua variabel diukur. Hubungan tersebut memiliki tingkatan dan arah. Tingkat hubungan biasanya diungkapkan dalam angka antara -1 dan +1, yang dinamakan koefisien korelasi. Korelasi zero (0) mengindikasikan tidak ada hubungan. Koefisien korelasi yang bergerak ke arah -1 atau +1, merupakan korelasi sempurna pada kedua ekstrem. Suatu korelasi negatif berarti bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin rendah pula skor pada variabel lain atau sebaliknya. Korelasi positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain atau sebaliknya.
Regresi dan Prediksi
Jika terdapat korelasi antara dua variabel, dan kita mengetahui skor pada salah satu variabel, skor pada variabel ke dua dapat diprediksikan. Regresi merujuk pada seberapa baik kita dapat membuat prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik -1 maupun +1 prediksi kita dapat lebih baik.
Regresi Jamak
Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan penambahan beberapa variabel. Apa yang kita prediksikan disebut variabel kriteria. Sedangkan apa yang kita gunakan untuk membuat prediksi, variabel-variabel yang sudah diketahui disebut variabel prediktor.
Analisis Faktor
Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar variabel dikorelasikan dan terdapatnya antar korelasinya yang tinggi mengindikasikan suatu faktor penting yang umum.
Rancangan Korelasi yang Digunakan untuk Membuat Kesimpulan Kausal
Terdapat dua rancangan yang dapat digunakan untuk membuat pernyataan-pernyataan tentang sebab dan akibat menggunakan metode korelasional. Rancangan tersebut adalah rancangan analisis jalur dan rancangan panel lintas akhir. Analisis jalur digunakan untuk menentukan mana dari sejumlah jalur yang menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya. Desain panel lintas akhir mengukur dua variabel pada dua titik sekaligus.
Analisis Sistem
Desain ini melibatkan penggunaan prosedur matematika yang kompleks untuk menentukan proses dinamik, seperti perubahan sepanjang waktu, jerat umpan balik, serta unsur dan aliran hubungan.[11]
Kesalahan dalam Penelitian Korelasional
·         Peneliti berasumsi bahwa korelasi merupakan bukti sebab akibat.
·         Peneliti bertumpu pada pendekatan sekali tembak.
·         Peneliti memilih statistik yang tidak tepat.


[1] https://bintangkecilungu.wordpress.com/2010/10/31/metode-penelitian-korelasional-2/
[2] http://ayo-nambah-ilmu.blogspot.co.id/2016/06/metode-penelitian-korelasional-tujuan.html
[3] https://amanahtp.wordpress.com/2011/11/24/penelitian-korelasional/
[4] https://pangeransastra.wordpress.com/2014/10/13/penelitian-deskriptif-kuantitatif-penelitian-korelasi-dan-penelitian-ekspos-fakto/
[5] http://andriew.blogspot.co.id/2015/05/penelitian-korelasional.html
[6] http://cahayacintablog.blogspot.co.id/2013/02/penelitian-korelasi.html
[7] http://yudi-wiratama.blogspot.co.id/2014/01/proses-dasar-penelitian-korelasional.html
[8] http://ayo-nambah-ilmu.blogspot.co.id/2016/06/metode-penelitian-korelasional-tujuan.html
[9] http://eka-merdekawati.blogspot.co.id/2011/11/metode-penelitian-korelasional.html
[10] http://jati-rinakriatmaja.blogspot.co.id/2013/02/contoh-penelitian-korelasional.html
[11] http://yudi-wiratama.blogspot.co.id/2014/01/rancangan-penelitian-korelasional.html

Monday, March 26, 2018

TEKNIK SAMPLING





Penelitian pada dasarnya merupakan aktifitas menggali informasi atau mengumpulkan data untuk tujuan dan kepentingan tertentu. Tahap awal dalam penelitian adalah memilih atau menetapkan populasi yang akan diteliti. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek/obyek yang ditentukan oleh peneliti dengan pertimbangan berdasarkan kualitas dan karakteristik tertentu guna dipelajari dan ditarik kesimpulan. Populasi bukan hanya terdiri atas sejumlah manusia saja tetapi meliputi obyek atau benda alam lainnya. Populasi tidak terbatas pada jumlah benda saja melainkan juga meliputi seluruh karakteristik/sifat yang melekat pada subyek/obyek.
Populasi yang dipilih dalam suatu penelitian terkadang memiliki wilayah yang luas dan memiliki jumlah anggota atau unsur yang banyak dan beragam. Populasi tersebut bagi peneliti tentunya sangat sulit dipelajari secara keseluruhan mengingat keterbatasan tenaga, waktu dan dana yang dimiliki peneliti. Hal itu menjadi pertimbangan bagi peneliti untuk mengambil sampel yang bersifat representatif (mewakili) dari keseluruhan populasi. Teknik pengambilan sampel sangat bergantung pada karakteristik suatu populasi. Populasi pada umumnya terbagi menjadi dua jenis yakni populasi homogen dan heterogen. Teknik sampling yang digunakan pada populasi homogen tentu berbeda dengan teknik sampling yang diterapkan pada populasi heterogen.
“Menurut Endang Mulyatiningsih setiap penelitian membutuhkan teknik sampling yang tepat sesuai dengan populasi sasaran yang diteliti”[1]
Metode sampling yang diterapkan pada populasi yang sifatnya homogen biasanya lebih sederhana dibanding metode sampling yang diterapkan pada populasi yang memiliki karakteristik heterogen. Pemilihan metode sampling yang hendak digunakan harus tepat, karena bila metode samplingnya salah maka data yang didaptakan juga salah dan kesimpulan yang ditarik otomatis akan meleset. Oleh karena itu teknik sampling memiliki kedudukan yang sangat penting dalam aktifitas penelitian.
Menginat betapa pentingnya mempelajari teknik sampling maka penulis disini bermaksud mengupas tuntas tentang teknik sampling dengan bahasa yang mudah dipahami pembaca.
Teknik Sampling
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi. Sampel yang diambil harus bersifat representatif agar data yang didapat mampu memberi gambaran populasi secara menyeluruh.
Menurut Sugiyono “Bila sampel yang digunakan tidak representatif, maka ibarat orang buta disuruh menyimpulkan karakteristik gajah. Satu orang memegang telinga gajah, maka ia menyimpulkan gajah itu seperti kipas. Orang kedua memegang badan gajah, maka ia menyimpulkan gajah itu seperti tembok besar. Satu orang lagi memegang ekor gajah, maka ia menyimpulkan gajah itu kecil seperti seutas tali. Begitulah kalau sampil yang dipilih tidak representatif, maka ibarat tiga orang buta itu yang membuat kesimpulan salah tentang gajah.” [2]
Adapun teknik sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel.[3] Teknik sampling sangat berguna sebagai metode untuk menentukan sampling yang akan dipakai. Penggunaan teknik ini hanya berlaku untuk untuk populasi yang besar saja, sedangkan untuk populasi yang kecil tidak perlu menggunakan teknik sampling karena bisa dijangkau secara menyeluruh. Secara garis besar teknik sampling dibagi menjadi dua jenis, yaitu probability sampling dan non probability sampling.
Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik mengambil sampel dengan memberikan peluang yang sama bagi unsur populasi. Teknik ini meliputi simple random sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified random sampling, cluster sampling.[4]
Simple random sampling adalah teknik pengambilan sampel secara sederhana. Dikatakan sederhana karena dalam pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan stratifikasi dalam populasi tersebut. Teknik ini hanya cocok untuk populasi yang berifat homogen.[5]
Proportionate stratified random sampling adalah metode pengambilan sampel secara acak berdasarkan strata. Teknik ini digunakan pada populasi yang bersifat heterogen dan berstrata secara proporsional. Sebelum pengambilan sampel, anggota populasi harus dikelompokkan berdasarkan strata. Jumlah sampel dan metode pengambilan sampel ditentukan setelah pengelompokan tersebut.[6]
Disproportionate stratified random sampling adalah teknik yang digunakan untuk menentukan jumlah sempel bila populasi berstrata tapi kurang proposional.[7] Berdasarkan teknik ini, sampel pada masing-masing strata diambil dalam jumlah yang sama tanpa memperhatikan jumlah populasinya.
Cluster sampling (Area Sampling) adalah teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas. Teknik ini biasanya dipilih ketika keseluruhan daftar populasi tidak tersedia atau tidak mungkin mengumpulkan daftar populasi yang akan diteliti. Pada umumnya, subpopulasi sudah tersedia, hanya saja tidak ada daftar lengkap anggotanya yang akan diteliti. Subpopulasi tersebut merupakan klaster.[8]
Penggunaan metode ini terbagi menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah menetapkan lokasi yang dijadikan sebagai sampel. Tahap kedua menentukan orang-orang yang berada di wilayah tersebut untuk dijadikan sampel.
Non Probability Sampling
Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.[9] Teknik ini meliputi sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh, snowball.
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Contoh Sampling Sistematis, anggota populasi yang terdiri dari 100 orang, dari semua semua anggota populasi itu diberi nomor urut 1 sampai 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan mengambil nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk itu maka yang diambil sebagai sampel adalah nomor urut 1, 5, 10, 15, 20 dan seterusnya sampai 100.[10]
Kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Sebagai contoh, sebuah penelitian tentang pendapat masyarakat terhadap pelayanan masyarakat dalam urusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Jumlah sampel yang ditentukan 500 orang. Kalau pemenuhan data belum memenuhi kuota 500 orang tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai.
Bila pengumpulan data dilakukan secara kelompok yang terdiri atas 5 orang pengumpul data, maka setiap anggota kelompok harus dapat menhubungi 100 orang anggota sampel, atau 5 orang tersebut harus dapat mencari data dari 500 anggota sampel.[11]
Aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu sesuai sebagai sumber data.[12]
Purposive adalah teknik mengambil sampel secara sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu.[13] Sebagai contoh misalnya melakukan penelitian tentang kualitas makanan maka sampel sumbernya haruslah ahli makanan.
Jenuh adalah teknik penentuan sampel dengan menggunakan semua anggota populasi sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila  jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah  lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.[14]
Snowball adalah metode untuk mengidentifikasi, memilih dan mengambil sampel dalam suatu jaringan atau rantai hubungan yang menerus.[15] Sampel yang diambil mula-mula jumlah kecil kemudian berkembang menjadi besar. Metode ini cocok digunakan untuk melacak provokator kerusuhan.
Demikianlah sekilah uaraian tentang teknik sampling semoga bermanfaat bagi para pembaca sekalian dan menambah wawasan dalam mempelajari metode penelitian terutama bagi mahasiswa sarjana tingkat akhir guna mempersiapkan skripsi.


[1] Endang Mulyatiningsih, Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan, (Bandung, Alfabeta :2013), hlm: 11
[2] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, R&D, (Bandung, Alfabeta : 2013), hlm :118
[3] http://statistikaikip.blogspot.co.id/2015/05/pengertian-teknik-samplingpengambilan.html
[4] http://zesy-rahantoknam.blogspot.co.id/2010/01/probability-sampling-dan-non.html
[5] https://www.statistikian.com/2018/02/pengertian-simple-random-sampling.html
[6] http://www.portal-statistik.com/2014/02/sampel-acak-berstrata-atau-stratified.html
[7] https://temankuyangsempurna.wordpress.com/tag/disproportionate-stratified-random-sampling/
[8] http://sosiologis.com/teknik-sampling
[9] https://sugithewae.wordpress.com/2012/12/08/teknik-sampling/
[10] http://gerrytri.blogspot.co.id/2013/06/teknik-pengambilan-sampel-dalam.html
[11] https://charlessigaulian.blogspot.co.id/2013/12/populasi-sampel-dan-sampling.html?showComment=1522035908571#c4786424766415162521
[12] https://www.statistikian.com/2017/06/teknik-sampling-dalam-penelitian.html
[13] http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-teknik-purposive-sampling-menurut-para-ahli/
[14] https://www.eurekapendidikan.com/2015/09/defenisi-sampling-dan-teknik-sampling.html
[15] https://noniaryanti.wordpress.com/2016/05/17/snowball-sampling/

Saturday, March 24, 2018

METODE PENGUMPULAN DATA





Penelitian adalah suatu proses investigasi yang dilakukan dengan aktif, tekun, dan sistematis, yang bertujuan untuk menemukan, menginterpretasikan, dan merevisi fakta-fakta. Penyelidikan intelektual ini menghasilkan suatu pengetahuan yang lebih mendalam mengenai suatu peristiwa, tingkah laku, teori, dan hukum, serta membuka peluang bagi penerapan praktis dari pengetahuan tersebut. Istilah ini juga digunakan untuk menjelaskan suatu koleksi informasi menyeluruh mengenai suatu subjek tertentu, dan biasanya dihubungkan dengan hasil dari suatu ilmu atau metode ilmiah. Kata ini diserap dari kata bahasa Inggris research yang diturunkan dari bahasa Perancis yang memiliki arti harfiah "menyelidiki secara tuntas".[1]
Penelitian bertujuan untuk mencari, menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Penelitian juga sering dilaksanakan untuk mencari solusi atau memecahkan suatu permasalahan yang berkembang.[2] Berdasarkan tujuannya, penelitian dibagi menjadi dua jenis yaitu penelitian dasar dan penelitian terapan. Penelitian dasar (basic research) atau bisa disebut penelitian murni merupakan penelitian yang diperuntukkan bagi pengembangan suatu ilmu pengetahuan serta diarahkan pada pengembangan teori-teori yang ada atau menemukan teori baru. Penelitian terapan merupakan penelitian yang dikerjakan dengan maksud untuk menerapkan, menguji, dan mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapakan dalam pemecahan permasalahan praktis.[3]
Berdasarkan jenis data penelitian dibagi menjadi dua yaitu penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang berpola investigasi dimana data-data dan pernyataan di peroleh dari hasil interaksi langsung antara peneliti, objek yang diteliti dan orang-orang yang ada di tempat penelitian. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif.[4] Sedangkan penelitian kuantitatif adalah Adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pengukuran secara obyektif terhadap fenomena social. Untuk dapat melakukan pengukuran, setiap fenomena social di jabarkan kedalam beberapa komponen masalah, variable dan indicator. Setiap variable yang di tentukan di ukur dengan memberikan symbol – symbol angka yang berbeda – beda sesuai dengan kategori informasi yang berkaitan dengan variable tersebut. Dengan menggunakan symbol – symbol angka tersebut, teknik perhitungan secara kuantitatif matematik dapat di lakukan sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang belaku umum di dalam suatu parameter.[5]
Pengumpulan data dalam proses penelitian baik kualitatif maupun kuantitatif merupakan bagian terpenting dari penelitian itu sendiri. Aktivitas penelitian tidak akan terlepas dari keberadaan data yang merupakan bahan baku informasi untuk memberikan gambaran spesifik mengenai obyek penelitian. Data adalah fakta empirik yang dikumpulkan oleh peneliti untuk kepentingan memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian. Data penelitian dapat berasal dari berbagai sumber yang dikumpulkan dengan menggunakan berbagai teknik selama kegiatan penelitian berlangsung.[6] Data-data yang terkumpul kemudian dianalisis dan disimpulkan sehingga menjadi sebuah teori. Kualitas dan kesesuaian data yang didapatkan sangat bergantung pada metode dan alat pengumpul data yang digunakan. Oleh karena itu metode dan instrumen data yang dipilih dalam suatu penelitian haruslah tepat. Kesalahan yang dilakukan dalam proses pengumpulan data akan membuat proses analisis menjadi sulit. Selain itu hasil dan kesimpulan yang akan didapat pun akan menjadi rancu apabila pengumpulan data dilakukan tidak dengan benar.[7]
Metode pengumpulan data pada dasarnya merupakan cara yang dipilih oleh seorang peneliti untuk mendapatkan data. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian.[8] Adapun jenis-jenis metode pengumpulan data meliputi wawancara, observasi, quesioner, dokumentasi.
Wawancara
Wawancara adalah percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi yang tepat dari narasumber yang terpercaya. Wawancara dilakukan dengan cara penyampaian sejumlah pertanyaan dari pewawancara kepada narasumber.[9] Data yang didapatkan dari metode tersebut berbentuk kutipan kutipan dari pernyataan narasumber. Metode wawancara dibagi menjadi dua jenis yakni wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilaksanakan secara terencana dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang tidak berpedoman pada daftar pertanyaan.[10] Adapun instrumen yang digunakan oleh pewawancara antara lain recorder dan pedoman wawancara.
Observasi
Observasi adalah salah satu teknik yang dilakukan dalam penelitian, berupa sebuah aktivitas yang dilakukan terhadap suatu proses atau objek dengan tujuan memahami dan merasakan pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya. Instrumen yang digunakan dalam aktifitas observasi adalah kamera dan pedoman observasi. Kamera digunakan untuk menangkap gambar atau merekam aktifitas dari subyek penelitian. Pedoman observasi dapat berupa lembar pengamatan atau check list. Cara kerja dari lembar pengamatan adalah dengan menulis perilaku yang telah diamati atau memberi tanda centang dan memberi nilai pada lembar pengamatan terkait perilaku yang diamati.[11]
Quesioner
Quesioner merupakan sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan Quesioner kita dapat mengetahui keadaan atau data pribadi seseorang, pengalaman atau pengetahuan dan lain-lain yang dimilikinya.
Quesioner merupakan instrumen pengumpulan data atau informasi yang dioperasionalisasikan ke dalam bentuk item atau pertanyaan. Penyusunan Quesioner dilakukan dengan harapan dapat mengetahui variable-variabel apa saja yang menurut responden merupakan hal yang penting . Tujuan penyusunan Quesioner adalah untuk memperbaiki bagian-bagian yang dianggap kurang tepat untuk diterapkan dalam pengambilan data terhadap responden.
Quesioner dapat didefinisikan sebagai daftar pertanyaan yang akan digunakan oleh periset untuk memperoleh data dari sumbernya secara langsung melalui proses komunikasi atau dengan mengajukan pertanyaan.[12]
Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu cara yang dilakukan untuk menyediakan dokumen dengan menggunakan bukti yang akurat dari pencatatan sumber informasi khusus dari sebuah karangan atau tulisan, wasiat, buku, undang-undang dan lain sebagainya. Atau dengan kata lain, pengertian dokumentasi secara umum adalah suatu pencarian, penyelidikan, pengumpulan, pengawetan, penguasaan, pemakaian dan penyediaan dokumen.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), pengertian dokumentasi adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan informasi di bidang pengetahuan; pemberian atau pengumpulan bukti dari keterangan seperti gambar, kutipan, guntingan koran, dan bahan referensi lain.[13] Adapun fungsi dokumentasi yaitu memberikan informasi mengenai isi dokumen bagi yang memerlukan, menyiapkan alat bukti dan data mengenai keterangan dokumen,     menyimpan dan menyelamatkan fisik setiap isi dokumen, menjaga dokumen dari kerusakan,     menyiapkan isi dokumen sebagai bahan penelitian para ilmuwan, mengembangkan koleksi dokumen bagi bangsa dan negara, serta dapat menjamin keutuhan dan keotentikan infomasi yang termuat dalam dokumen.[14]
Demikianlah uraian tentang metode pengumpulan data penelitian. Semoga dapat memberikan pencerahan bagi pembaca. Apabila ada pertanyaan, kritik maupun saran silahkan komen pada kolom yang tersedia.


[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian
[2] http://rangkumanmateriips.blogspot.co.id/2014/10/pengertian-dan-tujuan-penelitian.html
[3] https://idtesis.com/jenis-jenis-penelitian/
[4] http://www.kamusq.com/2013/06/penelitian-kualitatif-adalah-pengertian.html
[5] http://zonainfosemua.blogspot.co.id/2011/01/pengertian-metode-penelitian-kualitatif.html
[6] https://csuryana.wordpress.com/2010/03/25/data-dan-jenis-data-penelitian/
[7] http://ciputrauceo.net/blog/2016/2/18/metode-pengumpulan-data-dalam-penelitian
[8] http://belajarpsikologi.com/metode-pengumpulan-data/
[9] https://id.wikipedia.org/wiki/Wawancara
[10] https://prastna.wordpress.com/tag/jenis-jenis-wawancara/
[11] Endang Mulyatiningsih, Metode Penelitian Terapan, (Bandung , Alfabeta : 2013), hlm : 26
[12] http://definisidanpengertian.blogspot.co.id/2011/02/pengertian-kuesioner.html
[13] http://www.pelajaran.co.id/2017/28/pengertian-dokumentasi-menurut-para-ahli-fungsi-tujuan-peranan-kegiatan-dokumentasi.html
[14] https://www.sekolahpendidikan.com/2017/11/pengertian-dokumentasi-fungsi-tujuan.html#