Showing posts with label Tausiyah. Show all posts
Showing posts with label Tausiyah. Show all posts

Thursday, June 29, 2017

MENJADIKAN SYAWAL SEBAGAI BULAN PENINGKATAN


Bulan Ramadhan telah berakhir setelah sebulan penuh kita berpuasa. Bulan ramadhan merupakan bulan pendidikan bagi umat Islam. Umat Islam di bulan tersebut tidak hanya diwajibkan berpuasa dalam artian menahan lapar dan dahaga saja, melainkan diperintahkan untuk menahan diri dari perbuatan yang merusak puasa seperti bersenandau gurau, berbicara porno, ghibah, berdebat dan lain sebagainya. Intinya puasa bagi umat Islam adalah ibadah yang mengajarkan seorang hamba agar mampu mengendalikan hawa nafsu agar meraih derajat takwa. Untuk menjaga diri dari perbuatan yang merusak puasa maka umat Islam dianjurkan untuk mengisi waktu selama bulan ramadhan dengan memperbanyak dan meningkatkan amal ibadah seperti membaca Al-Qur’an kalau bisa sampai khatam, memperbanyak amalan sunnah, dan berfastabiqul khoirot.
Salah satu tanda diterimanya ibadah puasa kita selama ramadhan adalah istiqomah dalam beramal shalih bahkan meningkat amal shalihnya dibulan berikutnya yakni bulan syawal.
Ibnu Rajab Al-Hambali Rahimahullah berkata “Kembali lagi melakukan puasa setelah puasa Ramadhan, itu tanda diterimanya amalan puasa Ramadhan. Karena Allah jika menerima amalan seorang hamba, Allah akan memberi taufik untuk melakukan amalan shalih setelah itu. Sebagaimana dikatakan oleh sebagian ulama, ‘Balasan dari kebaikan adalah kebaikan selanjutnya.’ Oleh karena itu, siapa yang melakukan kebaikan lantas diikuti dengan kebaikan selanjutnya, maka itu tanda amalan kebaikan yang pertama diterima. Sedangkan yang melakukan kebaikan lantas setelahnya malah ada kejelekan, maka itu tanda tertolaknya kebaikan tersebut dan tanda tidak diterimanya.[1]
Berdasarkan keterangan di atas, pesan yang tersirat adalah tanda bahwa suatu amal kebaikan itu diterima yakni apabila kebaikan tersebut diikuti kebaikan selanjutnya. Artinya setelah seorang hamba selesai melakukan amalan ibadah kemudian tergerak untuk melakukan suatu kebaikan maka itu tandanya ibadahnya diterima.
Bulan syawal merupakan bulan yang menjadi cerminan diterima atau tidaknya ibadah puasa kita. Apabila kita melanjutkan kebiasaan beramal shalih selama ramadhan di bulan selanjutnya yakni di bulan syawal berarti amal ibadah kita selama bulan ramadhan itu diterima atau paling tidak membekas dalam bentuk kebaikan selanjutnya.
Tak ada salahnya menjadikan bulan syawal sebagai sarana untuk meningkatkan amal ibadah kita walaupun bulan syawal secara bahasa tidak ada sangkut pautnya dengan peningkatan. Secara bahasa bulan syawal berarti mengangkat atau menegakkan.
Ibnul ‘Allan asy Syafii mengatakan, “Penamaan bulan Syawal itu diambil dari kalimat Sya-lat al Ibil yang maknanya onta itu mengangkat atau menegakkan ekornya. Syawal dimaknai demikian, karena dulu orang-orang Arab menggantungkan alat-alat perang mereka, disebabkan sudah dekat dengan bulan-bulan haram, yaitu bulan larangan untuk berperang.”(Dalil al Falihin li Syarh Riyadh al Shalihin).[2]
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit. (HR. Muslim no. 783)[3]. Berdasarkan dalil tersebut maka disimpulkan bahwa umat Islam dalam beramal shalih tidak boleh sebatas musiman saja dalam arti selama bulan ramadhan melainkan harus istiqomah dibulan selanjutnya.
Sebagian ulama berkata Sejelek-jelek orang adalah yang hanya rajin ibadah di bulan Ramadhan saja. Sesungguhnya orang yang sholih adalah orang yang rajin ibadah dan rajin shalat malam sepanjang tahun.[4] Oleh karena itu agar kita tidak masuk ke dalam golongan yang tercela menurut ulama, maka marilah kita lanjutkan kebiasaan beramal shalih selama Ramadhan di bulan Syawal ini, misalnya dengan melanjutkan berpuasa sunnah di bulan syawal atau istiqomah falam melaksanakan qiyamul lail. Selain itu apabila kita istiqomah dalam beramal shalih maka kita kan termasuk ke dalam golongan yang dicintai oleh Allah SWT, sebagaimana yang disinggung dalam hadits di atas. Selanjutnya marilah kita jadikan bulan syawal ini sebagai bulan untuk berfastabiqul khairat agar kita layak untuk menyandang gelar hamba yang bertakwa.





[1] https://rumaysho.com/11375-tanda-amalan-puasa-ramadhan-diterima.html.
[2] https://muslimah.or.id/4121-benarkan-bulan-syawal-artinya-bulan-peningkatan.html
[3] https://muslim.or.id/3009-amalan-lebih-baik-kontinu-walaupun-sedikit.html
[4] Ibid.

Monday, September 19, 2016

DAGANGAN YANG TIDAK ADA RUGINYA




إِنَّ ٱلَّذِينَ يَتۡلُونَ كِتَـٰبَ ٱللَّهِ وَأَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَنفَقُواْ مِمَّا رَزَقۡنَـٰهُمۡ سِرًّ۬ا وَعَلَانِيَةً۬ يَرۡجُونَ تِجَـٰرَةً۬ لَّن تَبُورَ
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat serta menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka secara diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. (QS. Fathir 29).
Dari ayat tersebut dapat kita ambil hikmah yang terkandung didalamnya yaitu:
Tiga poin pokok yang menjadi kunci kesuksesan hidup.
1.      Selalu membaca kitab Allah (Al-Qur’an).
Orang yang membaca Al-Qur’an disertai dengan perenungan akan isi kandungannya, maka ia akan tertuntun dari kegelapan menuju cahaya, dari kebodohan menuju pemahaman, sebagaimana tersinyalir dalam surat Ibrahim ayat 1.
الٓر‌ۚ ڪِتَـٰبٌ أَنزَلۡنَـٰهُ إِلَيۡكَ لِتُخۡرِجَ ٱلنَّاسَ مِنَ ٱلظُّلُمَـٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ بِإِذۡنِ رَبِّهِمۡ إِلَىٰ صِرَٲطِ ٱلۡعَزِيزِ ٱلۡحَمِيدِ
Alif, laam raa. (ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.
Dengan membaca Al-Qur’an, seseorang akan menjadi tenang hatinya, tenteram jiwanya, serta jernih pikirannya. Sebagaimana telah difirmankan Allah dalam surat Yunus ayat 57.
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّاسُ قَدۡ جَآءَتۡكُم مَّوۡعِظَةٌ۬ مِّن رَّبِّڪُمۡ وَشِفَآءٌ۬ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ وَهُدً۬ى وَرَحۡمَةٌ۬ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ
Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
2.      Menegakkan shalat.
Orang yang mampu menegakkan shalat dan mengerjakannya dengan khusyuk, maka ia akan mendapatkan kemenangan dan keberuntungan sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Mu’minun ayat 1 dan 2.
قَدۡ أَفۡلَحَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ (١) ٱلَّذِينَ هُمۡ فِى صَلَاتِہِمۡ خَـٰشِعُونَ (٢)
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya,
Dengan shalat yang khusyuk maka orang akan menjadi tawadhu’, lebih menghargai hak-hak orang lain dan terhindar dari sifat sombong, congkak, dan takabur. Selain itu dengan shalat yang khusyuk pula, seseorang dapat terhindar dari segala bentuk perbuatan keji dan munkar. Hal itu telah disinggung dalam surat Al-‘Ankabut ayat 45.
ٱتۡلُ مَآ أُوحِىَ إِلَيۡكَ مِنَ ٱلۡكِتَـٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ‌ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِ‌ۗ وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَڪۡبَرُ‌ۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُونَ (٤٥)
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Selain mencegah perbuatan keji dan munkar, shalat juga berfungsi sebagai sarana terkabulnya suatu do’a, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 45.
وَٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِ‌ۚ وَإِنَّہَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلۡخَـٰشِعِينَ (٤٥)
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',
3.      Menginfaqkan sebagian hartanya.
Bila kita bersedia mengamati dan merasakan amalan infaq, maka akan terasa banyak nikmat yang kita terima dan rasakan. Dalam hal ini, Allah telah menggambarkan betapa banyak imbalan yang diberikan kepada orang-orang yang bersedia membelanjakan hartanya di jalan Allah, seperti yang telah disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 261.
مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٲلَهُمۡ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتۡ سَبۡعَ سَنَابِلَ فِى كُلِّ سُنۢبُلَةٍ۬ مِّاْئَةُ حَبَّةٍ۬‌ۗ وَٱللَّهُ يُضَـٰعِفُ لِمَن يَشَآءُ‌ۗ وَٱللَّهُ وَٲسِعٌ عَلِيمٌ (٢٦١)
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.