Wednesday, September 21, 2016

MUHAMMADIYAH SEBELUM KEMERDEKAAN


Sejak didirikan K.H. Ahmad Dahlan tahun 1912, Muhammadiyah telah melewati berbagai peristiwa sejarah, seperti pemilu tahun 1955 yang banyak diwarnai partai-partai Islam.[1] Kisah perjalanan Muhammadiyah dari masa ke masa, tergambar dalam alur periodesasi kepemimpinan Muhammadiyah yang selalu menampakkan dinamika yang berbeda, menurut latar situasi dalam waktu yang berbeda-beda.[2]
Perjalanan Muhammadiyah berdasarkan periodesasi kepemimpinannya, terbagi menjadi beberapa fase yaitu fase sebelum kemerdekaan, fase setelah kemerdekaan/orde lama, fase orde baru dan fase reformasi. Adapun maksud dari artikel ini akan membahas keadaan Muhammadiyah sebelum kemerdekaan dengan tujuan agar pembaca memahami bagaimana kondisi Muhammadiyah sebelum Indonesia merdeka dan bagaimana perjuangan para tokoh Muhammadiyah dalam mewujudkan cita-cita Muhammadiyah di kala itu. Dengan demikian perjuangan para tokoh-tokoh pedahulu Muhammadiyah bisa menjadi teladan atau inspirasi dalam kehidupan sehari-hari.
Sebelum kemerdekaan Muhammadiyah mengalami empat kali pergantian pimpinan atau ketua. Adapun orang-orang yang pernah terpilih sebagai ketua pimpinan pusat pada saat itu antara lain adalah KH. Ahmad Dahlan, KH. Ibrahim, KH. Hisyam, KH. Mas Mansyur.[3]
      1.      Periode Kepemimpinan KH. Ahmad Dahlan.

Periode ini merupakan masa perintisan pembentukan organisasi dan jiwa serta amal usaha. Selain itu masa pengenalan ide-ide pembaharuan dalam metode gerakan amaliah Islamiyah. Ahmad dahlan mengenalkan Muhammadiyah melalui beberapa cara, antara lain silaturahmi, mujadalah (diskusi), Tausiyah-ma’idhoh hasanah, dan memberikan keteladanan dalam praktek pengamalan ajaran Islam.
Pada periode KH. Ahmad Dahlan ini, Muhammadiyah mengalami muktamar sebanyak sebelas kali dan semuanya di selenggarakan di kota Yogyakarta. Kala itu muktamar lebih akrab dengan sebutan algemen vergadering dan year vergadering. Seluruh muktamar Muhammadiyah di selenggarakan di Yogyakarta, dikarenakan pada saat itu izin berdirinya Muhammadiyah yang dikeluarkan pemerintahan Hindia Belanda hanya memperbolehkan berada di lingkungan karesidenan Yogyakarta dan dilarang mendirikan cabang diluar karesidenan ini.[4]
Pada periode ini dibentuk perangkat awal seperti : Majelis Tabligh, Majelis Sekolahan dan pengajaran, Majelis Taman Pustaka, Majelis Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO), ‘Aisyiyah, Kepanduan Hizbul Wathon (HW), menerbitkan majalah “SWORO MOEHAMMADIJAH”. Selain itu mempelopori berdirinya rumah sakit umat Islam, Rumah Miskin, dan Panti Asuhan Yatim/Piatu, serta menganjurkan dan mempelopori hidup sederhana, terutama dalam menyelenggarakan Walimatul’Urusy (pesta perkawinan).[5]
Dalam mengadakan perubahan untuk meluruskan kembali ajaran Islam, Ahmad dahlan menggunakan pendekatan pesuasif (ngemong dan memberikan penjelasan), sehingga para para penentangnya simpati, bahkan ada yang mengikuti gerakannya.
      2.      Periode kepemimpinan KH. Ibrahim.

K.H. Ibrahim adalah adik Nyai Walidah/Nyai Ahmad Dahlan. Beliau adalah adik ipar K.H. Ahmad Dahlan, merupakan ulama pondok pesantren tidak pernah mengenyam pendidikan model barat.[6]
Muhammadiyah di masa kepemimpinan KH Ibrahim mengalami perluasan dan perkembangan yang sangat pesat sampai ke daerah-daerah luar Jawa. Pada masa itu, Muhammadiyah mulai menyelenggarakan muktamar di luar kota Yogyakarta. Adapun tempat-tempat penyelenggaraan muktamar selain wilayah Yogyakarta, antara lain meliputi : Surabaya, Pekalongan, Surakarta, Bukit Tinggi, Ujung Pandang  (Makassar) dan Semarang. Muktamar Muhammadiyah pada saat itu dikenal dengan sebutan congres, rapat besar tahunan dan perkumpulan tahunan.[7]
Pada periode ini mulai berdiri majelis tarjih selaku unsur pembantu pimpinan Muhammadiyah dan dua ortom seperti Nasyiatul Aisyiah dan Pemuda Muhammadiyah. Aktivitas yang menonjol antara lain mendirikan “Fonds Dachlan” pada tahun 1924, untuk membeayai sekolah anak-anak miskin. Mengadakan khitanan massal pertama kali (1925). Pada konggres di Surabaya tahun 1926 diputuskan Pemakaian Tahun Islam dalam catat-mencatat termasuk surat menyurat dan Sholat Hari Raya di tanah lapang. Pada tahun 927 pada konggres di Pekalongan muncul persoalan politik dengan keputusan pokok “Muhammadiyah TIDAK bergerak dalam bidang POLITIK, namun memperbaiki budi pekerti yang luhur (Akhlaqul Karimah) bagi orang yang akan berpolitik (tidak melarang anggotanya berpolitik).
Pada tahun 1928 mulai mengirim putera & puteri lulusan sekolah Muhammadiyah (dari Mu’allimien, Muallimat, Tabigschool, Normalschool) di benum ke pelosok tanah air, sebagai “anak panah” Muhammadiyah. Pada Konggres di Solo tahun 1929, Muhammadiyah mendirikan Uitgeefster My (badan usaha penerbitan buku-buku sekolah Muhammadiyah yang dikelola oleh Majelis Taman Pustaka). Di konggres ini pula terjadi “Penurunan Gambar KHA Dahlan” (dan dilarang untuk sementara waktu dipasang, karena ada gejala kultus). Pada Konggres di Minangkabau tahun 1930 muncul eselon CONSUL HOFD BESTUUR MUHAMMADIJAH (sekarang PWM). Pada konggres di Makasar 1932 antara lain diputuskan penerbitan Koran Muhammadiyah (Dagblad Adil) dilaksanakan oleh cabang Solo.
      3.      Periode kepemimpinan KH. Hisyam.

Kyai Haji Hisyam lahir di Kauman, Yogyakarta, 10 November 1883 – meninggal 20 Mei 1945 pada umur 61 tahun adalah Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah yang ketiga. Ia memimpin Muhamadiyah selama tiga tahun. Ia dipilih dan dikukuhkan sebagai Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah dalam Kongres Muhammadiyah ke-23 di Yogyakarta tahun 1934. Ia adalah murid langsung dari KH. Ahmad Dahlan. Pertama kali ia dipilih dalam Kongres Muhammadiyah ke-23 di Yogyakarta tahun 1934, kemudian dipilih lagi dalam Kongres Muhammadiyah ke-24 di Banjarmasin pada tahun 1935, dan berikutnya dipilih kembali dalam Kongres Muhammadiyah ke-25 di Batavia (Jakarta) pada tahun 1936.[8]
Pada periode ini, bidang pendidikan mendapat porsi yang mantap.[9] Hal itu dikarenakan usaha-usaha dalam bidang pendidikan menjadi priortias program di masa kepemimpinan KH. Hisyam. Selain itu pada periode ini juga diadakan juga penertiban dan pemantapan administrasi organisasi, jadi Muhammadiyah lebih kuat dan lincah. Adapun adminis trasi yang ditertibkan meliputi daftar anggota, buku notulen rapat, buku keuangan dan lain sebagainya. Pada periode ini Muhammadiyah mengalami tiga kali muktamar yang bertempat di Yogyakarta, Banjarmasin dan Jakarta.[10]
Pada konggres tahun 1934 lebih dimantapkan pengembangan lembaga pendidikan tingkat menengah dan mengubah sekolah dengan nama Belanda menjadi nama khas kita, seperti: Volkschool menjadi Sekolah Rakyat. Pada Konggres tahun 1935 memutuskan pembentukan Majelis Pimpinan Perekonomian yang tugasnya membantu perbaikan ekonomi anggota (membentuk semacam kooperasi). Pada tahun 1936 diadakan Konggres Seperempat Abad (XXV) di Jakarta, diputuskan antara lain mendirikan sekolah Tinggi, dan mendirikan Majelis Pertolongan & Kesehatan Muhammadiyah (MPKM) di seluruh cabang dan ranting.[11]
      4.      Periode kepemimpinan KH. Mas Mansyur.

KH. Mas Mansyur dikukuhkan sebagai Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah dalam Kongres Muhammadiyah ke-26 di Jogjakarta pada bulan Oktober 1937.[12] Pada periode kepemimpinan KH. Mas Mansyur, Muhammadiyah mengalami lima kali muktamar. Pelaksanaan muktamar berlangsung di kota Yogyakarta, Malang, Medan dan Purwokerto.[13]
KH Mas Mansyur merupakan tokoh yang kreatif dan terkenal sikapnya yang istiqomah dan pemberani, sehingga ikut dalam pengisian jiwa gerakan Muhammadiyah, dan penegasan kembali faham agama yang menjadi garis besar Muhammadiyah. Pada periode ini ditandai dengan penetapan paham agama dalam Muhammadiyah, memaksimalkan Majelis Tarjih, sehingga menghasilkan “Masalah Lima” (Dunia, Agama, Qiyas, Sabilillah, dan ibadah). Selain itu menggerakkan Muhammadiyah lebih dinamis dan berbobot, dengan konsepnya yang terkenal “Langkah Dua belas”nya. Kegiatan Muhammadiyah yang menonjol saat itu antara lain :
a. Membentuk Komisi Perjalanan Haji (HM Suja’, HA Kahar Mzkr & R. Sutomo)
b. Pembentukan Bank Muhammadiyah (Konggres di Yogyakarta 1937)
c. Menentang Ordonansi Pencatatan Perkawinan Oleh Pemerintah Belanda
d. Menentang Ondewijs Ordonansi (larangan guru mengajar di Sekolah Muh.)
e. Mengganti seluruh istilah Hindia Belanda dengan Indonesia
f. Mengeluarkan “Franco Amal” menghimpun dana untuk kaum dhu’afa
g. Mulai dirintis semacam Khittah Muhammadiyah
h. Ikut mempelopori beririnya MIAI (Majelisul Islam A’la Indonesia)[14]


[1] http://jepepastibisa.blogspot.co.id/2011/04/artikel-kemuhammadiyahan-kelas-xi_14.html.
[2] https://kamatblog.wordpress.com/2013/04/09/sejarah-kepemimpinan-muhammadiyah-dari-masa-ke-masa/
[3] http://bilaajengmeiayu.blogspot.co.id/2010/10/periodesasi-kepemimpinan-muhammadiyah.html.
[4] Edi Muslimin dkk, Al-Islam dan Kemuhammadiyahan untuk Sekolah Menegah Muhammadiyah kelas XI semester gasal, (Surakarta : Majelis Dikdasmen PDM Surakarta, 2014) hlm : 167
[5] https://kamatblog.wordpress.com/2013/04/09/sejarah-kepemimpinan-muhammadiyah-dari-masa-ke-masa/
[6] http://jepepastibisa.blogspot.co.id/2011/04/artikel-kemuhammadiyahan-kelas-xi_14.html
[7] Edi Muslimin dkk, Al-Islam dan Kemuhammadiyahan untuk Sekolah Menegah Muhammadiyah kelas XI semester gasal, Op. Cit., hlm : 168.
[8] https://id.wikipedia.org/wiki/Kyai_Haji_Hisyam.
[9] http://jepepastibisa.blogspot.co.id/2011/04/artikel-kemuhammadiyahan-kelas-xi_14.html
[10] Edi Muslimin dkk, Al-Islam dan Kemuhammadiyahan. Op.Cit., hlm : 168
[11] https://kamatblog.wordpress.com/2013/04/09/sejarah-kepemimpinan-muhammadiyah-dari-masa-ke-masa/
[12] https://id.wikipedia.org/wiki/Mas_Mansoer#Kegiatan_di_Muhammadiyah.
[13] Edi Muslimin dkk, Al-Islam dan Kemuhammadiyahan. Op.Cit., hlm : 169.
[14] https://kamatblog.wordpress.com/2013/04/09/sejarah-kepemimpinan-muhammadiyah-dari-masa-ke-masa/

Monday, September 19, 2016

DAGANGAN YANG TIDAK ADA RUGINYA




إِنَّ ٱلَّذِينَ يَتۡلُونَ كِتَـٰبَ ٱللَّهِ وَأَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَنفَقُواْ مِمَّا رَزَقۡنَـٰهُمۡ سِرًّ۬ا وَعَلَانِيَةً۬ يَرۡجُونَ تِجَـٰرَةً۬ لَّن تَبُورَ
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat serta menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka secara diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. (QS. Fathir 29).
Dari ayat tersebut dapat kita ambil hikmah yang terkandung didalamnya yaitu:
Tiga poin pokok yang menjadi kunci kesuksesan hidup.
1.      Selalu membaca kitab Allah (Al-Qur’an).
Orang yang membaca Al-Qur’an disertai dengan perenungan akan isi kandungannya, maka ia akan tertuntun dari kegelapan menuju cahaya, dari kebodohan menuju pemahaman, sebagaimana tersinyalir dalam surat Ibrahim ayat 1.
الٓر‌ۚ ڪِتَـٰبٌ أَنزَلۡنَـٰهُ إِلَيۡكَ لِتُخۡرِجَ ٱلنَّاسَ مِنَ ٱلظُّلُمَـٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ بِإِذۡنِ رَبِّهِمۡ إِلَىٰ صِرَٲطِ ٱلۡعَزِيزِ ٱلۡحَمِيدِ
Alif, laam raa. (ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.
Dengan membaca Al-Qur’an, seseorang akan menjadi tenang hatinya, tenteram jiwanya, serta jernih pikirannya. Sebagaimana telah difirmankan Allah dalam surat Yunus ayat 57.
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّاسُ قَدۡ جَآءَتۡكُم مَّوۡعِظَةٌ۬ مِّن رَّبِّڪُمۡ وَشِفَآءٌ۬ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ وَهُدً۬ى وَرَحۡمَةٌ۬ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ
Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
2.      Menegakkan shalat.
Orang yang mampu menegakkan shalat dan mengerjakannya dengan khusyuk, maka ia akan mendapatkan kemenangan dan keberuntungan sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Mu’minun ayat 1 dan 2.
قَدۡ أَفۡلَحَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ (١) ٱلَّذِينَ هُمۡ فِى صَلَاتِہِمۡ خَـٰشِعُونَ (٢)
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya,
Dengan shalat yang khusyuk maka orang akan menjadi tawadhu’, lebih menghargai hak-hak orang lain dan terhindar dari sifat sombong, congkak, dan takabur. Selain itu dengan shalat yang khusyuk pula, seseorang dapat terhindar dari segala bentuk perbuatan keji dan munkar. Hal itu telah disinggung dalam surat Al-‘Ankabut ayat 45.
ٱتۡلُ مَآ أُوحِىَ إِلَيۡكَ مِنَ ٱلۡكِتَـٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ‌ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِ‌ۗ وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَڪۡبَرُ‌ۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُونَ (٤٥)
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Selain mencegah perbuatan keji dan munkar, shalat juga berfungsi sebagai sarana terkabulnya suatu do’a, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 45.
وَٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِ‌ۚ وَإِنَّہَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلۡخَـٰشِعِينَ (٤٥)
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',
3.      Menginfaqkan sebagian hartanya.
Bila kita bersedia mengamati dan merasakan amalan infaq, maka akan terasa banyak nikmat yang kita terima dan rasakan. Dalam hal ini, Allah telah menggambarkan betapa banyak imbalan yang diberikan kepada orang-orang yang bersedia membelanjakan hartanya di jalan Allah, seperti yang telah disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 261.
مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٲلَهُمۡ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتۡ سَبۡعَ سَنَابِلَ فِى كُلِّ سُنۢبُلَةٍ۬ مِّاْئَةُ حَبَّةٍ۬‌ۗ وَٱللَّهُ يُضَـٰعِفُ لِمَن يَشَآءُ‌ۗ وَٱللَّهُ وَٲسِعٌ عَلِيمٌ (٢٦١)
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.




Sunday, September 18, 2016

KEJAYAAN ISLAM ABAD VII-X DI BAGHDAD DAN CORDOVA



Kejayaan islam pada abad ke VII-X Masehi ditandai dengan kebesaran dan kemajuan peradaban di wilayah kekuasaan dinasti Abbasiyah di Baghdad dan dinasti Umayyah di Spanyol.
      A.     Dinasti Abbasiyah.
Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah bin Muhammad As-Saffah. Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib bin Hasyim.
Dinasti ini dinamakan Abbasiyah karena penguasa awal pada wilayah tersebut adalah keturunan dari Abbas bin Abdul Muthalib. Abbas sendiri merupakan paman termuda dari Nabi Muhammad saw. Dengan demikian pendiri dari dinasti Abbasiyah masih memiliki hubungan kekerabatan dengan nabi Muhammad saw.
Kemajuan peradaban Islam di wilayah kekuasaan Abbasiyah dirintis oleh khalifah Abu Jafar Al-Mansur atau lebih akrab dengan julukan Al-Mansur. Khalifah Al-Mansur merupakan khalifah kedua dinasti Abbasiyah. Beliau memiliki jasa besar terhadap kemajuan peradaban Islam di wilayah Abbasiyah. beliau memotivasi para cendekiawan untuk menyusun kitab-kitab ilmiyah serta menerjemahkan buku-buku yang berasal dari Yunani kuno. Hadiah yang beliau sediakan adalah emas murni.
Peradaban Islam di wilayah Abbasiyah mencapai puncaknya ketika Harun Ar-Rasyid tampil sebagai khalifah.
Salah satu bukti kejayaan peradaban di wilayah Abbasiyah adalah majunya ilmu pengetahuan (sains). Kemajuan ilmu pengetahuan di wilayah abbasiyah ditandai dengan lahirnya tokoh-tokoh intelektual muslim.
1.      Al-Kindi
Beliau adalah soarang filsuf Islam pertama sekaligus seorang dokter, ahli optik, astronomi, geometri, dan ahli musik. Beliau menghafal Al-Qur’an sejak usia 10 tahun.
2.      Ibnu Sina.
Beliau merupakan seorang filsuf dengan julukan pangeran filsafat dan doktor. Ia dikenal sebagai ahli di bidang ilmu kedokteran. Karyanya yang paling fenomenal dibidang kedokteran adalah Al-Qanun fit Tib atau dikenal dengan sebutan the Canon.
3.      Abu Ali Al-Hasan.
Beliau adalah ahli optik dari kalangan ilmuwan muslim.
4.      Muhammad Ibnu Musa Al-Khawarismi.
Beliau adalah ilmuwan muslim yang berjasa dalam merintis ilmu matematika yang kelak berkembang menjadi aljabar dan logaritma.
5.      Jabir Ibnu Haiyan
Beliau dikenal sebagai pengembang ilmu kimia atau bapak kimia.
6.      Ibnu Bitar.
Beliau terkenal dan banyak sumbangannya dibidang ilmu biologi.
7.      Al-Biruni.
Al-Biruni merupakan seorang intelektual muslim yang multitalent. Beliau mampu membidangi berbagai macam ilmu pengetahuan seperti matematika, fisika, kedokteran, astronomi, filsafat, dan ahli sejarah.
8.      Al-Fazari.
Beliau merupakan salah satu ilmuwan muslim dibidang astronomi.
9.      Al-Mas’udi.
Beliau dikenal sebagai ahli sejarah dari kalangan ilmuwan muslim.
10.  Jalaludin Rumi.
Beliau merupakan salah satu tokoh sufi yang terkenal. Adapun salah satu karyanya yang terkenal adalah sajak matsnawi.
11.  Abu Hamid  Muhammad Al-Ghazali.
Beliau merupakan salah satu ulama dibidang ilmu tasawuf. Adapun karyanya yang cukup terkenal hingga kini adalah kitab ihya ulumuddin.
12.  Rabi’ah Al-Adawiyah.
Beliau merupakan salah satu tokoh sufi yang cukup terkenal hingga kini. Adapun aliran sufinya dikenal dengan aliran mahabbah.
      B.     Dinasti Umayyah di Spanyol.
Berdirinya dinasti Umayyah di spanyol berawal dari peristiwa penaklukan Spanyol yang dipimpin oleh Tarif ibn Malik beserta 500 pasukan tentara muslim. Peristiwa penaklukan spanyol tersebut dilatarbelakangi oleh permintaan dari salah satu raja Gothia Barat, dimana salah satu putri ratu Julian yang sedang belajar di Toledo ibu kota Visigoth telah diperkosa oleh raja Roderick. Karena kemarahan dan kekecewaannya, umat Islam diminta untuk membantu melawan raja Roderick. Pasukan Tarifa mendarat di sebuah tempat yang kemudian diberi nama Tarifa. Ekspedisi ini berhasil, dan Tarifa kembali ke Afrika Utara dengan membawa banyak Ghanimah. Musa ibn Nushair, Gubernur Jenderal al Maghrib di Afrika Utara pada masa itu, kemudian mengirimkan 7000 orang tentara di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad. Ekspedisi II ini mendarat di bukit karang Giblartar (Jabal al Thariq) pada tahun 92/711. Sehubungan Tentara Gothia yang akan dihadapi berjumlah 100.000 orang, maka Musa Ibn Nushair menambah pasukan Thariq menjadi 12.000 orang.
Pertempuran pecah di dekat muara sungai Salado pada bulan Ramadhan 92/19 Juli 711. Pertempuran ini mengawali kemenangan Thariq dalam pertempuran-pertempuran berikutnya, sampai akhirnya ibu kota Gothia Barat yang bernama Toledo dapat direbut pada bulan September tahun itu juga. Bulan Juni 712 Musa ibn Nushair berangkat ke Andalusia membawa 18.000 orang tentara dan menyerang kota-kota yang belum ditaklukan oleh Thariq sampai pada bulan Juni tahun berikutnya. Di kota kecil Talavera Thariq menyerahkan kepemimpinan kepada Musa, dan pada saat itu pula Musa mengumumkan bahwa Andalusia menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Penaklukan Islam di Andaluisa oleh Thariq hampir meliputi seluruh wilayah bagiannya, keberhasilannya tidak terlepas dari bantuan Musa ibn Al Nushair.
Ketika Daulah Bani Umayyah Damaskus runtuh pada tahun 132/750, Andalusia menjadi salah satu provinsi dari Daulah Bani Abbas. Salah satu pangeran Dinasti Umayyah yang bernama Abd al Rahman ibn Mu’awwuyah (Abdurrahman I), cucu khalifah Umawiyah kesepuluh Hisyam Ibn Abd al Malik berhasil melarikan diri dari kejaran-kejaran orang-orang Abbasiyah setelah runtuhnya pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus dan menginjakan kaki di Spanyol. Atas keberhasilannya meloloskan diri ia diberi gelar al Dâkhil (pendatang baru).
Al Dâkhil memproklamirkan diri sebagai khalifah dengan gelar amîr al mu’minîn. Sejak saat itulah babak kedua kekuasan Dinasti Ummayah dimulai. Pemerintahan Bani Umayyah Spanyol (Bani Umayyah II) merupakan pemerintahan pertama yang memisahkan diri dari dunia pemerintahan Islam Dinasti Abbasiyah. Pendirinya adalah Abdurrahman ad Dakhil bin Mu’awiyah bin Hisyam bin Abd Malik al Umawi.
            Dengan demikian, maka dimulailah peradaban Islam baru di Spanyol yang dinamakan Dinasti Umayyah Spanyol (Umayyah II)
Diantara khalifah - khalifah Umayyah II yang terkemuka diantaranya:
1.      Abdurrahman ad Dakhil (755-788 M)
2.      Al Hakam bin Hisyam (796-821 M)
3.      Abdurrahman ibnul Hakam (821-852 M)
4.      Muhammad bin Abdurrahman (852-886 M)
5.      Abdullah bin Muhammad (889-912 M)
6.      Abdurrahman bin Muhammad (912-961 M)
Puncak kemajuan peradaban Islam di Spanyol terjadi ketika khalifah Al-Hakam Al-Muttasir berkuasa. Beliau merupakan khalifah yang memberikan perhatian besar terhadap ilmu pengetahuan. Beliau tidak segan-segan untuk mengeluarkan biaya besar untuk mendorong pertumbuhan ilmu pengetahuan di wilayahnya. Cara yang digunakan salah satunya dengan membeli buku-buku dari Baghdad. Dengan demikian corodova lambat laun menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Wujud kemajuan peradaban di Andalusia diantaranya adalah banyak berdiri perpustakaan yang berisi berbagai macam buku-buku ilmiah baik tentang agama maupun ilmu umum. Selain itu kemajuan peradaban di wilayah ini juga ditandai dengan banyaknya intelektual yang lahir dari wilayah ini, seperti Ibnu Bahjah, Ibnu Thufail, Ibnu Kaldun, Ibnu ‘Arabi dan Ibnu Rusyd. Ibnu rusyd merupakan salah satu ilmuwan yang dikenal sebagai dokter. Salah satu karya Ibnu Rusyd adalah Kitabul Kuliyyat.