MENJAUHI
PERKARA-PERKARA YANG MERUSAK PUASA.
Puasa merupakan salah satu ibadah yang memiliki banyak
keutamaan diantaranya :
1.
Sarana untuk meraih
ketakwaan.
Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat
183 yang berbunyi :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ
الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan
bagi kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan pada orang-orang sebelum kalian
agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa.”
2.
Penghalang dari siksa api
neraka.
Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا
الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ
”Puasa adalah perisai yang dapat
melindungi seorang hamba dari siksa neraka.”( HR.
Ahmad)
Dari Abu Sa’id
radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَامَ يَوْمًا فِى سَبِيلِ اللَّهِ بَعَّدَ اللَّهُ
وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا
“Barangsiapa melakukan
puasa satu hari di jalan Allah (dalam melakukan ketaatan pada Allah), maka
Allah akan menjauhkannya dari neraka sejauh perjalanan 70 tahun.” (HR. Bukhari
no. 2840)
3.
Mendapatkan pengampunan
dari Allah atas dosa-dosa yang telah lalu.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
”Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan
karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu akan
diampuni”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Agar kita dapat merasakan buah
dari ibadah puasa, kita tentunya harus menjauhi perkara-perkara yang merusak
pahala puasa kita. Orang yang berpuasa tapi masih melakukan perbuatan yang
merusak puasa, maka puasanya menjadi sia-sia. Yang ia dapatkan hanyalah rasa
lapar dan dahaga, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ :
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak
mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR.
Ath-Thabrani)
Perlu diketahui bahwa perkara yang dapat
merusak dan menghanguskan pahala puasa antara lain:
1.
Berkata dusta.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ
يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan
perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar
dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari no. 1903).
2.
Berkata laghwu dan rafats.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ
الصِّيَامُ مِنَ الْأَكْلِ وَالشَّرَبِ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ
وَالرَّفَثِ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهُلَ عَلَيْكَ فَلْتَقُلْ : إِنِّي
صَائِمٌ، إِنِّي صَائِمٌ
“Puasa bukanlah
hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan
diri dari perkataan lagwu dan rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau
berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.”
(HR. Ibnu Majah dan Hakim. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib
no. 1082 mengatakan bahwa hadits ini shohih)
Lagwu adalah
perkataan sia-sia dan semisalnya yang tidak berfaedah.” Sedangkan Rafats adalah
kata-kata porno. Istilah Rofats
digunakan dalam pengertian ‘kiasan untuk hubungan badan’ dan semua perkataan
keji.
3.
Tidak meninggalkan
perbuatan maksiat.
Ingatlah bahwa
puasa bukanlah hanya menahan lapar dan dahaga saja, namun hendaknya seorang
yang berpuasa juga menjauhi perbuatan yang haram. Ibnu Rajab Al-Hambali berkata
: “Ketahuilah, amalan taqorub (mendekatkan diri) pada Allah Ta’ala dengan
meninggalkan berbagai syahwat (yang sebenarnya mubah ketika di luar puasa
seperti makan atau berhubungan badan dengan istri) tidak akan sempurna hingga
seseorang mendekatkan diri pada Allah dengan meninggalkan perkara yang Dia
larang yaitu dusta, perbuatan zholim, permusuhan di antara manusia dalam
masalah darah, harta dan kehormatan.” (Latho’if Al Ma’arif, 1/168, Asy
Syamilah).
Jabir bin ‘Abdillah
menyampaikan berkata:
“Seandainya kamu
berpuasa maka hendaknya pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu turut berpuasa
dari dusta dan hal-hal haram serta janganlah kamu menyakiti tetangga. Bersikap
tenang dan berwibawalah di hari puasamu. Janganlah kamu jadikan hari puasamu
dan hari tidak berpuasamu sama saja.” (Lihat Latho’if Al Ma’arif, 1/168,
Asy Syamilah)
Kesimpulannya
: Seseorang yang masih gemar melakukan maksiat di bulan Ramadhan seperti
berkata dusta, menfitnah, dan bentuk maksiat lainnya yang bukan pembatal puasa,
maka puasanya tetap sah, namun dia tidak mendapatkan ganjaran yang sempurna di
sisi Allah. –Semoga kita dijauhkan dari melakukan hal-hal semacam ini-