Showing posts with label Akhlak. Show all posts
Showing posts with label Akhlak. Show all posts

Monday, November 6, 2017

KONTROL DIRI




A.    PENDAHULUAN
Manusia merupakan ciptaan Allah yang paling sempurna dibanding makhluk lainnya. Manusia dikatakan sebagai ciptaan yang sempurna karena Allah membekali manusia dengan akal dan hati. Dengan akal dan hati manusia dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa al-Quran menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya.[1] Dengan memiliki budaya maka manusia menjadi makhluk yang beradab. Derajat manusia bisa meningkat apabila mampu menggunakan secara maksimal akal dan hatinya untuk mempertahankan eksistensinya sebagai makhluk yang beradab.
Selain diberi akal dan hati manusia juga diuji dengan hawa nafsu. Apabila manusia biasa mengendalikan hawa nafsu hingga nafsu tersebut benar-benar tunduk maka pada saat itulah manusia berada pada derajat yang tinggi. Sebaliknya jika manusia takluk terhadap godaan hawa nafsu maka derajat manusia akan turun derastis hingga dibawah level binatang. Apabila manusia selama hidupnya dikendalikan hawa nafsu maka perbuatan yang muncul cenderung biadab. Manusia akan senantiasa berbuat kerusakan apabila dirinya dikendalikan hawa nafsu. Manusia yang dikendalikan hawa nafsu biasanya cenderung bersifat tamak atau rakus sehingga melakukan perbuatan yang melampaui batas. Sedangkan bila manusia sudah melampaui batas maka manusia akan menerima azab dari Allah.
Agar manusia tidak tunduk pada godaan hawa nafsu maka manusia harus pandai-pandai mengontrol diri. Sedangkan untuk mengontrol diri dibutuhkan ilmu agar sentiasa istiqomah dan kekuatan dalam menghadapi berbagi jenis godaan hawa nafsu.

B.     PEMBAHASAN
1.      Pengertian Kontrol Diri
Kontrol diri adalah kemampuan individu dalam menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku melalui pertimbangan kognitif sehingga dapat membuat keputusan yang diinginkan dan diterima oleh masyarakat.[2]
Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak akan sanggup hidup sendiri, selalu bergantung pada orang lain dan apa yang dibutuhkannya dalam hidup juga dibutuhkan pula oleh orang lain.[3] Karena manusia dalam kehidupannya sangat bergantung dengan orang lain maka mau tidak mau manusia dituntut untuk saling bekerja dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Agar tercipta kerja sama antar manusia maka dibutuhkan suatu tujuan yang sama. Oleh karena itu terbentuklah masyarakat dengan suatu tatanan. Seseorang dapat diterima ke dalam suatu masyarakat apabila mentaati norma-norma atau tatanan dalam masyarakat tersebut. Dengan demikian kontrol diri sangat diperlukan agar perilaku yang muncul dari seorang individu tidak menyimpang dari tatanan masyarakat yang ada. Apabila seorang individu dalam hidupnya hanya mementingkan egonya maka lambat laun keberadaannya akan dibenci dan diasingkan dari masyarakat.
2.      Hikmah Kontrol Diri.
Seseorang yang terbiasa melakukan kontrol diri (mujahadah an-nafs) akan memperoleh beberapa manfaat dan hikmah yaitu :
a.       Hati semakin bersih dan tenang
Seseorang yang terbiasa mengontrol diri sendiri maka perilaku yang muncul otomatis akan terkendali dan mencegah pelaku dari perbuatan dosa. Semakin kecil beban dosa yang ditanggung seorang hamba maka akan mendatangkan perasaan yang tenang dan hatinya menjadi bersih.
b.      Memperoleh kebahagiaan lahir dan batin.
Perilaku terpuji biasanya muncul dari seseorang yang mampu mengendalikan dirinya. Sudah menjadi kodrat seorang manusia, apabila berbuat baik maka yang bersangkutan akan merasa bahagia baik secar lahir maupun bathin karena setiap perbuatan akan mendatangkan akibat sesuai dengan sifat perbuatan tersebut. Perbuatan yang terpuji biasanya akan mendatangkan akibat yang baik bagi pelakunya, apapun bentuknya.
c.       Diberi kemudahan oleh Allah SWT dalam mengerjakan amal shaleh.
Seorang hamba yang bersih hatinya dari dosa akan mudah dan lancar dalam mengerjakan amal shalih. Sebagaimana yang sempat disinggung di atas bahwa mengontrol diri dapat membuat hati seseorang menjadi semakin bersih, maka orang yang mampu mengontrol diri tersebut dapat dengan mudah melaksanakan amal shalih. Pada dasarnya, yang membuat berat seseorang melaksanakan amal shalih adalah hawa nafsu maka bila nafsunya terkendali maka hambatan dalam beramal shalih akan berkurang.
d.      Dijauhkan dari sifat-sifat tercela, seperti iri, dengki dan sombong.
Kontrol diri pada dasarnya meliputi pengendalian hawa nafsu pada diri sendiri. Sedangkan induk dari segala macam sifat tercela seperti iri, dengki dan sombong adalah hawa nafsu. Dengan demikian maka bila nafsu terkendalai maka otomatis akan terhidar dari sifat-sifat tercela tersebut.
e.       Dicintai Allah SWT dan sesama manusia.
Manusia yang mampu mengendalikan diri dari sifat tercela maka sifat yang muncul adalah sifat terpuji. Sedangkan sifat terpuji dapat mendatangkan simpatik dan penghargaan orang lain bahkan dicintai Allah SWT.
f.       Mendapatkan hidayah yang sempurna dari Allah SWT.
Hambatan terbesar datangnya hidayah dari Allah adalah banyaknya dosa yang menodai hati. Apabila hati seseorang bersih maka hambatan datangnya hidayah akan berkurang. Telah diketahui bahwa hikmah dari kontrol diri adalah hati akan semakin bersih. Bila hati bersih maka pintu hidayah dari Allah akan terbuka.
g.      Mendapatkan ridha dari Allah SWT[4]
Seorang hamba yang terbiasa mengendalikan diri maka perilaku yang muncul adalah perilaku terpuji. Yang dimaksud terpuji disini adalah perilaku yang mencerminkan ketaatan kepada Allah SWT. Apabila seorang hamba terbiasa mentaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya maka dia akan mendapatkan ridha Allah SWT.
3.      Cara Kontrol Diri
Ada beberapa cara untuk dapat mengendalikan diri sendiri antara lain :
a.       Mengenali diri kita sendiri dan mengidentifikasi apa yang sesungguhnya Anda rasakan. Setiap kali suatu emosi tertentu muncul dalam pikiran, Anda harus dapat menangkap pesan apa yang ingin disampaikan dan di rasakan oleh kita apakah marah, senang, sedih atau hal lainnya.
b.      Memahami dampak dari emosi yang timbul dari diri kita sendiri apakah itu berdampak negatif atau positif, Jika kita dapat memahami dampak dari emosi yang timbul itu maka kita bisa mengetahui apa yang akan terjadi dari emosi yang ada tersebut. Jadi emosi hanyalah awal dari respon manusia dalam sebuah peristiwa atau kejadian. Kemampuan kita untuk mengendalikan dan mengelola emosi dapat membantu Anda mencapai kesuksesan.
c.       Tenangkan dan buang emosi negatif yang timbul dan berpikirlah secara netral dan lebih berpikir ke dampak dari pelampiasan emosi negatif itu sendiri. Sadarilah hidup kita tidak sendiri dan masih banyak orang lain di sekitar kita dan buang ego mu.
d.      Berpikirlah dari sudut orang yang terkena dampak dari emosi dan ego kita dan kita bisa melihat mengapa orang itu bertindak seperti itu, tenangkan dan berpikirlah secara dingin untuk menangani hal seperti ini.
e.       Berusaha mengetahui pesan yang disampaikan emosi, dan meyakini bahwa kita bisa berhasil menangani emosi ini sebelumnya dan dengan bergembira kita mengambil tindakan untuk menanganinya.
f.       Lakukan terus dan ingatlah kegagalan adalah pengalaman terbaik di mana kita bisa belajar untuk menutupi kekurangan yang ada dalam kita sendiri dan itu adalah kemampuan kita dalam mengelola emosi, karena kitalah sesungguhnya yang mengendalikan emosi atau perasaan kita, bukan sebaliknya. Dan sadarilah bahwa hidup masih panjang dan kita masih membutuhkan orang lain dalam hidup kita.[5]

C.    KESIMPULAN
Kontrol diri adalah pengarahan perilaku dengan pertimbangan kognitif agar sesuai dengan norma agama dan masyarakat. Kontrol diri dapat memunculkan perilaku terpuji sehingga mampu mendatangkan simpati dari orang lain, membersihkan hati, mendatangkan hidayah dari Allah, dan masih banyak lagi manfaat lainnya.


[1] http://dominique122.blogspot.co.id/2015/04/kelebihan-manusia-dibandingkan-dengan.html
[2] http://www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-kontrol-diri-definisi-jenis.html.
[3] http://chantryintelex.blogspot.co.id/2014/08/pengertian-makhluk-sosial.html
[4] http://pai-bp.blogspot.co.id/2014/08/manfaat-dan-hikmah-kontrol-diri.html
[5] http://myblog-noviau.blogspot.co.id/2014/03/v-behaviorurldefaultvmlo_25.html

Thursday, October 5, 2017

HUSNUZHAN



A.    PENDAHULUAN
Manusia pada dasarnya terlahir sebagai makhluk sosial. Disebut demikian karena manusia pada dasarnya tidak mampu hidup sendiri, mau tidak mau manusia membutuhkan pertolongan orang lain.
Bukti bahwa manusia sangat membutuhkan pertolongan orang lain adalah saat manusia lahir di dunia manusia tidak berdaya sama sekali, tidak bisa jalan, tidak mampu menggunakan anggota badannya untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan lain sebagainya sehingga membutuhkan pertolongan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya.
Apabila kita melihat kambing, ayam, dan bintang lainya ketika lahir langsung bisa berdiri jalan dan cari makan sendiri berbeda dengan kita manusia. Manusia selalu membutuhkan dan mengharapkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Hidup seorang manusia akan menjadi mudah apabila saling tolong menolong. Agar tercipta budaya saling tolong menolong maka seseorang harus membangun hubungan baik dengan orang lain. Hubungan baik biasanya terbentuk dari komunikasi yang baik. Sedangkan komunikasi yang baik terbentuk dari akhlak yang baik atau akhlakul karimah.
Akhlakul karimah pada dasarnya merupakan kunci sukses dari kehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat. Alasan kita harus berakhlak mulia karena kita butuh perlakuan baik dari orang lain. Kalau kita berbuat baik maka orang lain akan berbuat baik pula kepada kita dan sebaliknya kalau kita berbuat buruk pada orang lain biasanya orang lain akan berbuat buruk pula pada kita. Dengan demikian Islam agama kita menganjurkan kita agar senantiasa berakhlak mulia agar mendapat kemudahan dalam segala urusan.
Salah satu contoh akhlak yang baik adalah husnuzhan (berbaik sangka). Senantiasa mengendalikan diri agar selalu berhusnuzhan memang tidak gampang, ada saja godaannya. Akan tetapi bila kita berhasil istiqomah dalam husnuzhan maka hidup kita akan bahagia, rizki akan datang tanpa diduga-duga. karena pada dasarnya suatu prasangka termasuk husnuzhan sangat besar pengaruhnya bagi kehidupan manusia. Baik buruk prasangka yang ada dalam diri manusia akan menimbulkan sebuah sugesti bagi  manusia itu sendiri dan mengarahkan perbuatan seorang manusia.
Berangkat dari latar belakang diatas, maka penulis bermaksud untuk mengkaji mengenai pengertian husnuzhan, macam-macam husnuzhan, dan manfaat husnuzhan.
B.     PEMBAHASAN
1.      Pengertian Husnuzhan
Husnuzhan secara bahasa berasal dari dua kata yakni husn (حسن) yang artinya baik dan zhan (لظنا) yang artinya prasangka. Adapun secara istilah husnuzhan berarti sikap mental dan cara pandang yang menyebabkan seseorang melihat sesuatu secara positif atau melihat dari sisi positif.[1] Dengan demikian dapat dikatakan bahwa husnuzhan biasa dikenal dengan sebutan positif thinking karena berusaha melihat sesuatu dari sisi positif.
2.      Macam-macam Husnuzhan.
Berdasarkan macamnya husnuzhan dibagi menjadi tiga yaitu:
a.       Husnuzhan kepada Allah.
Husnuzan terhadap Allah SWT artinya berbaik sangka pada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, pencipta alam semesta dan segala isinya yang bersifat dengan segala sifat kesempurnaan serta bersih dari segala sifat kekurangan. Husnuzan terhadap Allah SWT merupakan sikap mental dan termasuk salah satu tanda beriman kepada-Nya. Di antara sikap perlaku terpuji, yang akan dilakukan oleh orang yang berbaik sangka pada Allah SWT ialah syukur dan sabar.[2]
1)      Syukur.
Bersyukur adalah suatu perbuatan yang bertujuan untuk berterima kasih atas segala limpahan nikmat yang telah Allah SWT berikan.
Maka selalu bersyukur jika kita diberi suatu nikmat Allah SWT, tidak memandang nikmat itu banyak atau sedikit. Karena orang yang selalu bersyukur niscaya Allah SWT akan menambah kenikmatan tersebut.
Rasa syukur yang hakiki di bangun di atas lima pondasi utama dan barang siapa yang dapat merealisasikannya, maka dia adalah seseorang yang bersyukur dengan benar. Lima pondasi tersebut adalah:
a)          Merendahnya orang yang bersyukur di hadapan yang dia syukuri (Allah SWT)
b)         Kecintaan terhadap Sang Pemberi nikmat (Allah SWT)
c)          Mengakui seluruh kenikmatan yang Dia berikan
d)         Senantiasa memuji-Nya atas segala nikmat tersebut
e)          Tidak menggunakan nikmat tersebut untuk sesuatu yang dibenci oleh Allah SWT.
Dengan demikian syukur merupakan bentuk pengakuan atas nikmat Allah dengan penuh sikap kerendahan serta menyandarkan nikmat tersebut kepada-Nya, memuji Nya dan menyebut-nyebut nikmat itu, kemudian hati senantiasa mencintai Nya, anggota badan taat kepada-Nya serta lisan tak henti-henti menyebut nama-Nya.[3]
2)      Sabar.
Sabar secara bahasa artinya ikatan. Menurut ajaran Islam, sabar adalah sikap teguh dalam menghadapi segala cobaan dan rintangan dengan tidak melupakan ikhtiar atau usaha. Sabar tidak sama dengan pasrah. Pasrah adalah sifat penyerah terhadap keadaan tanpa melakukan usaha atau disebut juga berangan-angan tanpa usaha.
Hakikat sabar berarti ketika kita mampu mengendalikan diri dari dosa, menaati segala perintah Allah, ketika mampu memegang teguh akidah Islam, dan ketika mampu tabah serta tidak mengeluh atas musibah dan keburukan apa pun yang menimpa kita.[4]
Berdasarkan macamnya, sabar dibagi menjadi tiga antara lain sabar dalam ketaatan kepada Allah, sabar dalam menjauhi kemaksiatan, sabar dalam menerima takdir Allah.[5]
a)      Sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah.
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan pula bahwa dalam melakukan ketaatan itu butuh kesabaran yang terus menerus dijaga karena:
(1)   Ketaatan itu akan membebani seseorang dan mewajibkan sesuatu pada jiwanya.
(2)   Ketaatan itu terasa berat bagi jiwa, karena ketaatan itu hampir sama dengan meninggalkan maksiat yaitu terasa berat bagi jiwa yang selalu memerintahkan pada keburukan.
b)      Sabar dalam menjauhi kemaksiatan.
Ingatlah bahwa jiwa seseorang biasa memerintahkan dan mengajak kepada kejelekan, maka hendaklah seseorang menahan diri dari perbuatan-perbuatan haram seperti berdusta, menipu dalam muamalah, makan harta dengan cara bathil dengan riba dan semacamnya, berzina, minum minuman keras, mencuri dan berbagai macam bentuk maksiat lainnya. Seseorang harus menahan diri dari hal-hal semacam ini sampai dia tidak lagi mengerjakannya dan ini tentu saja membutuhkan pemaksaan diri dan menahan diri dari hawa nafsu yang mencekam.
c)      Sabar dalam menerima takdir Allah.
Ingatlah bahwa takdir Allah itu ada dua macam, ada yang menyenangkan dan ada yang terasa pahit. Untuk takdir Allah yang menyenangkan, maka seseorang hendaknya bersyukur. Dan syukur termasuk dalam melakukan ketaatan sehingga butuh juga pada kesabaran dan hal ini termasuk dalam sabar bentuk pertama di atas. Sedangkan takdir Allah yang dirasa pahit misalnya seseorang mendapat musibah pada badannya atau kehilangan harta atau kehilangan salah seorang kerabat, maka ini semua butuh pada kesabaran dan pemaksaan diri. Dalam menghadapi hal semacam ini, hendaklah seseorang sabar dengan menahan dirinya jangan sampai menampakkan kegelisahan pada lisannya, hatinya, atau anggota badan.[6]
b.      Husnuzhan terhadap Diri Sendiri.
Husnuzan kepada diri sendiri adalah sikap baik sangka kepada diri sendiri dan meyakini akan kemampuan diri  sendiri atau juga berbaik sangka terhadap apa yang ada di dalam diri kita sendiri atau menghargai usaha yang telah kita lakukan dalam mencapai tujuan.
          Allah menciptakan makhluknya berbeda-beda dan tidak ada yang sama, semua itu supaya kita saling melengkapi dan saling membantu. Setiap manusia pasti memiliki kelemahan dan kelebihan, namun kita jangan rendah diri dengan kelemahan yang di miliki. Kita harus berusaha optimis dan tidak mudah putus asa.[7]
Muslim dan muslimah yang husnuzan atau berbaik sangka terhadap diri sendiri tentu akan berprilaku terpuji terhadap dirinya sendiri seperti percaya diri, gigih, serta mampu berinisiatif.[8]
1)      Percaya diri.
Percaya diri termasuk sikap dan perilaku terpuji yang harus dimiliki oleh setiap Muslim/Muslimah karena seseorang yang percaya diri tentu akan yakin terhadap kemampuan dirinya, sehingga ia berani mengeluarkan pendapat dan berani pula melakukan suatu tindakan. Muslim/Muslimah yang berilmu pengetahuan tinggi dan memiliki keterampilan yang bermanfaat apabila ia percaya diri, tentu ia akan memperoleh keberhasilan dalam hidup.[9]
2)      Gigih.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata gigih berasal dari bahasa Minangkabau yang artinya berkeras hati, tabah, dan rajin. Gigih juga dapat diartikan bersungguh-sungguh dalam meraih sesuatu. Sikap dan perilaku gigih dalam pengertian yang positif merupakan bagian dari sikap mahmudah (sikap terpuji) dan akhlakul karimah. Setiap muslim dan muslimah wajib memiliki sikap gigih. Sikap gigih hendaknya diterapkan dalam kehidupan antara lain dalam hal ibadah dan menuntut ilmu.[10]
3)      Berinisiatif.
Kata inisiatif berasal dari bahasa Belanda yang berarti prakarsa atau langkah pertama. Inisiatif juga berarti berbuat yang sifatnya produktif ( memiliki etos kerja yang tinggi) dan tidak tergantung kepada orang lain. Islam mengajarkan umatnya untuk memiliki etos kerja yang tingi. Seseorang yang memiliki inisiatif disebut inisiator.
Inisiatif dalam hal positif merupakan sifat terpuji yang harus dimiliki oleh setiap orang muslim dan muslimah. Muslim/Muslimah yang berprasangka baik terhadap dirinya, tentu akan berkeyakinan bahwa dirinya mampu berinisiatif yang positif dalam bidang yang ditekuninya dan sesuai dengan keahliannya.[11]
c.       Husnuzhan terhadap sesama manusia.
Husnudzan kepada sesama manusia adalah sikap yang selalu berpikir dan berprasangka baik kepada sesama manusia. Sikap ini ditunjukkan dengan rasa senang, berpikir positif, dan sikap hormat kepada orang lain tanpa ada rasa curiga, dengki, dan perasaan tidak senang tanpa alasan yang jelas. Berprasangka baik terhadap sesama manusia hukumnya mubah/jaiz/boleh.
Husnudzan terhadap sesama baik berupa sikap, ucapan, dan perbuatan yang hendaknya kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.[12]
3.      Manfaat Husnuzhan.
Adapun manfaat dari husnuzhan antara lain hubungan persahabatan dan persaudaraan menjadi lebih baik, terhindar dari penyesalan dalam hubungan dengan sesama, serta selalu senang dan bahagia atas kebahagiaan orang lain. Selain itu dengan membiasakan husnuzhan kita dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, meningkatkan kualitas dan kuantitas amal soleh, meningkatkan hubungan silaturahmi, meningkatkan kualitas ilmu. Sedangkan hikmah dari husnuzhan antara lain menumbuhkan rasa cinta kepada Allah, menumbuhkan perasaan syukur kepada Allah atas nikmatnya, menumbuhkan sikap sabar dan tawakal, menumbuhkan keinginan untuk mendapat anugerah dan Rahmat Allah dengan cara ikhtiar dan berusaha.[13]
C.     KESIMPULAN
Berdasarkan uraian tersebut di atas mengenai husnuzhan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.      Husnuzhan adalah berprasangka baik atau positif thingking.
2.      Husnuzhan dibagi menjadi tiga macam yaitu husnuzhan terhadap Allah, husnuzhan terhadap diri sendiri, husnuzhan terhadap sesama manusia.
3.      Manfaat dari husnuzhan antara lain hubungan persahabatan dan persaudaraan menjadi lebih baik, terhindar dari penyesalan dalam hubungan dengan sesama, serta selalu senang dan bahagia atas kebahagiaan orang lain.


[1] http://walpaperhd99.blogspot.co.id/2016/05/pengertian-husnuzan-pengertian-secara.html.
[2] https://edudetik.blogspot.co.id/2013/11/makalah-husnuzan.html
[3] http://masirul.com/bersyukur/
[4] walpaperhd99.blogspot.co.id/2016/01/pengertian-arti-sabar-menurut-islam.html
[5] https://muslimah.or.id/7300-3-macam-kesabaran.html.
[6] https://rumaysho.com/9579-macam-sabar.html
[7] http://adlanazmipriansyah.blogspot.co.id/2010/11/husnuzan-terhadap-diri-sendiri.html.
[8] http://www.altundo.com/pengertian-husnuzan-dan-contoh-contoh-perilaku-husnuzan.
[9] http://blangmeunara.blogspot.co.id/2017/03/makalah-husnudzan.html.
[10] https://edudetik.blogspot.co.id/2013/11/makalah-husnuzan.html.
[11] Ibid.
[12] http://www.islamku-ilmuku.web.id/2016/07/pengertian-macam-dan-manfaat-husnudzan.html.
[13] http://hadisaepulloh.blogspot.co.id/2014/01/prilaku-terpuji-husnuzan-dan-manfaatnya.html.