A.
Pendahuluan
Manusia dalam hidupnya memiliki beragam kebutuhan
dan keinginan. Manusia bisa mendapatkan apa yang dibutuhkan dengan ilmu, tanpa
ilmu manusia akan kesulitan dalam mendapatkan apa yang dibutuhkan. Dengan
demikian keberadaan ilmu dalam kehidupan manusia memiliki peran yang sangat
penting.
Ilmu pengetahuan pada dasarnya sangat membantu
manusia baik untuk memenuhi kebutuhannya maupun memajukan peradabannya. Hal itu
membuktikan bahwa keberadaan ilmu sangat dibutuhkan untuk kesejahteraan umat
manusia. Walaupun demikian, keberadaan ilmu pengetahuan tak selamanya
menguntungkan manusia. Tragedi bom atom yang menghancurkan kota hiroshima dan
nagasaki merupakan wujud dari efek negatif perkembangan ilmu pengetahuan dalam
sejarah peradaban manusia. Kenyataan tersebut merupakan bukti bahwa
perkembangan ilmu pengetahuan bisa merugikan manusia.
Ilmu pengetahuan pada dasarnya bersifat netral
seperti halnya pisau. Pisau kalau digunakan untuk memotong sayuran maka pisau
tersebut mendatangkan manfaat bagi manusia, tapi kalau digunakan untuk merampok
atau menjambret maka akan merugikan manusia.
Kecenderungan positif maupun negatif dari ilmu
penngetahuan sangat bergantung pada penggunanya, karena pada dasarnya ilmu
pengetahuan hanyalah alat. Oleh karena itu keberadaan nilai sebagai alat
kontrol perilaku sangatlah dibutuhkan agar penggunaan ilmu pengetahuan sesuai
dengan tujuan sebenarnya yaitu mensejahterakan manusia.
Salah satu cabang filsafat yang mengkaji tentang
nilai terutama terkait manfaat ilmu pengetahuan bagi manusia disebut aksiologi.
Tujuan penulisan artikel ini adalah menjelaskan definisi aksiologi, ruang
lingkupnya serta kegunaanya.
B.
Pembahasan.
Pengertian Aksiologi.
Aksiologi secara bahasa berarti teori tentang
nilai. Istilah aksiologi berasal dari bahasa Yunani dan merupakan gabungan dari
dua kata, yakni axios dan logos. Axios berati nilai, sedangkan logos berarti
teori. Oleh karena itu aksilogi didefinisikan sebagai teori tentang nilai.[1] Nilai
yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai
pertimbangan tentang apa yang dinilai.[2]
Menurut Jujun S Suriasumantri, aksiologi adalah
teori nilai berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Aksiologi
merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia
menggunakan ilmunya.[3]
Berdasarkan definisi di atas, dapat ditarik
simpulan bahwa aksiologi adalah ilmu yang menyelidiki penggunaan dan kegunaan
dari suatu ilmu pengetahuan berdasarkan standar nilai.
Ruang Lingkup Aksiologi
Menurut informasi dari wikipedia, ruang lingkup
aksiologi meliputi kaitan antara cara penggunaannya dengan kaidah-kaidah moral,
penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral, kaitan metode
ilmiah yang digunakan dengan norma-norma moral dan professional.[4]
Obyek forma dalam studi aksiologi ada dua, yaitu etika dan estetika.[5]
1.
Etika
Etika
merupakan salah satu cabang ilmu fisafat yang membahas moralitas nilai baik dan
buruk, etika bisa di definisikan sebagai nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi
pegangan manusia atau masyarakat yang mengatur tingkah lakunya. Etika berasal
dari dua kata ethos yang berarti sifat, watak, kebiasaan, ethikos berarti
susila, keadaban atau kelakuan dan perbuatan yang baik. Dalam istilah lain
dinamakan moral yang berasal dari bahasa latin mores, jamak dari mos yang
berarti adat, kebiasaan. Dalam bahasa arab disebut akhlaq yang berarti budi
pekerti dan dalam bahasa Indonesia dinamakan tata susila.[6]
Makna etika
dipakai dalam dua bentuk arti, pertama, etika merupakan suatu kumpulan
pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan. Kedua, merupakan suatu
predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan, atau
manusia-manusia lain.[7]
Etika
mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik di
dalam kondisi normatif, yaitu kondisi yang melibatkan norma-norma. Dengan kata
lain objek forma etika adalah norma-norma kesusilaan manusia.[8] Adapun
objek materi dari etika adalah tingkah
laku atau perbuatan
manusia.[9]
Didalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral
persoalan. Maksudnya adalah tingkah laku yang penuh dengan tanggung jawab, baik
tanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, alam maupun terhadap Tuhan sebagai
sang pencipta.[10]
Etika
memainkan peranan penting mengenai apa yang seharusnya atau terkait dengan apa
yang baik dan tidak baik serta apa yang salah dan apa yang benar. Sehingga
etika menjadi acuan atau panduan bagi ilmu pengetahuan dalam realisasi
pengembangannya.[11]
Etika
memang tidak dalam kawasan ilmu pengetahuan yang bersifat otonom, tetapi tidak
dapat disangkal peranannya dalam perbincangan ilmu pengetahuan. Tanggung jawab
etika, merupakan hal yang menyangkut kegiatan maupun penggunaan ilmu
pengetahuan. Dalam kaitan hal ini terjadi keharusan itu memperhatikan kodrat
manusia, menjaga keseimbangan ekosistem, bertanggung jawab pada kepentingan
umum serta kepentingan generasi mendatang. Karena pada dasarnya ilmu
pengetahuan adalah untuk mengembangkan eksistensi manusia bukan menghancurkan
eksistensi manusia.[12]
Seorang
ilmuwan selaku pengguna dan pengembang ilmu harus memiliki landasan moral yang
kuat. Tanpa landasan moral, maka keberadaan seorang ilmuan akan menjadi momok
yang menakutkan. Etika keilmuan merupakan etika normatif yang merumuskan
prinsip-prinsip etis. Prinsip-prinsip tersebut dapat dipertanggungjawabkan
secara rasional dan diterapkan dalam ilmu pengetahuan. Tujuan dari etika
keilmuan adalah membimbing seorang ilmuan untuk menerapkan prinsip-prinsip
moral agar perilaku keilmuannya senatiasa condong pada kebaikan.[13]
2.
Estetika.
Secara
etimologi, estetika diambil dari bahasa Yunani, aisthetike yang berarti segala
sesuatu yang dapat dicerna oleh indra. Estetika membahas refleksi kritis yang
dirasakan oleh indera dan memberi penilaian terhadap sesuatu, indah atau tidak
indah, beauty or ugly. Estetika disebut juga dengan istilah filsafat keindahan.
Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai
keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu terdapat
unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan
hubungan yang utuh menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek yang indah bukan
semata-mata bersifat selaras serta berpola baik melainkan harus juga mempunyai
kepribadian.[14]
Estetika
didefinisikan sebagai studi tentang nilai-nilai yang dihasilkan dari
emosi-sensorik yang kadang dinamakan nilai sentimentalitas atau cita rasa atau
selera. Secara luasnya, estetika didefinisikan sebagai refleksi kritis tentang
seni, budaya, dan alam. Estetika dikaitkan dengan aksiologi sebagai cabang
filsafat dan juga diasosiasikan dengan filsafat seni.[15]
Nilai
estetika yang melekat di dalam proses penyebaran ilmu yaitu tentang bagaimana
proses penyampaian ilmu yang menjunjung tinggi nilai-nilai keindahan baik dari
segi pemilihan bahasa, tutur kata penyampaian, kemasan ilmu, serta
kebermanfaatannya di dalam masyarakat. Suatu ilmu harus dapat disampaikan
dengan cara-cara yang bersahabat dan damai serta memberikan manfaat yang dapat
menambah keindahan, kebahagiaan, dan keharmonisan di dalam kehidupan manusia.[16]
Penilaian
Subjektif dan Objektif.
Sebagaimana
dijelaskan di atas, aksiologi merupakan teori tentang nilai. Penilaian pada
dasarnya memiliki dua karakteristik, yaitu objektif dan subjektif. Dalam kamus
besar bahasa indonesia objektif berarti mengenai keadaan yang sebenarnya tanpa
dipengaruhi pendapat atau pandangan pribadi. Sedangkan subjektif berarti mengenai
atau menurut pandangan (perasaan) sendiri, tidak langsung mengenai pokok atau
halnya.[17]
Suatu
penilaian dikatakan subjektif apabila sangat berperan dalam segala hal,
kesadaran manusia menjadi tolok ukur segalanya atau validitas, makna dan
eksistensi objek yang dinilai bergantung pada reaksi subjek yang menilai tanpa
mempertimbangkan apakah yang dnilai bersifat psikis atau fisis.[18]
Begitupun dengan penilaian objektif, apabila suatu penilaian hanya didasarkan
pada keadaan objek yang dinilai tanpa melibatkan perasaan, selera atau
kesadaran dari subjek yang menilai maka penilaian tersebut adalah penilaian
objektif.[19]
C.
SIMPULAN
Aksiologi adalah ilmu yang menyelidiki penggunaan
dan kegunaan dari suatu ilmu pengetahuan berdasarkan standar nilai.
Ruang lingkup aksiologi meliputi kaitan antara
cara penggunaannya dengan kaidah-kaidah moral, penentuan objek yang ditelaah
berdasarkan pilihan-pilihan moral, kaitan metode ilmiah yang digunakan dengan
norma-norma moral dan professional.
Obyek forma dalam studi aksiologi ada dua, yaitu
etika dan estetika. Etika merupakan salah satu cabang ilmu fisafat yang
membahas moralitas nilai baik dan buruk, etika bisa di definisikan sebagai
nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi pegangan manusia atau masyarakat yang
mengatur tingkah lakunya. Estetika membahas refleksi kritis yang dirasakan oleh
indera dan memberi penilaian terhadap sesuatu, indah atau tidak indah, beauty
or ugly. Estetika disebut juga dengan istilah filsafat keindahan.
Objektivitas dan subjektivitas dalam penilaian
sangat bergantung pada subjek yang menilai.
[1]
https://pakarkomunikasi.com/ontologi-epistemologi-dan-aksiologi
[2] https://hidayatullahahmad.wordpress.com/2013/03/17/makalah-filsafat-ilmu-aksiologi/
[3] https://id.wikipedia.org/wiki/Aksiologi
[4]
Ibid.
[5] http://historia-rockgill.blogspot.com/2011/12/definisi-aksiologiontologi-dan.html
[6]
https://dedikayunk.wordpress.com/2014/11/19/pengertian-aksiologi-dan-aspek-aspek-serta-isu-aksiologi/
[7] http://putricahyaniagustine.blogspot.com/2014/11/makalah-aksiologi-filsafat-ilmu.html
[8]
http://irmairmaagro01.blogspot.com/2014/05/makalah-pengelolaan-air-pada-berbagai.html
[9]
https://www.researchgate.net/publication/326653111_Aksiologi_Antara_Etika_Moral_dan_Estetika
[10] https://ganjureducation.wordpress.com/2010/12/28/aksiologi-ilmu-pengetahuan/
[11]
http://aepcitystudio.blogspot.com/2014/09/hubungan-etika-dan-ilmu-pengetahuan.html
[12] Ibid.
[13]
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu Edisi
Revisi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm. 170
[14] https://www.academia.edu/5571813/MAKALAH_AKSIOLOGI_FILSAFAT_ISLAM?auto=download
[15]
https://dedikayunk.wordpress.com/2014/11/19/pengertian-aksiologi-dan-aspek-aspek-serta-isu-aksiologi/
[16] https://rimatrian.blogspot.com/2016/11/pentingnya-etika-dan-estetika-dalam.html
[17]
https://kbbi.web.id
[18]
Risieri Frondiz, What Is Value, alih
bahasa: Cuk Ananta Wijaya,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001) hlm : 20.
[19]
Irmayanti M Budiyanto, Filsafat dan Metodologi
Ilmu Pengetahuan; Refleksi Kritis atas Kerja Ilmiah, (Depok: Fakultas Sastra
Universitas Indonesia, 2001), hlm : 73.