Monday, March 26, 2018

TEKNIK SAMPLING





Penelitian pada dasarnya merupakan aktifitas menggali informasi atau mengumpulkan data untuk tujuan dan kepentingan tertentu. Tahap awal dalam penelitian adalah memilih atau menetapkan populasi yang akan diteliti. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek/obyek yang ditentukan oleh peneliti dengan pertimbangan berdasarkan kualitas dan karakteristik tertentu guna dipelajari dan ditarik kesimpulan. Populasi bukan hanya terdiri atas sejumlah manusia saja tetapi meliputi obyek atau benda alam lainnya. Populasi tidak terbatas pada jumlah benda saja melainkan juga meliputi seluruh karakteristik/sifat yang melekat pada subyek/obyek.
Populasi yang dipilih dalam suatu penelitian terkadang memiliki wilayah yang luas dan memiliki jumlah anggota atau unsur yang banyak dan beragam. Populasi tersebut bagi peneliti tentunya sangat sulit dipelajari secara keseluruhan mengingat keterbatasan tenaga, waktu dan dana yang dimiliki peneliti. Hal itu menjadi pertimbangan bagi peneliti untuk mengambil sampel yang bersifat representatif (mewakili) dari keseluruhan populasi. Teknik pengambilan sampel sangat bergantung pada karakteristik suatu populasi. Populasi pada umumnya terbagi menjadi dua jenis yakni populasi homogen dan heterogen. Teknik sampling yang digunakan pada populasi homogen tentu berbeda dengan teknik sampling yang diterapkan pada populasi heterogen.
“Menurut Endang Mulyatiningsih setiap penelitian membutuhkan teknik sampling yang tepat sesuai dengan populasi sasaran yang diteliti”[1]
Metode sampling yang diterapkan pada populasi yang sifatnya homogen biasanya lebih sederhana dibanding metode sampling yang diterapkan pada populasi yang memiliki karakteristik heterogen. Pemilihan metode sampling yang hendak digunakan harus tepat, karena bila metode samplingnya salah maka data yang didaptakan juga salah dan kesimpulan yang ditarik otomatis akan meleset. Oleh karena itu teknik sampling memiliki kedudukan yang sangat penting dalam aktifitas penelitian.
Menginat betapa pentingnya mempelajari teknik sampling maka penulis disini bermaksud mengupas tuntas tentang teknik sampling dengan bahasa yang mudah dipahami pembaca.
Teknik Sampling
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi. Sampel yang diambil harus bersifat representatif agar data yang didapat mampu memberi gambaran populasi secara menyeluruh.
Menurut Sugiyono “Bila sampel yang digunakan tidak representatif, maka ibarat orang buta disuruh menyimpulkan karakteristik gajah. Satu orang memegang telinga gajah, maka ia menyimpulkan gajah itu seperti kipas. Orang kedua memegang badan gajah, maka ia menyimpulkan gajah itu seperti tembok besar. Satu orang lagi memegang ekor gajah, maka ia menyimpulkan gajah itu kecil seperti seutas tali. Begitulah kalau sampil yang dipilih tidak representatif, maka ibarat tiga orang buta itu yang membuat kesimpulan salah tentang gajah.” [2]
Adapun teknik sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel.[3] Teknik sampling sangat berguna sebagai metode untuk menentukan sampling yang akan dipakai. Penggunaan teknik ini hanya berlaku untuk untuk populasi yang besar saja, sedangkan untuk populasi yang kecil tidak perlu menggunakan teknik sampling karena bisa dijangkau secara menyeluruh. Secara garis besar teknik sampling dibagi menjadi dua jenis, yaitu probability sampling dan non probability sampling.
Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik mengambil sampel dengan memberikan peluang yang sama bagi unsur populasi. Teknik ini meliputi simple random sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified random sampling, cluster sampling.[4]
Simple random sampling adalah teknik pengambilan sampel secara sederhana. Dikatakan sederhana karena dalam pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan stratifikasi dalam populasi tersebut. Teknik ini hanya cocok untuk populasi yang berifat homogen.[5]
Proportionate stratified random sampling adalah metode pengambilan sampel secara acak berdasarkan strata. Teknik ini digunakan pada populasi yang bersifat heterogen dan berstrata secara proporsional. Sebelum pengambilan sampel, anggota populasi harus dikelompokkan berdasarkan strata. Jumlah sampel dan metode pengambilan sampel ditentukan setelah pengelompokan tersebut.[6]
Disproportionate stratified random sampling adalah teknik yang digunakan untuk menentukan jumlah sempel bila populasi berstrata tapi kurang proposional.[7] Berdasarkan teknik ini, sampel pada masing-masing strata diambil dalam jumlah yang sama tanpa memperhatikan jumlah populasinya.
Cluster sampling (Area Sampling) adalah teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas. Teknik ini biasanya dipilih ketika keseluruhan daftar populasi tidak tersedia atau tidak mungkin mengumpulkan daftar populasi yang akan diteliti. Pada umumnya, subpopulasi sudah tersedia, hanya saja tidak ada daftar lengkap anggotanya yang akan diteliti. Subpopulasi tersebut merupakan klaster.[8]
Penggunaan metode ini terbagi menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah menetapkan lokasi yang dijadikan sebagai sampel. Tahap kedua menentukan orang-orang yang berada di wilayah tersebut untuk dijadikan sampel.
Non Probability Sampling
Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.[9] Teknik ini meliputi sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh, snowball.
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Contoh Sampling Sistematis, anggota populasi yang terdiri dari 100 orang, dari semua semua anggota populasi itu diberi nomor urut 1 sampai 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan mengambil nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk itu maka yang diambil sebagai sampel adalah nomor urut 1, 5, 10, 15, 20 dan seterusnya sampai 100.[10]
Kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Sebagai contoh, sebuah penelitian tentang pendapat masyarakat terhadap pelayanan masyarakat dalam urusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Jumlah sampel yang ditentukan 500 orang. Kalau pemenuhan data belum memenuhi kuota 500 orang tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai.
Bila pengumpulan data dilakukan secara kelompok yang terdiri atas 5 orang pengumpul data, maka setiap anggota kelompok harus dapat menhubungi 100 orang anggota sampel, atau 5 orang tersebut harus dapat mencari data dari 500 anggota sampel.[11]
Aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu sesuai sebagai sumber data.[12]
Purposive adalah teknik mengambil sampel secara sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu.[13] Sebagai contoh misalnya melakukan penelitian tentang kualitas makanan maka sampel sumbernya haruslah ahli makanan.
Jenuh adalah teknik penentuan sampel dengan menggunakan semua anggota populasi sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila  jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah  lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.[14]
Snowball adalah metode untuk mengidentifikasi, memilih dan mengambil sampel dalam suatu jaringan atau rantai hubungan yang menerus.[15] Sampel yang diambil mula-mula jumlah kecil kemudian berkembang menjadi besar. Metode ini cocok digunakan untuk melacak provokator kerusuhan.
Demikianlah sekilah uaraian tentang teknik sampling semoga bermanfaat bagi para pembaca sekalian dan menambah wawasan dalam mempelajari metode penelitian terutama bagi mahasiswa sarjana tingkat akhir guna mempersiapkan skripsi.


[1] Endang Mulyatiningsih, Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan, (Bandung, Alfabeta :2013), hlm: 11
[2] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, R&D, (Bandung, Alfabeta : 2013), hlm :118
[3] http://statistikaikip.blogspot.co.id/2015/05/pengertian-teknik-samplingpengambilan.html
[4] http://zesy-rahantoknam.blogspot.co.id/2010/01/probability-sampling-dan-non.html
[5] https://www.statistikian.com/2018/02/pengertian-simple-random-sampling.html
[6] http://www.portal-statistik.com/2014/02/sampel-acak-berstrata-atau-stratified.html
[7] https://temankuyangsempurna.wordpress.com/tag/disproportionate-stratified-random-sampling/
[8] http://sosiologis.com/teknik-sampling
[9] https://sugithewae.wordpress.com/2012/12/08/teknik-sampling/
[10] http://gerrytri.blogspot.co.id/2013/06/teknik-pengambilan-sampel-dalam.html
[11] https://charlessigaulian.blogspot.co.id/2013/12/populasi-sampel-dan-sampling.html?showComment=1522035908571#c4786424766415162521
[12] https://www.statistikian.com/2017/06/teknik-sampling-dalam-penelitian.html
[13] http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-teknik-purposive-sampling-menurut-para-ahli/
[14] https://www.eurekapendidikan.com/2015/09/defenisi-sampling-dan-teknik-sampling.html
[15] https://noniaryanti.wordpress.com/2016/05/17/snowball-sampling/

Saturday, March 24, 2018

METODE PENGUMPULAN DATA





Penelitian adalah suatu proses investigasi yang dilakukan dengan aktif, tekun, dan sistematis, yang bertujuan untuk menemukan, menginterpretasikan, dan merevisi fakta-fakta. Penyelidikan intelektual ini menghasilkan suatu pengetahuan yang lebih mendalam mengenai suatu peristiwa, tingkah laku, teori, dan hukum, serta membuka peluang bagi penerapan praktis dari pengetahuan tersebut. Istilah ini juga digunakan untuk menjelaskan suatu koleksi informasi menyeluruh mengenai suatu subjek tertentu, dan biasanya dihubungkan dengan hasil dari suatu ilmu atau metode ilmiah. Kata ini diserap dari kata bahasa Inggris research yang diturunkan dari bahasa Perancis yang memiliki arti harfiah "menyelidiki secara tuntas".[1]
Penelitian bertujuan untuk mencari, menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Penelitian juga sering dilaksanakan untuk mencari solusi atau memecahkan suatu permasalahan yang berkembang.[2] Berdasarkan tujuannya, penelitian dibagi menjadi dua jenis yaitu penelitian dasar dan penelitian terapan. Penelitian dasar (basic research) atau bisa disebut penelitian murni merupakan penelitian yang diperuntukkan bagi pengembangan suatu ilmu pengetahuan serta diarahkan pada pengembangan teori-teori yang ada atau menemukan teori baru. Penelitian terapan merupakan penelitian yang dikerjakan dengan maksud untuk menerapkan, menguji, dan mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapakan dalam pemecahan permasalahan praktis.[3]
Berdasarkan jenis data penelitian dibagi menjadi dua yaitu penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang berpola investigasi dimana data-data dan pernyataan di peroleh dari hasil interaksi langsung antara peneliti, objek yang diteliti dan orang-orang yang ada di tempat penelitian. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif.[4] Sedangkan penelitian kuantitatif adalah Adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pengukuran secara obyektif terhadap fenomena social. Untuk dapat melakukan pengukuran, setiap fenomena social di jabarkan kedalam beberapa komponen masalah, variable dan indicator. Setiap variable yang di tentukan di ukur dengan memberikan symbol – symbol angka yang berbeda – beda sesuai dengan kategori informasi yang berkaitan dengan variable tersebut. Dengan menggunakan symbol – symbol angka tersebut, teknik perhitungan secara kuantitatif matematik dapat di lakukan sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang belaku umum di dalam suatu parameter.[5]
Pengumpulan data dalam proses penelitian baik kualitatif maupun kuantitatif merupakan bagian terpenting dari penelitian itu sendiri. Aktivitas penelitian tidak akan terlepas dari keberadaan data yang merupakan bahan baku informasi untuk memberikan gambaran spesifik mengenai obyek penelitian. Data adalah fakta empirik yang dikumpulkan oleh peneliti untuk kepentingan memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian. Data penelitian dapat berasal dari berbagai sumber yang dikumpulkan dengan menggunakan berbagai teknik selama kegiatan penelitian berlangsung.[6] Data-data yang terkumpul kemudian dianalisis dan disimpulkan sehingga menjadi sebuah teori. Kualitas dan kesesuaian data yang didapatkan sangat bergantung pada metode dan alat pengumpul data yang digunakan. Oleh karena itu metode dan instrumen data yang dipilih dalam suatu penelitian haruslah tepat. Kesalahan yang dilakukan dalam proses pengumpulan data akan membuat proses analisis menjadi sulit. Selain itu hasil dan kesimpulan yang akan didapat pun akan menjadi rancu apabila pengumpulan data dilakukan tidak dengan benar.[7]
Metode pengumpulan data pada dasarnya merupakan cara yang dipilih oleh seorang peneliti untuk mendapatkan data. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian.[8] Adapun jenis-jenis metode pengumpulan data meliputi wawancara, observasi, quesioner, dokumentasi.
Wawancara
Wawancara adalah percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi yang tepat dari narasumber yang terpercaya. Wawancara dilakukan dengan cara penyampaian sejumlah pertanyaan dari pewawancara kepada narasumber.[9] Data yang didapatkan dari metode tersebut berbentuk kutipan kutipan dari pernyataan narasumber. Metode wawancara dibagi menjadi dua jenis yakni wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilaksanakan secara terencana dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang tidak berpedoman pada daftar pertanyaan.[10] Adapun instrumen yang digunakan oleh pewawancara antara lain recorder dan pedoman wawancara.
Observasi
Observasi adalah salah satu teknik yang dilakukan dalam penelitian, berupa sebuah aktivitas yang dilakukan terhadap suatu proses atau objek dengan tujuan memahami dan merasakan pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya. Instrumen yang digunakan dalam aktifitas observasi adalah kamera dan pedoman observasi. Kamera digunakan untuk menangkap gambar atau merekam aktifitas dari subyek penelitian. Pedoman observasi dapat berupa lembar pengamatan atau check list. Cara kerja dari lembar pengamatan adalah dengan menulis perilaku yang telah diamati atau memberi tanda centang dan memberi nilai pada lembar pengamatan terkait perilaku yang diamati.[11]
Quesioner
Quesioner merupakan sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan Quesioner kita dapat mengetahui keadaan atau data pribadi seseorang, pengalaman atau pengetahuan dan lain-lain yang dimilikinya.
Quesioner merupakan instrumen pengumpulan data atau informasi yang dioperasionalisasikan ke dalam bentuk item atau pertanyaan. Penyusunan Quesioner dilakukan dengan harapan dapat mengetahui variable-variabel apa saja yang menurut responden merupakan hal yang penting . Tujuan penyusunan Quesioner adalah untuk memperbaiki bagian-bagian yang dianggap kurang tepat untuk diterapkan dalam pengambilan data terhadap responden.
Quesioner dapat didefinisikan sebagai daftar pertanyaan yang akan digunakan oleh periset untuk memperoleh data dari sumbernya secara langsung melalui proses komunikasi atau dengan mengajukan pertanyaan.[12]
Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu cara yang dilakukan untuk menyediakan dokumen dengan menggunakan bukti yang akurat dari pencatatan sumber informasi khusus dari sebuah karangan atau tulisan, wasiat, buku, undang-undang dan lain sebagainya. Atau dengan kata lain, pengertian dokumentasi secara umum adalah suatu pencarian, penyelidikan, pengumpulan, pengawetan, penguasaan, pemakaian dan penyediaan dokumen.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), pengertian dokumentasi adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan informasi di bidang pengetahuan; pemberian atau pengumpulan bukti dari keterangan seperti gambar, kutipan, guntingan koran, dan bahan referensi lain.[13] Adapun fungsi dokumentasi yaitu memberikan informasi mengenai isi dokumen bagi yang memerlukan, menyiapkan alat bukti dan data mengenai keterangan dokumen,     menyimpan dan menyelamatkan fisik setiap isi dokumen, menjaga dokumen dari kerusakan,     menyiapkan isi dokumen sebagai bahan penelitian para ilmuwan, mengembangkan koleksi dokumen bagi bangsa dan negara, serta dapat menjamin keutuhan dan keotentikan infomasi yang termuat dalam dokumen.[14]
Demikianlah uraian tentang metode pengumpulan data penelitian. Semoga dapat memberikan pencerahan bagi pembaca. Apabila ada pertanyaan, kritik maupun saran silahkan komen pada kolom yang tersedia.


[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian
[2] http://rangkumanmateriips.blogspot.co.id/2014/10/pengertian-dan-tujuan-penelitian.html
[3] https://idtesis.com/jenis-jenis-penelitian/
[4] http://www.kamusq.com/2013/06/penelitian-kualitatif-adalah-pengertian.html
[5] http://zonainfosemua.blogspot.co.id/2011/01/pengertian-metode-penelitian-kualitatif.html
[6] https://csuryana.wordpress.com/2010/03/25/data-dan-jenis-data-penelitian/
[7] http://ciputrauceo.net/blog/2016/2/18/metode-pengumpulan-data-dalam-penelitian
[8] http://belajarpsikologi.com/metode-pengumpulan-data/
[9] https://id.wikipedia.org/wiki/Wawancara
[10] https://prastna.wordpress.com/tag/jenis-jenis-wawancara/
[11] Endang Mulyatiningsih, Metode Penelitian Terapan, (Bandung , Alfabeta : 2013), hlm : 26
[12] http://definisidanpengertian.blogspot.co.id/2011/02/pengertian-kuesioner.html
[13] http://www.pelajaran.co.id/2017/28/pengertian-dokumentasi-menurut-para-ahli-fungsi-tujuan-peranan-kegiatan-dokumentasi.html
[14] https://www.sekolahpendidikan.com/2017/11/pengertian-dokumentasi-fungsi-tujuan.html#

Friday, March 23, 2018

KONDISI JAZIRAH ARAB SEBELUM ISLAM




Menurut bahasa, kata Arab berarti padang pasir; tanah gundul dan gersang yang tiada air dan tanamannya. Sebutan dengan istilah ini sudah diberikan sejak dahulu kepada Jazirah Arab, sebagaimana sebutan yang diberikan kepada suatu kaum yang disesuaikan dengan dareah tertentu, lalu mereka menjadikannya sebagai tempat tinggal.[1]
Jazirah Arab merupakan suatu daerah berupa pulau yang berada  di antara benua Asia dan Afrika, seolah–olah  daerah Arab itu sebagai hati bumi (dunia). Sebelah Barat daerah Arab di batasi oleh laut Merah, sebelah timur di batasi oleh teluk Persia  dan laut Oman atau sungai-sungai Dajlah (Tigris) dan Furat (Euphrat). Sebelah Selatan di batasi oleh laut Hindia dan sebelah utara oleh Sahara Tiih (lautan pasir yang ada di antara negeri Syam dan sungai Furat). Itulah sebabnya daerah Arab itu terkenal sebagai pulau dan dinamakan Jaziratul-Arabiah.[2]
Keadaan  tanah di Jazirah Arab sebagian besar terdiri  dari  Padang Pasir tandus, bukit dan batu, terutama bagian tengah. Sedang bagian  selatan  atau bagian pesisir pada umumnya tanahnya cukup  subur. Untuk wilayah bagian Tengah terbagi pada :
1.      Sahara Langit, memanjang 140 mil dari utara ke selatan dan 180 mil dari timur ke barat, disebut juga Sahara Nufud. Oase dan mata air sangat jarang, tiupan angin seringkali menimbulkan kabut debu yang mengakibatkan daerah ini sukar ditempuh.
2.      Sahara Selatan, yang membentang menyambung Sahara Langit ke arah timur sampai selatan Persia. Hampir seluruhnya merupakan dataran keras, tandus, dan pasir bergelombang. Daerah ini juga disebut dengan Ar-Rub’ Al-Khali (bagian yang sepi).
3.      Sahara Harrat,suatu daerah yang terdiri atas tanah Hat yang berbatu hitam bagaikan terbakar. Gugusan batu-batu hitam itu menyebar di keluasan Sahara ini, seluruhnya mencapai 29 buah.[3]
Kondisi alam/tanah di sebagian besar Jazirah Arab Kering dan tandus, kalaupun ada air hanyalah  Oase  atau mata air. Hal ini menyebabkan penduduknya suka berpindah-pindah  (Nomaden) dari satu wilayah ke wilayah lain, oleh para ahli mereka disebut suku Badui. Suku Badui umumnya bekerja menggembalakan kambing dan binatang ternak lainnya.
Sementara wilayah bagian pesisir terdiri wilayah pesisir Laut Merah, Samudera Hindia dan Teluk Persi, sehingga kondisi tanahnya sangat subur.[4] Adapun daerah pesisir, bila dibandingkan dengan Sahara sangat kecil, bagaikan selembar pita yang mengelilingi Jazirah. Penduduk sudah hidup menetap dengan mata pencaharian bertani dan berniaga. Oleh karena itu, mereka sempat membina berbagai macam budaya, bahkan kerajaan.

A.    Kondisi Sosial Jazirah Arab Pra Islam
Penduduk Jazirah Arab pada masa pra Islam dibagi menjadi kelompok besar yakni penduduk kota (Hadhari) dan penduduk gurun (Badui). Sebagaimana telah disinggung di atas, bahwa penduduk kota bertempat tinggal secara menetap. Mereka sudah mengenal tata cara mengelola tanah pertanian dan mengenal tata cara perdagangan. Bahkan hubungan perdagangan mereka telah mencapai luar negeri. Hal ini menunjukkan bahwa peradaban mereka sudah maju.
Penduduk gurun (Badui) memiliki gaya hidup yang jauh berbeda dari penduduk kota tersebut. Masyarakat Badui hidup secara nomaden guna mencari air dan padang rumput untuk binatang ternak mereka. Masyarakat badui memiliki kebiasaan mengendarai unta, mengembala domba dan keledai, berburu dan menyerang musuh. Hal itu dilakukan karena mereka belum mengenal perdagangan dan pertanian.[5] Mereka sangat menekankan hubungan kesukuan, sehingga kesetiaan dan solidaritas kelompok menjadi sumber kekuatan bagi kabilah dan suku. Kondisi iklim gurun yang panas sangat mempengaruhi kondisi mental masyarakat badui. Oleh karena itu masyarakat badui memiliki watak mudah marah. Hal itu seringkali memicu peperangan antar suku. Sikap ini nampaknya sudah mendarah daging dalam diri penduduk Arab. Dalam budaya bangsa arab yang suka berperang, derajat wanita menjadi sangat rendah. Situasi seperti ini berlangsung sampai Islam lahir. Akibat peperangan yang melanda bangsa Arab secara terus menerus maka kebudayaan mereka menjadi tidak berkembang.[6]

B.     Kondisi Politik Jazirah Arab Para Islam
Kondisi Bangsa Arab di wilayah pesisir (pemukim) berbeda jauh dengan bangsa Arab Badui (gurun). Peradaban masyarakat Arab di wilayah pesisir berkembang sangat pesat. Mereka selalu mengalami perubahan sesuai situasi dan kondisi yang mengitarinya. Mereka mampu membuat alat-alat dari besi, bahkan mendirikan kerajaan-kerajaan. Wilayah yang mereka diami dikenal dengan wilayah perniagaan karena memang pada saat itu wilayah mereka menjadi bagian dari jalur perniagaan yang menghubungkan antara syam dan samudra hindia.
Bangsa Arab yang pernah mendirikan kerajaan adalah golongan Qahthaniyun. Kerajaan yang pernah didirikan golongan Qahthaniyun bernama saba’ dan himyar di Yaman, bagian selatan Jazirah Arab.
Adapun wilayah yang ditempati oleh masyarakat badui sama sekali tidak pernah dijajah oleh bangsa lain, baik karena daerahnya sulit dijangkau maupun karena tandus dan miskin. Wilayah tersebut salah satunya adalah hijaz, kota terpenting dari wilayah ini adalah Makkah karena di sana terdapat bangunan suci bernama Ka’bah. Ka’bah tidak hanya disucikan dan diziarahi oleh penganut agama asli Makkah saja melainkan juga di sucikan dan diziarahi oleh penganut agama Yahudi yang bermukim di sekitarnya.
Penduduk pedalaman Jazirah Arab hidup dengan tradisi kesukuan. Peraturan yang berlaku di antara mereka saat itu adalah peraturan suku. Suku-suku di Arab terdiri dari kelompok/gabungan dari orang banyak yang diikat oleh kesatuan darah(nasab) dan kesatuan kelompok. Dalam ikatan hubungan ini berkembanglah hukum ada yang mengatur hubungan antara individu dengan kelompok, atas dasar solidaritas antara mereka dalam hak dan kewajiban. Hukum adat ini menjadi pedoman suku dalam peraturan politik dan sosial.
Adapun pemimpin suku yang dicalonkan untuk kepemimpinan dipilih dari kedudukan dalam sukunya, perilaku dan karakteristiknya. Seorang kepala suku memiliki hak-hak moral dan material. Hak moral yang paling penting adalah dimuliakan, dihormati, ditaati perintahnya serta peratiran dan keputusannya disetujui. Hak material ialah Hak untuk mendapat kan ¼ dari harta ghanimah (harta rampasan perang) untuk dirinya sendiri sebelum ghanimah dibagi. Peraturan suku di dalamnya berlaku kebebasan. Orang Arab telah tumbuh dalam suasana dan lingkungan yang bebas. Karena itu, kebebasan merupakan karakteristik yang lebih spesifik dari orang Arab dan mereka menyukainya. Mereka menolak ketidakpuasan dan penghinaan. Dan setiap individu dalam satu suku berjuang untuk sukunya, serta memperkuat kebanggaannya dan hari-hari besarnya. Mereka senantiasa berjuang untuk menolong masing-masing anggota sukunya, tanpa peduli dia benar atau salah. Prinsip mereka adalah “Tolonglah saudaramu yang zalim atau yang dizalimi”. Dan individu di dalam suku adalah pengikut bagi kelompok. Rasa bangga mereka terhadap pendapat kelompok itu telah berlebihan hingga kadang kepribadiannya melebur dalam kepribadian kelompoknya. Setiap suku dari suku-suku Arab memiliki karakter politiknya masing-masing. Dengan karakter itu terjalin persekutuan dengan suku-suku lain. Dan dengan karakter itu juga, perang diarahkan kepadanya. Mungkin persekutuan paling terkenal yang terjalin antara suku-suku Arab adalah persukutuan Al-Fudhul (persekutuan orang-orang penyemangat). Peperangan antara suku sangat sering terjadi di bangsa Arab, terkadang penyebabnya adalah masalah pribadi, kadang tuntunan kebutuhan hidup. Sebab salah satu mata pencarian mereka terdapat di pedang mereka.[7]

C.    Karakteristik Bangsa Arab Pra Islam  
Perangai suatu masyarakat pada dasarnya terpengaruh oleh keadaan lingkungan yang didiami. Begitu pula bangsa arab pada zaman sebelum Islam yang terpengaruh dengan iklim jazirah arab yang panas dan tandus. Iklim tersebut membentuk watak bangsa arab yang cenderung tempramen atau mudah naik darah. Selain itu karena bangsa Arab belum mengenal ajaran Islam maka perangainya jauh dari kata beradab. Berikut ini adalah watak bangsa arab yang umum pada masa pra Islam:
1.      Menyebah berhala, dewa malaikat,jin,roh dan benda-benda langit seperti bulan,dan bintang.
2.      Suka bermain judi
3.      Hidup boros dan suka berfoya-foya.
4.      Percaya pada takhayul dan hantu.
5.      Mengubur hidup-hidup bayi perempuan.
6.      Merendahkan derajat wanita.
Selain memiliki watak tercela, bangsa Arab pra islam juga memiliki watak terpuji antara lain :
1.      Dermawan
2.      Suka menepati janji
3.      Memiliki tekad yang kuad
4.      Menjaga harga diri
5.      Teguh pendirian
6.      Dapat dipercaya[8]
Itulah gambaran kondisi geografis, sosial dan politik bangsa Arab pada zaman pra Islam. Peradaban bangsa Arab yang mendiami wilayah gurun yang tandus sebelum Islam sulit berkembang akibat seringnya terjadi peperangan antar suku.


[1]https://khazanahilmublog.wordpress.com/artikel-spesial/sirah-nabawiyah/letak-geografis-arab-kondisi-penduduknya/bagian-1/
[2] http://ukonpurkonudin.blogspot.co.id/2011/08/jazirah-arab.html
[3] http://kurniadwisari.blogspot.co.id/2015/06/normal-0-false-false-false-en-us-ko-x.html
[4] https://siti-nurjanah.weebly.com/arab-pra-islam.html
[5] http://dunia-sejarahku.blogspot.co.id/2017/08/ keadaan-sosial-dan-budaya-bangsa-arab.html
[6] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: Rajawali Press, 2014), hlm : 11.
[7] https://remaja-muslim.com/2017/09/21/kondisi-politik-bangsa-arab/
[8] http://rainidini.blogspot.co.id/2010/04/sifat-dan-watak-masyarakat-arab.html