Thursday, November 15, 2018

EPISTEMOLOGI




A.    Pendahuluan
Ilmu merupakan suatu hal yang penting bagi manusia karena dengan ilmu manusia dapat memenuhi segala kebutuhannya dengan cepat dan mudah. Salah satu kenyataan yang tidak terbantahkan adalah peran ilmu dalam kemajuan peradaban manusia. Dengan ilmu, manusia bisa merasakan berbagai kemudahan seperti transportasi, pemukiman, pendidikan dan komunikasi. Singkatnya ilmu merupakan sarana untuk membantu manusia dalam mencapai tujuannya. [1]
Keshahihan sebuah ilmu harus menjadi perhatian utama bagi seorang pencari ilmu mengingat besarnya pengaruh ilmu dalam kehidupan manusia. Jika ilmu yang didapatkan salah maka manusia akan tersesat dalam hidupnya. Jika manusia tersesat dalam hidupnya maka dia tidak akan mencapai tujuan hidup yang diinginkannya. Oleh karena itu memperhatikan keshahihan ilmu sangat penting bagi kehidupan manusia.
Kesahihan sebuah ilmu dapat diketahui dari proses/metode yang digunakan dalam menghasilkan ilmu dan dasar-dasar yang digunakan sebagai argumen penguat kebenaran ilmu. Salah satu cabang filsafat yang berurusan dengan keshahihan sebuah ilmu adalah epistemologi.
Latar belakang hadirnya pembahasan epistemologi itu adalah karena para pemikir melihat bahwa panca indra lahir manusia yang merupakan satu-satunya alat penghubung manusia dengan realitas eksternal terkadang atau senantiasa melahirkan banyak kesalahan dan kekeliruan dalam menangkap objek luar, dengan demikian, sebagian pemikir tidak menganggap valid lagi indra lahir itu dan berupaya membangun struktur pengindraan valid yang rasional. Namun pada sisi lain, para pemikir sendiri berbeda pendapat dalam banyak persoalan mengenai akal dan rasionalitas, dan keberadaan argumentasi akal yang saling kontradiksi dalam masalah-masalah pemikiran kemudian berefek pada kelahiran aliran Sophisme yang mengingkari validitas akal dan menolak secara mutlak segala bentuk eksistensi eksternal.
            Dengan alasan itu, persoalan epistemologi sangat dipandang serius sedemikian sehingga filosof Yunani, Aristoteles, berupaya menyusun kaidah-kaidah logika sebagai aturan dalam berpikir dan berargumentasi secara benar yang sampai sekarang ini masih digunakan. Lahirnya kaidah itu menjadi penyebab berkembangnya validitas akal dan indra lahir sedemikian sehingga untuk kedua kalinya berakibat memunculkan keraguan terhadap nilai akal dan indra lahir di Eropa, dan setelah Renaissance dan kemajuan ilmu empirik, lahir kembali kepercayaan kuat terhadap indra lahir yang berpuncak pada Positivisme. Pada era tersebut, epistemologi lantas menjadi suatu disiplin ilmu baru di Eropa yang dipelopori oleh Descartes (1596-1650) dan dikembangkan oleh filosof Leibniz (1646–1716) kemudian disempurnakan oleh John Locke di Inggris.[2]
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, tujuan dari penulisan artikel ini meliputi :
1.      Mengetahui definisi epistemologi.
2.      Mengetahui ruang lingkup epistemologi.
B.     Pembahasan
1.      Pengertian Epistemologi.
Istilah 'Epistemologi' pertama kali digunakan oleh filsuf Skotlandia James Frederick Ferrier pada tahun 1854.[3] Epistemologi berasal dari kata “episteme” dan “logos”. Episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori. Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu. Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). Istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan, dan logos berarti teori.[4]
Epistemologi atau teori pengetahuan adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya, serta pertanggungjawaban atas pengetahuan yang dimiliki.[5]
Objek epistemologi ini menurut Jujun S. Suriasumantri berupa “ segenap proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan.” Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang mejadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan, sebab sasaran itu merupakan suatu tahap perantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujan. Tanpa suatu sasaran, mustahil tujuan bisa terealisir, sebaliknya tanpa suatu tujuan, maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali.[6] Jadi objek material epistemology adalah pengetahuan dan objek formalnya adalah hakikat pengetahuan itu.[7]
2.      Ruang Lingkup Epistemologi
M. Arifin merinci ruang lingkup epistemologi, meliputi hakekat, sumber dan validitas pengetahuan. Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek, yaitu hakikat, unsur, macam, tumpuan, batas, dan sasaran pengetahuan. Bahkan, A.M Saefuddin menyebutkan, bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab, apakah ilmu itu, dari mana asalnya, apa sumbernya, apa hakikatnya, bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar, apa kebenaran itu, mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar, apa yang dapat kita ketahui, dan sampai dimanakah batasannya. Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok ; masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu.[8] Adapun dalam artikel ini ruang lingkup epistemologi yang akan dibahas adalah proses mendapatkan ilmu, asal usul ilmu dan validitas ilmu.
a.      proses mendapatkan ilmu.
Prosedur dalam mendapatkan ilmu disebut metode ilmiah.[9] Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan. Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan  sangat bergantung pada metode ilmiah. Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan, yaitu rasio dan fakta secara integratif.[10]
Menurut Burhanudin Salam beberapa jenis metode ilmiah yaitu observasi, trial and error, eksperimen dan statistik. Adapun menurut amsal bakhtiar beberapa jenis metode ilmiah meliputi meliputi metode induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kentemplatif, metode dialektis.[11]
1)      Observasi
Beberapa ilmu seperti astronomi dan botani telah dikembangkan secara cermat dengan metode observasi. Didalam metode observasi melingkupi pengamatan indrawi seperti : melihat, mendengar, menyentuh, meraba.
2)      Trial and error
Teknik yang diperoleh karena mengulang-ulang pekerjaan baik metode, teknik, materi, parameter-parameter sampai akhirnya menemukan sesuatu, memerlukan waktu yang lama dan biaya yang tinggi.
3)      Eksperimen
Kegiatan ekperimen adalah berdasarkan pada prinsip metode penemuan sebab akibat dan pengajuan hipotesis. Peranan metode ini adalah hanya untuk membedakan satu faktor atau kondisi pada suatu waktu, sedangkan faktor-faktor lainnya diusahakan tidak berubah atau tetap.
4)      Statistik
Istilah statistik berarti pengetahuan tentang mengumpulkan, menganalisis dan menggolongkan data sebagai dasar induksi. Metode statistik telah ada sejak lama, yaitu untuk membantu pemimpin dan penguasa mengumpulkan data tentang penduduk, kematian, kesehatan dan perpajakan. Metode statistik ini telah berkembang dan lebih menarik minat lagi, sehingga metode statistik dipakai dalam kehidupan sehari-hari misalnya perdagangan, peredaran uang dan lain sebagainya. Statistik memungkinkan kita untuk menjelaskan sebab dan akibat dan pengaruhnya, melukiskan tipe-tipe dari fenomena-fenomena dan kita dapat membuat perbandingan-perbandingan dengan mempergunakan tabel-tabel dan grafik. Statistik juga dapat meramalkan kejadian-kejadian yang akan datang dengan tingkat ketepatan yang tinggi.
5)      Metode induktif
Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Pengetahuan dari hasil penyelidikan suatu fenomena berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
6)      Metode deduktif
Metode deduktif adalah cara analisis dari kesimpulan umum atau jeneralisasi yang diuraikan menjadi contoh-contoh kongkrit atau fakta-fakta untuk menjelaskan kesimpulan atau generalisasi tersebut. Metode Deduktif digunakan dalam sebuah penelitian disaat penelitian berangkat dari sebuah teori yang kemudian di buktikan dengan pencarian fakta.
7)      Metode positivisme
Metode ini berpangkal dari apa yang diketahui yang faktual, yang positif. Apa yang diketahui secara positif adalah segala yang tampak dan segala gejala. Tujuan dari metode ini adalah menemukan hukum-hukum kesamaan dan urutan pada fakta dengan pengamatan.
8)      Metode kontemplatif
Tujuan dari metode ini adalah memperoleh pengetahuan melalui intuisi dengan cara merenung. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh pengetahuan sehingga hasilnya berbeda-beda.
9)      Metode dialektis
Metode dialektika adalah metode tanya jawab untuk mencapai kejernihan filsafat. Metode ini mengajarkan kaidah-kaidah dan metode-metode penuturan, juga analisis sistemik tentang ide-ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam pandangan. Secara sederhana dialektika berarti mengkompromikan hal-hal yang berlawan antara tesis dan anti tesi menjadi sintesis.
b.      Asal usul ilmu.
Ilmu adalah pengetahuan suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menjelaskan gejala-gejala tertentu.[12] Pengetahuan diperoleh dengan menggunakan berbagai alat yang merupakan sumber dari pengetahuan tersebut. Dalam hal ini ada beberapa pendapat mengenai sumber pengetahuan antara lain.
1)      Empirisme
Kata ini berasal dari bahasa Yunani empeirikos, artinya pengalaman. Menurut aliaran ini, manusia mendapatkan pengetahuan melalui pengalamannya. Dan jika dikembalikan pada  kata Yunaninya, maka pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman inderawi.[13]
2)      Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia memperoleh kebenaran melalui kegiatan menangkap objek. Pengalaman indera diperlukan untuk merangsang akal dan memberikan bahan-bahan yang dapat menyebabkan akal dapat bekerja, tetapi sesampainya manusia pada kebenaran adalah karena pekerjaan akal.[14]
3)      Intuisi
Menurut Henry Bergson intuisis adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya. Pengembangan kemampuan ini memerlukan suatu usaha.[15]
4)      Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat perantara para nabi. Para nabi memperoleh pengetahuan dari Allah tanpa upaya, tanpa bersusah payah, tanpa memerlukan waktu untuk memperolehnya. Wahyu Allah berisikan pengetahuan, baik mengenai kehidupan seseorang yang terjangkau oleh pengalaman, maupun yang mencakup masalah transendental, seperti latar belakang dan tujuan penciptaan manusia, dunia dan segenap isinya serta kehidupan di akhirat nanti.[16]
c.       Validitas ilmu.
Ilmu adalah any knowledge organized atau sebuah pengetahuan yang  terstruktur.[17] Oleh karena itu kebenaran pengetahuan memiliki pengaruh besar terhadap kebenaran ilmu. Bila pengetahuan yang didapat salah maka ilmu yang dihasilkan sesat. Ada beragam teori standar kebenaran yang dapat dijadikan tolok ukur keshahihan pengetahuan. Teori standar kebenaran tersebut antara lain sebagai berikut.
1)      Teori korespondensi
Menurut teori ini, kebenaran atau keadaan benar itu apabila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut.[18] Suatu proposisi adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang diselaraskannya, yaitu apabila ia menyatakan apa adanya. Kebenaran adalah yang bersesuaian dengan fakta, yang selaras dengan realitas, yang serasi dengan situasi aktual.[19]
2)      Teori koherensi
Menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan dengan sesuatu yang lain, yaitu fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri. Dengan kata lain, kebenaran ditegakkan atas hubungan antara putusan yang baru dengan putusan-putusan lainnya yang telah kita ketahui kebenarannya terlebih dahulu.[20] Jadi menurut teori ini, putusan yang satu dengan yang lainnya salaing berhubungan dan saling menerangkan satu sama lain.[21]
3)      Teori pragmatisme
Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani pragma, artinya yang dikerjakan, yang dilakukan, perbuatan, tindakan. Menurut teori ini benar tidaknya suatu ucapan, dalil atau teori, semata-mata bergantung pada asas manfaat. Sesuatu dianggap benar apabila mendatangkan asas manfaat dan akan dikatakan salah apabila tidak mendatangkan manfaat.[22]
4)      Teori agama
Salah satu cara untuk mencari kebenaran adalah dengan melalui agama. Agama dengan karakteristiknya sendiri memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia baik tentang alam, manusia maupun Tuhan. Suatu hal dianggap benar bila sesuai dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak.[23]

C.    Kesimpulan
Epistemologi atau teori pengetahuan adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya, serta pertanggungjawaban atas pengetahuan yang dimiliki.
Ruang lingkup epistemologi, meliputi hakekat, sumber dan validitas pengetahuan.


[1] Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu Edisi Revisi, (Jakarta, PT Rajagrafindo Persada : 2012), hlm : 162.
[2] http://kataalan.blogspot.com/2016/11/makalah-filsafat-ilmu-tentang.html
[3] https://id.wikipedia.org/wiki/Epistemologi
[4] http://mangihot.blogspot.com/2017/10/pengertian-manfaat-dan-faktor-faktor.html
[5] Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu Edisi Revisi, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada : 2012) hlm : 148-156
[6] http://blognyasharing.blogspot.com/2015/06/makalah-filsafat-ilmu-epistemologi_25.html
[7] http://islammakalah.blogspot.com/p/blog-page_4.html
[8] http://nyimasindakusumawati.blogspot.com/p/filsafat-ilmu_31.html
[9] http://blognyasharing.blogspot.com/2015/06/makalah-filsafat-ilmu-epistemologi_25.html
[10] http://matematikaunsriindah.blogspot.com/2014/11/makalah-epistemologi.html
[11] Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu Edisi Revisi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2004) hlm : 148-156
[12] Wihadi Admojo, et.al., Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1998), hlm : 324.
[13] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum; Akal dan Hati; sejak Thales sampai Chapra, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1990) , hlm : 24.
[14] Amsal Bakhtiar, loc.cit., hlm : 102-103.
[15] Ahmad Tafsir, op.cit., hlm : 27.
[16] Jujun S Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2000), hlm : 54.
[17] Mulyadi Kartanegara, Pengantar Epstemologi Islam, (Bandung: Mizan, 2003), hlm: 1
[18] Jujun S Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2000), hlm : 57
[19] Amsal bakhtiar, loc.cit., hlm : 112.
[20] Jujun S Sumriasumantri, op.cit., hlm : 56.
[21] Amsal bakhtiar, op.cit, hlm : 116.
[22] Ibid, hlm : 118-119
[23] Ibid hlm : 120-121

Wednesday, April 11, 2018

ANALISIS DATA KUALITATIF




Analisis adalah proses penyusunan/pengorganisasian data secara sistematis untuk disimpulkan agar dapat dipahami diri sendiri maupun orang lain. Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif karena dalam proses analisis tersebut data-data yang telah terkumpul dikembangkan menjadi pola hubungan tertentu sehingga menjadi sebuah hipotesis. Dengan demikian dapat diketahui bahwa fokus utama penelitian kualitatif adalah mencari hipotesis, sedangkan fokus dari penelitian kuantitatif adalah menguji hipotesis.
Perbedaan yang paling menonjol antara analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif terdapat pada waktu pelaksanaan analisis. Kalau analisis data pada penelitian kuantitatif dilakukan saat pengumpulan data sudah selesai, maka analisis data kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data.
Ada dua model yang ditawarkan terkait metode analisis data kualitatif. Model yang pertama adalah model analisis data versi Miles and Huberman, sedangkan model yang kedua adalah analisis data versi Spradley.
1.      Analisis Data Model Miles and Huberman
Aktifitas analisis data menurut miles and huberman terbagi menjadi tiga tahap antara lain tahap reduksi data, tahap display data serta tahap verifikasi.
a.      Reduksi Data
Reduksi data berarti memilih data yang diperlukan dan membuang data yang tidak diperlukan. Aktifitas reduksi data meliputi merangkum data, memilih data yang dianggap penting, kemudian menjadikan data tersebut sebagai fokus, setelah itu dicari tema dan polanya.
Tujuan dari reduksi data adalah agar peneliti mendapat gambaran yang lebih jelas terkait obyek yang diteliti dan memudahkan langkah pencarian data berikutnya. Reduksi data berfungsi membantu peneliti untuk menentukan fokus penelitan setelah mendapatkan gambaran jelas terkait situasi sosial dilapangan.
Reduksi data melibatkan proses berpikir sensitif sehingga diperlukan kecerdasan, keluasan serta kedalaman wawasan yang tinggi. Oleh karena itu, bagi peneliti pemula disarankan untuk berdiskusi dengan teman atau orang lain yang dianggap ahli ketika melakukan reduksi data. Dengan demikan wawasan peneliti akan berkembang serta data-data yang dihasilkan dari proses reduksi data memiliki nilai temuan yang berbobot.
b.      Display Data
Display data dalam penelitian kualitatif berfungsi memudahkan peneliti dalam memahami apa yang terjadi kemudian merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan dari pemahaman yang didapatkan tersebut.
Penyajian (display) data dilakukan dengan membuat bagan, uraian singkat, hubungan antar kategori, flowchart atau sejenisnya. Penyajian data dalam penelitian kualitatif biasanya berbentuk teks yang bersifat naratif.
c.       Verifikasi Data
Verifikasi/menyimpulkan data merupakan langkah ketiga dalam penelitan kualitatif, setelah proses penyajian data. Kesimpulan awal yang didapatkan masih bersifat sementara dan akan berubah, apabila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada aktifitas pengumpulan data selanjutnya. Kesimpulan yang didapatkan bisa dianggap kredibel apabila didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten.
2.      Analisis Data Model Spradley
Spradley membagi tahapan analisis data kualitataif menjadi beberapa langkah antara lain meliputi analisis domain nomain, analisis taksonomi, analisis komponensial, analisis tema budaya.
a.      Analisis Domain
Analisis domain adalah memperoleh gambaran umum dan menyeluruh dari situasi sosial yang diteliti. Peneliti dapat menemukan berbagai domain tertentu sebagai pijakan penelitian selanjutnya melalui pertanyaan umum maupun pertanyaan rinci.
Tujuan utama dari tahap analisis domain adalah memilih/menentukan domain yang akan dijadikan sebagai fokus penelitian. Pemilihan domain perlu dilakukan karena dalam sebuah situasi sosial bisa terdapat ratusan bahkan ribuan domain. Domain adalah kategori budaya yang terdiri atas tiga elemen yaitu cover term, included term dan semantic relationship. Cover term adalah nama suatu domain budaya, sedangkan included term adalah rincian dari cover term tersebut. Adapun semantic relationship adalah hubungan semantik antar kategori budaya. Langkah terpenting dalam analisis domain adalah mencari hubungan semantik sehingga menemukan berbagai domain budaya.
Menurut Spradley analisis hubungan semantik terdiri atas sembilan tipe. Tipe hubungan ini bersifat universal, sehingga dapat diterapkan dalam berbagai jenis situasi sosial. Sembilan tipe yang dimaksud oleh Spradley antara lain meliputi jenis, ruang, sebab-akibat, lokasi, rasional/alasan, fungsi, cara, urutan dan atribut.
Sugiono menyarankan agar menggunakan lembar kerja analisis domain dengan tujuan untuk memudahkan aktifitas analisis domain. Adapun contoh analisis domain adalah sebagai berikut.
No.
Rincian Domain
Hubungan semantik
Cover term/domain
1
Pendidikan
Jenis dari
Tugas perguruan tinggi
Penelitian
Pengabdian masyarakat
2
Ruang kantor
Ruang
Adalah jenis-jenis ruang yang terdapat pada institusi pendidikan teknik.
Ruang kelas
Ruang bengkel
Ruang Laboratorium
3
Mahasiswa mengeluh
Akibat dari
Kepemimpinan otoriter
Para dosen protes
Mahasiswa demonstrasi
4
Dosen memiliki sertifikat kompetensi
Alasan untuk
Universitas melaksanakan KBK
Alat-alat pembelajaran lengkap
Sistem evaluasi belajar diperbaiki
5
Di kelas
Lokasi
Belajar mahasiswa teknik

Di industri
Di laboratorium
Di bengkel
6
Mengikuti kursus
Cara
Meningkatkan prestasi/ skill


Belajar tekun
Rajin mengikuti perkuliahan
7
Komputer
Berfungsi untuk
mengerjakan tugas-tugas kuliah
Printer
Flash disk
8
Membayar SPP
Urutan dalam
Administrasi perkuliahan



Perwalian
Melaksanakan Kuliah
Ujian Akhir
9
Sarjana Pendidikan
Atribut/karakteristik
Lulusan perguruan tinggi jenjang strata 1
Sarjana Teknik
Sarjana Sosial
Sarjana Hukum

b.      Analisis Taksonomi
Analisis taksonomi adalah penjabaran domain-domain yang dipilih menjadi lebih rinci sehingga dapat diketahui struktur internalnya. Berdasarkan deskripsi tersebut, analisis taksonomi bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang struktur internal dari domain-domain yang telah dipilih dan dijadikan fokus penelitian. domain yang terpilih dijadikan cover term oleh peneliti, kemudian diurai lebih rinci dan mendalam.
Data yang yang dianalisis dalam analisis taksonomi diperoleh melalui observasi terfokus, wawancara mendalam dan dokumentasi. Proses pengumpulan data berpijak pada domain yang telah dipilih dan dijadikan fokus penelitian. Tujuan dari proses pengumpulan data ini adalah memperoleh informasi yang mendalam terkait domain yang dipilih.
Hasil dari analisis taksonomi dapat disajikan dalam bentuk diagram kotak, diagram garis dan simpul serta outline. Berikut ini adlah contoh penyajian analisis taksonomi dalam bentuk diagram kotak.
COVER TERM
A
B
C
D
1
2
3
1
2
3
4
a
b











c.       Analisis komponensial
Analisis komponensisal adalah proses mencari ciri atau karakteristik yang spesifik dari setiap struktur internal dengan cara mengontraskan antar elemen. Data yang akan dianalisis diperoleh melalui observasi dan wawancara terseleksi dengan pertanyaan yang bersifat mengontraskan.
Pada analisis komponensial, data yang dicari untuk diorganisasikan dalam domain bukanlah data yang memiliki persamaan rumpun. Data yang dicari haruslah menonjolkan ciri fisik masing-masing elemen untuk membedakan elemen yang satu dengan elemen yang lain. Agar lebih mudah dalam memahami cara kerja analisis ini, maka penulis akan memberi contoh berupa “analisis data kualitatif tentang jenjang pendidikan”. Analisis domain menghasilkan jenjang pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi. Kemudian yang dihasilkan tersebut dijabarkan misalnya jenjang pendidikan dasar dijabarkan meliputi SD/MI dan SMP/MTs, jenjang pendidikan menengah meliputi SMA/MA dan SMK/MAK, jenjang pendidikan tinggi meliputi Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut, Universitas.
Pada analisis taksonomi, masing-masing jenis lembaga pendidikan (SD, SMP, SMA) dicari unsur yang spesifik sehingga menampakkan perbedaan antar lembaga pendidikan tersebut. Sebagai contoh misalnya kurikulum, tujuan pendidikan, usia peserta didik dan sarana prasana. Tentunya kurikulum SD dan SMA sangatlah berbeda, begitu juga fasilitas maupun tujuan yang terdapat pada masing-masing lembaga pendidikan tersebut.
d.      Analisis Tema Budaya.
Analisis tema budaya adalah upaya mencari benang merah yang mengintegrasikan lintas domain yang ada. Dengan ditemukannya benang merah antar domain, maka akan tersusun suatu konstruksi bangunan yang sebelumnya gelap/remang-remang menjadi terang dan jelas.

REFERENSI:
Emzir. 2017. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Depok: PT Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung: Alfabeta.