Tuesday, January 15, 2019

MAKNA SYAHADAT




A.    Pendahuluan
Syahadat merupakan rukun Islam yang pertama serta memiliki kedudukan sebagai pondasi  dari bangunan keislaman seorang muslim. Jika pondasinya tidak kuat maka rumahnya pun tidak akan kuat bertahan.
Memahami kalimat syahadat sangat penting dan mendasar. Karena jika kita tak memahami hakikat kalimat syahadat, kita dapat terjerumus ke dalam penyakit kebodohan dan kemusyrikan. Hakikat memahami Islam dimulai dari memahami inti sari ajarannya yaitu dua kalimat syahadat (syahadatain).[1]
Syahadatain (dua kalimat syahadat) merupakan asas dan dasar bagi rukun Islam lainnya, dan menjadi tiang untuk rukun iman dan dien. Syahadatain merupakan ruh, inti dan landasan seluruh ajaran Islam. Oleh karena itu syahadat menjadi sangat penting. Lebih detailnya lagi, ada beberapa hal yang menyebabkannya menjadi penting, yaitu karena:
1)      Syahadat adalah pintu masuk ke dalam Islam
2)      Syahadat adalah intisari ajaran Islam
3)      Syahadat adalah dasar-dasar perubahan menyeluruh
4)      Syahadat adalah hakikat da'wah para rasul
5)      Syahadat adalah keutamaan yang besar
6)      Pintu masuk ke dalam Islam Sahnya iman seseorang adalah dengan menyatakan syahadatain. Tanpa mengucapkan kalimat ini, maka amal yang dikerjakana bagaikan abu, atau fatamorgana yang terlihat tapi tidak ada.[2]
B.     Makna Syahadat
Syahadat berasal dari kata Bahasa Arab yaitu syahida (شهد) yang artinya "ia telah menyaksikan". Kalimat itu dalam syariat Islam adalah sebuah pernyataan kepercayaan sekaligus pengakuan akan keesaan Allah dan Muhammad sebagai rasulNya.
Syahadat disebut juga dengan Syahadatain karena terdiri dari 2 kalimat (Dalam Bahasa Arab Syahadatain berarti 2 kalimat Syahadat). Kalimat pertama merupakan syahadah at-tauhid, dan kalimat kedua merupakan syahadat ar-rasul.[3]
Syahadat tauhid dalam Bahasa Arab ditulis اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ dibaca “Asyhadu alla ilaha illa Allah” yang artinya aku bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah dan menerima ibadah kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Lafadzلا إله” bermakna menafikan hak penyembahan dari selain Allah, siapa pun orangnya. Adapun lafadz “إلا الله” bermakna penetapan hak Allah semata untuk disembah.
Setelah syahadat tauhid maka syahadat yang kedua adalah syahadat rasul. Adapun syahadat rasul dalam Bahasa Arab ditulis “وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللهِ” yang artinya “dan aku bersaksi bahwa Muhammad SAW adalah utusan Allah. Makna syahadat rasul adalah mengakui secara lahir batin bahwa beliau adalah hamba Allah dan RasulNya yang diutus kepada manusia secara keseluruhan, serta mengamalkan konsekuensinya: menta’ati perintahnya, membenarkan ucapannya, menjauhi larangannya, dan tidak menyembah Allah kecuali dengan apa yang disyari’atkan.[4]
C.    Konsekuensi Syahadat
Seseorang yang telah mengucapkan kalimat syahadat, wajib mengamalkan apa yang telah ia ikrarkan tersebut sebagai konsekuensi dari syahadat. Sebagaimana dijelaskan di atas, kalimat syahadat dibagi menjadi dua yakni syahadat tauhid dan syahadat rasul.
Konsekuensi dari syahadat tauhid adalah dengan menyembah Allah secara ikhlas serta memurnikan ketaatan kepadaNya semata dalam menjalankan agama yang lurus. Seseorang yang mengucapkan syahadat tauhid akan tetapi tidak tidak memahami maknanya, tidak mengamalkannya dan tidak membenarkannya, maka orang tersebut tidak akan selamat dari perbuatan syirik. Orang-orang munafik pun mengucapkan syahadat tauhid tersebut, namun mereka kelak tetap akan menjadi penghuni neraka yang paling bawah karena tidak mengimaninya dan tidak mengamalkannya.[5]
Ikrar syahadat tauhid pada dasarnya wajib diiringi dengan ikrar syahadat rasul. Jika seseorang bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allâh tetapi ia enggan bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasûlullâh, maka ia belum masuk ke dalam agama Islam. Karena keduanya harus beriringan sebagaimana dalam adzan, iqamah, khutbah, jika ada kalimat Lâ ilâha illallâh, maka syahadat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam Rasûlullâh pasti juga masuk ke dalamnya.
Konsekuensi dari syahadat rasul adalah dengan membenarkan bahwa nabi Muhammad SAW adalah seorang Rasul yang tidak boleh didustakan. Apa yang disampaikan atau diajarkan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam harus ditaati dan diikuti tanpa mengurangi dan menambah-nambahi.[6] Bentuk lain dari pengamalan syahadat rasul adalah dengan menjadikan dan menerima Muhammad sholallahu ‘alayhi wa salam sebagai “the best model” dalam aspek kehidupan, baik dalam peribadatan khusus maupun dalam kehidupan sosial lainnya. Beliau sholallahu ‘alayhi wa salam telah memberikan banyak tauladan mulai dalam urusan rumah tangga, peperangan, pemerintahan, bisnis, sampai urusan pribadi.[7]
D.    Pembatal Syahadat
Ada anggapan sebagian orang jika sudah bersyahadat dan masuk Islam maka ia akan menjadi muslim selamanya serta tidak dapat batal keislamannya meskipun tindakannya melenceng dari Islam. Bahkan ada sebagian orang yang mencela dan mencemooh agama Islam tapi Masih mengaku Islam. Ketahuilah bahwa syahadat memiliki pembatal-pembatal sebagaimana wudhu juga bisa batal jika melakukan beberapa perkara.
Pembatal syahadat sangat banyak, namun yang paling besar adalah berikut ini:
1.      Menyekutukan Allah (syirik).
Yaitu menjadikan sekutu bagi Allah dalam beribadah Misalnya berdo’a, memohon syafa’at, bertawakkal, beristighatsah, bernadzar, menyembelih yang ditujukan kepada selain Allah, seperti menyembelih untuk jin atau untuk penghuni kubur, dengan keyakinan bahwa para sesembahan selain Allah itu dapat menolak bahaya atau dapat mendatangkan manfaat.
2.      Membuat perantara antara dirinya dengan Allah, yaitu dia berdo'a kepadanya, memohon syafa'at, serta bertawakkal kepada mereka.
Perbuatan-perbuatan tersebut termasuk amalan kekufuran menurut ijma’ (kesepakatan para ulama).
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
ﻗُﻞِ ﺍﺩْﻋُﻮﺍ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺯَﻋَﻤْﺘُﻢ ﻣِّﻦ ﺩُﻭﻧِﻪِ ﻓَﻠَﺎ ﻳَﻤْﻠِﻜُﻮﻥَ ﻛَﺸْﻒَ ﺍﻟﻀُّﺮِّ ﻋَﻨﻜُﻢْ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺤْﻮِﻳﻠًﺎ ﺃُﻭﻟَٰﺌِﻚَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳَﺪْﻋُﻮﻥَ ﻳَﺒْﺘَﻐُﻮﻥَ ﺇِﻟَﻰٰ ﺭَﺑِّﻬِﻢُ ﺍﻟْﻮَﺳِﻴﻠَﺔَ ﺃَﻳُّﻬُﻢْ ﺃَﻗْﺮَﺏُ ﻭَﻳَﺮْﺟُﻮﻥَ ﺭَﺣْﻤَﺘَﻪُ ﻭَﻳَﺨَﺎﻓُﻮﻥَ ﻋَﺬَﺍﺑَﻪُ ۚ ﺇِﻥَّ ﻋَﺬَﺍﺏَ ﺭَﺑِّﻚَ ﻛَﺎﻥَ ﻣَﺤْﺬُﻭﺭًﺍ
"Katakanlah: ‘Panggillah mereka yang kamu anggap (sekutu) selain Allah, maka tidaklah mereka memiliki kekuasaan untuk menghilangkan bahaya darimu dan tidak pula dapat memindahkannya.’ Yang mereka seru itu mencari sendiri jalan yang lebih dekat menuju Rabb-nya, dan mereka mengharapkan rahmat serta takut akan adzab-Nya. Sesungguhnya adzab Rabb-mu adalah sesuatu yang (harus) ditakuti.” [Al-Israa': 56-57].
3.      Tidak mengkafirkan orang-orang musyrik, atau meragukan kekafiran mereka, atau membenarkan pendapat mereka.
Orang yang tidak mengkafirkan orang-orang kafir dari Yahudi, Nasrani maupun Majusi. orang-orang musyrik, atau orang-orang mulhid (Atheis), atau selain itu dari berbagai macam kekufuran, atau ia meragukan kekufuran mereka, atau ia membenarkan pendapat mereka, maka ia telah kafir.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺪِّﻳﻦَ ﻋِﻨﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟْﺈِﺳْﻠَﺎﻡُ
Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam...” [Ali ‘Imran: 19].
Termasuk juga seseorang yang memilih kepercayaan selain Islam, seperti Yahudi, Nasrani, Majusi, Komunis, sekularisme, demokrasi atau keyakinan (kepercayaan) lainnya yang jelas kufur, maka ia telah kafir.
4.      Meyakini adanya petunjuk yang lebih sempurna dari Sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Orang yang meyakini bahwa ada petunjuk lain yang lebih sempurna dari petunjuk Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, atau orang meyakini bahwa ada hukum lain yang lebih baik daripada hukum Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, seperti orang-orang yang lebih memilih hukum-hukum Thaghut daripada hukum Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka ia telah kafir.
Termasuk juga di dalamnya adalah orang-orang yang meyakini bahwa peraturan dan undang-undang yang dibuat manusia lebih baik (utama) daripada sya’riat Islam, atau orang meyakini bahwa hukum Islam tidak relevan (sesuai) lagi untuk diterapkan di zaman sekarang ini. Termasuk juga orang-orang yang berpendapat bahwa pelaksanaan hukum potong tangan bagi pencuri, atau hukum rajam bagi orang yang (sudah menikah lalu) berzina sudah tidak sesuai lagi di zaman sekarang.
5.      Tidak senang dan membenci perkara yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, meskipun ia melaksanakannya, maka ia telah kafir.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻛَﻔَﺮُﻭﺍ ﻓَﺘَﻌْﺴًﺎ ﻟَّﻬُﻢْ ﻭَﺃَﺿَﻞَّ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟَﻬُﻢْ ﺫَٰﻟِﻚَ ﺑِﺄَﻧَّﻬُﻢْ ﻛَﺮِﻫُﻮﺍ ﻣَﺎ ﺃَﻧﺰَﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻓَﺄَﺣْﺒَﻂَ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟَﻬُﻢْ
"Dan orang-orang yang kafir, maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menghapus amal-amal mereka. Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci apa yang di-turunkan Allah (Al-Qur-an), lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka.” [Muhammad: 8-9].
6.      Menghina Islam
Orang yang mengolok-olok(menghina) Allah dan Rasul-Nya, Al-Qur-an, agama Islam, Malaikat atau para ulama karena ilmu yang mereka miliki. Atau menghina salah satu dari syi'ar Islam, seperti shalat, zakat, puasa, haji, thawaf di Ka’bah, atau menghina masjid, adzan, memelihara jenggot atau Sunnah-Sunnah Nabi lainnya, dan syi’ar-syi’ar agama Allah pada tempat-tempat yang disucikan dalam keyakinan Islam serta terdapat keberkahan padanya, maka dia telah kafir.
Allah Ta’ala berfirman:

ﻭَﻟَﺌِﻦ ﺳَﺄَﻟْﺘَﻬُﻢْ ﻟَﻴَﻘُﻮﻟُﻦَّ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻛُﻨَّﺎ ﻧَﺨُﻮﺽُ ﻭَﻧَﻠْﻌَﺐُ ۚ ﻗُﻞْ ﺃَﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺁﻳَﺎﺗِﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟِﻪِ ﻛُﻨﺘُﻢْ ﺗَﺴْﺘَﻬْﺰِﺋُﻮﻥَ ﻟَﺎ ﺗَﻌْﺘَﺬِﺭُﻭﺍ ﻗَﺪْ ﻛَﻔَﺮْﺗُﻢ ﺑَﻌْﺪَ ﺇِﻳﻤَﺎﻧِﻜُﻢْ ۚ ﺇِﻥ ﻧَّﻌْﻒُ ﻋَﻦ ﻃَﺎﺋِﻔَﺔٍ ﻣِّﻨﻜُﻢْ ﻧُﻌَﺬِّﺏْ ﻃَﺎﺋِﻔَﺔً ﺑِﺄَﻧَّﻬُﻢْ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻣُﺠْﺮِﻣِﻴﻦَ

“… Katakanlah: ‘Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?’ Tidak usahkamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan dari kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengadzab golongan (yang lain) di sebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” [At-Taubah: 65-66].
7.      Melakukan Sihir
Yaitu melakukan praktek Sihir, santet, tenung, pelet dll.
Allah Ta’ala berfirman:
ﻭَﻣَﺎ ﻳُﻌَﻠِّﻤَﺎﻥِ ﻣِﻦْ ﺃَﺣَﺪٍ ﺣَﺘَّﻰٰ ﻳَﻘُﻮﻟَﺎ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻧَﺤْﻦُ ﻓِﺘْﻨَﺔٌ ﻓَﻠَﺎ ﺗَﻜْﻔُﺮْ
...Sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan: ‘Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir...’” [Al-Baqarah: 102].
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasulullah bersabda:
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺮُّﻗَﻰ ﻭَﺍﻟﺘَّﻤَﺎﺋِﻢَ ﻭَﺍﻟﺘِّﻮَﻟَﺔَ ﺷِﺮْﻙٌ
Sesungguhnya jampi, jimat dan tiwalah (pelet) adalah perbuatan syirik.
8.      Memberikan pertolongan kepada orang kafir dan membantu mereka dalam rangka memerangi kaum Muslimin.
Allah Ta’ala berfirman:

ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﻟَﺎ ﺗَﺘَّﺨِﺬُﻭﺍ ﺍﻟْﻴَﻬُﻮﺩَ ﻭَﺍﻟﻨَّﺼَﺎﺭَﻯٰ ﺃَﻭْﻟِﻴَﺎﺀَ ۘ ﺑَﻌْﻀُﻬُﻢْ ﺃَﻭْﻟِﻴَﺎﺀُ ﺑَﻌْﺾٍ ۚ ﻭَﻣَﻦ ﻳَﺘَﻮَﻟَّﻬُﻢ ﻣِّﻨﻜُﻢْ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ۗ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻟَﺎ ﻳَﻬْﺪِﻱ ﺍﻟْﻘَﻮْﻡَ ﺍﻟﻈَّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ

" Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin bagimu; sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu yang menjadikan mereka sebagai pemimpin,maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim.” [Al-Maa-idah: 51].
9.      Meyakini bahwa manusia bebas keluar dari syari’at Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Yaitu orang yang mempunyai keyakinan bahwa sebagian manusia diberikan keleluasaan untuk keluar dari sya’riat (ajaran) Nabi Muhammad sebagaimana anggapan sebagian orang sufi yg berkeyakinan jika sudah mencapai derajat makrifat atau kasyf maka mereka tidak wajib menjalankan syariat, sebab syariat hanya berlaku bagi orang awam. Maka orang seperti itu kafir.
Allah Ta’ala berfirman:

ﻭَﻣَﺎ ﺃَﺭْﺳَﻠْﻨَﺎﻙَ ﺇِﻟَّﺎ ﻛَﺎﻓَّﺔً ﻟِّﻠﻨَّﺎﺱِ ﺑَﺸِﻴﺮًﺍ ﻭَﻧَﺬِﻳﺮًﺍ ﻭَﻟَٰﻜِﻦَّ ﺃَﻛْﺜَﺮَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻟَﺎ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻮﻥ

Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada ummat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” [Saba’: 28].
10.  Berpaling dari agama Allah Ta’ala, ia tidak mempelajarinya dan tidak beramal dengannya.
Yaitu berpaling dari mempelajari pokok-pokok agama, dimana seseorang dianggap muslim dengannya.
Firman Allah Ta’ala:
ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻛَﻔَﺮُﻭﺍ ﻋَﻤَّﺎ ﺃُﻧﺬِﺭُﻭﺍ ﻣُﻌْﺮِﺿُﻮﻥَ
... Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka.” [Al-Ahqaaf: 3].
Firman Allah Ta’ala:
ﻭَﻣَﻦْ ﺃَﻇْﻠَﻢُ ﻣِﻤَّﻦ ﺫُﻛِّﺮَ ﺑِﺂﻳَﺎﺕِ ﺭَﺑِّﻪِ ﺛُﻢَّ ﺃَﻋْﺮَﺽَ ﻋَﻨْﻬَﺎ ۚ ﺇِﻧَّﺎ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤُﺠْﺮِﻣِﻴﻦَ ﻣُﻨﺘَﻘِﻤُﻮﻥَ

Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Rabb-nya, kemudian ia berpaling daripadanya. Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.” [As-Sajdah: 22].[8]
E.     Penutup
Setelah mempelajari makna syahadat maka diharapkan pembaca dapat memahami hakikat dari syahadat serta mau mengamalkan substansi dari syahadat sebagai konsekuensi bersyahadat. Setelah mengamalkan substansi syahadat maka hendaknya berusaha menghindari semua perkara yang dapat membatalkan syahadat tersebut. Demikianlah uraian singkat terkait makna syahadat semoga mencerahkan.


[1] https://www.dakwatuna.com/2006/12/22/18/pentingnya-syahadatain/#axzz5buv1zHHM
[2] https://www.kompasiana.com/dikinugraha/550b96c5a33311761b2e3964/pentingnya-dua-kalimah-syahadat
[3] https://id.wikipedia.org/wiki/Syahadat
[4] https://almanhaj.or.id/2101-makna-syahadatain-rukun-syarat-konsekuensi-dan-yang-membatalkannya.html
[5] https://muslim.or.id/29558-konsekuensi-kalimat-tauhid-laa-ilaaha-illallah.html
[6] https://almanhaj.or.id/6557-wajib-memahami-dua-kalimat-syahadat-dan-konsekuensinya.html
[7] https://hannasislam.wordpress.com/2011/04/14/konsekuensi-syahadat-rasul/
[8] http://artikel.masjidku.id/articles-item.php?id=74

IMAN KEPADA MALAIKAT




A.    Pendahuluan
Rukun Iman yang kedua adalah beriman kepada malaikat, jika kita beriman kepada Allah yang merupakan rukun iman pertama, sudah seharusnya kita juga mengimani adanya malaikat karena hal ini merupakan satu kesatuan.
Malaikat merupakan salah satu makhluk ciptaan Allah yang tidak bisa dilihat oleh mata manusia, kecuali untuk siapa saja yang Dia kehendaki.[1]
Malaikat adalah makhluk yang tercipta dari cahaya. Malaikat memiliki karakter yang berbeda dengan manusia. Kalau manusia memiliki potensi untuk durhaka kepada Allah maka malaikat tidak ada potensi untuk mendurhakai Allah, bahkan malaikat merupakan makhluk Allah yang sangat taat kepada Allah. Malaikat merupakan makhluk Allah yang mustahil berbuat dosa. Meskipun para malaikat senantiasa taat dan selalu beribadah kepada Allah, sesungguhnya ibadah dari manusia dan jin lebih disukai oleh Allah Ta’ala. Kenapa Allah lebih suka ibadahnya manusia dan jin dibanding malaikat? Sebab jin dan manusia ini bisa memilih dan menentukan pilihannya sendiri, berbeda halnya dengan malaikat yang tidak demikian.[2]
Malaikat jumlahnya sangat banyak, dan tidak ada yang mampu menghitungnya kecuali Allah. Dalam hadits Al Bukhari dan Muslim terdapat hadits dari Anas Radhiyallahu ‘Anhu tentang kisah mi’raj bahwa Allah telah memperlihatkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Al Baitul Ma’mur di langit. Di dalamnya terdapat 70.000 malaikat yang setiap hari melakukan shalat. Siapa pun yang keluar dari tempat itu, tidak kembali lagi.[3] Setiap malaikat memiliki tugas yang berbeda dengan malaikat lainnya, seperti Jibril bertugas menyampaikan wahyu kepada para nabi dan rasul, Mikail bertugas membagikan rizki dan rahmat dari Allah, Rakib dan Atit bertugas mencatat amal manusia serta masih banyak lagi malaikat dengan berbagai macam tugasnya.
B.     Hakikat Iman kepada Malaikat.
Iman secara bahasa berarti tashdiq (membenarkan). Sedangkan secara istilah syar’i, iman adalah "Keyakinan dalam hati, Perkataan di lisan, amalan dengan anggota badan, bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan maksiat". Para ulama salaf menjadikan amal termasuk unsur keimanan. Oleh sebab itu iman bisa bertambah dan berkurang, sebagaimana amal juga bertambah dan berkurang". Ini adalah definisi menurut Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Al Auza’i, Ishaq bin Rahawaih, madzhab Zhahiriyah dan segenap ulama selainnya.
Dengan demikian definisi iman memiliki 5 karakter: keyakinan hati, perkataan lisan, dan amal perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang.[4]

    “Agar bertambah keimanan mereka di atas keimanan mereka yang sudah ada.”
    — QS. Al Fath [48] : 4

Imam Syafi’i berkata, “Iman itu meliputi perkataan dan perbuatan. Dia bisa bertambah dan bisa berkurang. Bertambah dengan sebab ketaatan dan berkurang dengan sebab kemaksiatan.” Imam Ahmad berkata, “Iman bisa bertambah dan bisa berkurang. Ia bertambah dengan melakukan amal, dan ia berkurang dengan sebab meninggalkan amal.” Imam Bukhari mengatakan, “Aku telah bertemu dengan lebih dari seribu orang ulama dari berbagai penjuru negeri, aku tidak pernah melihat mereka berselisih bahwasanya iman adalah perkataan dan perbuatan, bisa bertambah dan berkurang.[5]
Malaikat (bahasa Arab: ملاءكة malāʾikah; tunggal: ملاك atau مَلَكْ malāk) adalah makhluk yang memiliki kekuatan-kekuatan yang patuh pada ketentuan dan perintah Allah. Menurut bahasa, kata “Malaikat” merupakan kata jamak yang berasal dari Arab malak (ملك) yang berarti kekuatan, yang berasal dari kata mashdar “al-alukah” yang berarti risalah atau misi, kemudian sang pembawa misi biasanya disebut dengan ar-rasul.
Iman kepada malaikat adalah bagian dari Rukun Iman. Iman kepada malaikat maksudnya adalah meyakini adanya malaikat, walaupun kita tidak dapat melihat mereka, dan bahwa mereka adalah salah satu makhluk ciptaan Allah.[6]
Iman kepada malaikat mengandung empat unsur. Pertama, Mengimani wujud mereka. Kedua, Mengimani mereka yang kita kenali nama-namanya, seperti Jibril, dan juga terhadap nama-nama malaikat yang tidak kita kenal. Ketiga, Mengimani sifat-sifat mereka yang kita kenali, seperti sifat bentuk Jibril, sebagaimana yang pernah dilihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mempunyai 600 sayap yang menutup ufuk. Keempat, Mengimani tugas-tugas yang diperintahkan Allah kepada mereka yang sudah kita ketahui, seperti bacaan tasbih, dan menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala siang-malam tanpa merasa lelah.[7]
C.     Perilaku yang mencerminkan iman kepada Malaikat.
Iman sebagaimana telah dijelaskan diatas meliputi keyakinan dalam hati, ikrar secara lisan dan membuktikan dalam perbuatan. Kadar keimanan seseorang terutama iman kepada malaikat dapat dilihat dari tanda-tanda yang nampak dari perbuatannya.
Berikut ini adalah tanda-tanda yang nampak dari perilaku seseorang yang mencerminkan iman kepada malaikat.
1.      Senantiasa beramal soleh dan selalu taat kepada Allah.
2.      Bekerja keras dan yakin bahwa akan mendapatkan perlindungan dari Allah.
3.      Memberi motivasi kita untuk selalu taat dan bertakwa kepada Allah SWT seperti ketaatan para malaikat.
4.      Memeri rasa optimis untuk selalu berusaha karena Allah SWT akan memeberi ilmu melalui Malaikat Jibril dan memberi rezeki melalui Malaikat Mikail
5.      Memotivasi kita untuk selalu beramal saleh karena bekal itulah yang kita bawa kelak ketika meninggal dunia untuk menghadapi pengadilan Allah SWT
6.      Bertindak hati-hati dalam berperilaku keseharian
7.      Memiliki kepedulian social dalam hidup dengan masyarakat sekitar
8.      Perilaku yang ditampilkan mampu menjadi suri tauladan bagi lingkungannya
9.      Selalu berusaha untuk memperbaiki diri sendiri dari waktu ke waktu
10.  Berpikiran positif terhadap berbagai kejadian yang terjadi sekitarnya
11.  Memantapkan tauhid dan menjauhi tahayul.
12.  Menjauhi dan mencegah dari perbuatan yang dilarang oleh Allah.
13.  Jujur dan meyakini bahwa kelak akan dipertanggungjawabkan semua perbuatan yang telah dilakukan di dunia, di hadapan Allah kelak.[8]
D.    Hikmah Iman kepada Malaikat
Tidak ada suatu perkara khususnya dalam agama islam yang tidak mengandung suatu hikmah atau pelajaran. Seorang muslim yang beriman kepada Allah SWT dan malaikatnya tentu harus mengetahui apa saja Hikmah Beriman Kepada Malaikat tersebut.
1.      Semakin Beriman Kepada Allah
Malaikat adalah salah satu makhluk Allah SWT yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia namun dengan mempercayai adanya malaikat yang mencatat segala perbuatan kita baik dan buruk maka kita akan semakin beriman kepada Allah SWT dan berusaha untuk selalu istiqomah menjalankan ibadah.
2.      Memunculkan rasa syukur kepada Allah SWT
Para malaikat senantiasa berdoa kepada Allah dan mendoakan orang mukmin yang mendoakan saudaranya. Tidak hanya itu malaikat memiliki tugas dan pekerjaannya sendiri untuk membantu manusia misalnya mengatur rezeki dan menurunkan hujan. Semua hal yang dilakukan malaikat tersebut tentunya bermanfaat bagi manusia dan mampu menimbulkan rasa syukur kepada Allah SWT. Dalam surat Al mukmin ayat 7 disebutkan bahwa para malaikat sennatiasa mendoakan orang-orang beriman

الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ

(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala, (QS Al Mukmin : 7)
3.      Berhati-hati dalam bertindak
Karena seorang muslim selalu ingat dan tahu bahwa malaikat senantiasa mengawasi dan mencatat segala perbuatan kita baik perbuatan yang baik maupun salah. Untuk itulah keberadaan malaikat dan mempercayainya mampu membuat manusia senantiasa berhati-hati dalam bertindak dan berbicara serta takut untuk melakukan perilaku maksiat. Iman kepada malaikat juga mendorong manusia untuk tidak menuruti hawa nafsu yang akan menuju kesesatan dan juga membuat manusia meniru kesetiaan malaikat kepada Allah SWT.
4.      Yakin Akan Pertolongan Allah SWT
Karena malaikat senantiasa mendoakan orang beriman maka ia tidak perlu takut jika ia memerlukan bantuan kepada Allah SWT dan doa malaikta selalu dikabulkan Allah SWT. Suatu pepatah mengatajan bahwa jika Engkau tidak bisa meminta pertolongan pada penduduk bumi maka mintalah pertolongan kepada penduduk langit atau malaikat.[9]
E.     Penutup
Keberadaan malaikat sebagai makhluk Allah yang suci wajib diimani oleh seorang muslim karena merupakan bagian dari rukun iman. Sifat malaikat yang selalu taat kepada Allah dapat diteladani manusia serta menjadi motivasi untuk meningkatkan amal sholih secara istiqomah. Hikmah lainnya yang dipetik dari keimanan terhadap malaikat adalah agar kita selalu berhati-hati dalam bertindak, karena yakin bahwa segala perilaku manusia diawasi oleh malaikat pencatat amal.
Itulah sekilas informasi tentang iman kepada malaikat dan implementasinya. Semoga dapat mencerahkan.



[1] http://www.yuksinau.id/pengertian-sifat-hikmah-beriman-kepada-malaikat/#!
[2] https://pasberita.com/nama-nama-malaikat-dan-tugasnya/
[3] https://yufidia.com/iman-kepada-malaikat/
[4] https://id.wikipedia.org/wiki/Rukun_Iman
[5] Ibid
[6] https://id.wikipedia.org/wiki/Malaikat
[7] https://yufidia.com/iman-kepada-malaikat/
[8] http://cahayaluar.tumblr.com/post/113130157517/hikmah-dan-perilaku-beriman-kepada-malaikat
[9] http://www.yuksinau.id/pengertian-sifat-hikmah-beriman-kepada-malaikat/#!