Tuesday, January 15, 2019

IMAN KEPADA MALAIKAT




A.    Pendahuluan
Rukun Iman yang kedua adalah beriman kepada malaikat, jika kita beriman kepada Allah yang merupakan rukun iman pertama, sudah seharusnya kita juga mengimani adanya malaikat karena hal ini merupakan satu kesatuan.
Malaikat merupakan salah satu makhluk ciptaan Allah yang tidak bisa dilihat oleh mata manusia, kecuali untuk siapa saja yang Dia kehendaki.[1]
Malaikat adalah makhluk yang tercipta dari cahaya. Malaikat memiliki karakter yang berbeda dengan manusia. Kalau manusia memiliki potensi untuk durhaka kepada Allah maka malaikat tidak ada potensi untuk mendurhakai Allah, bahkan malaikat merupakan makhluk Allah yang sangat taat kepada Allah. Malaikat merupakan makhluk Allah yang mustahil berbuat dosa. Meskipun para malaikat senantiasa taat dan selalu beribadah kepada Allah, sesungguhnya ibadah dari manusia dan jin lebih disukai oleh Allah Ta’ala. Kenapa Allah lebih suka ibadahnya manusia dan jin dibanding malaikat? Sebab jin dan manusia ini bisa memilih dan menentukan pilihannya sendiri, berbeda halnya dengan malaikat yang tidak demikian.[2]
Malaikat jumlahnya sangat banyak, dan tidak ada yang mampu menghitungnya kecuali Allah. Dalam hadits Al Bukhari dan Muslim terdapat hadits dari Anas Radhiyallahu ‘Anhu tentang kisah mi’raj bahwa Allah telah memperlihatkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Al Baitul Ma’mur di langit. Di dalamnya terdapat 70.000 malaikat yang setiap hari melakukan shalat. Siapa pun yang keluar dari tempat itu, tidak kembali lagi.[3] Setiap malaikat memiliki tugas yang berbeda dengan malaikat lainnya, seperti Jibril bertugas menyampaikan wahyu kepada para nabi dan rasul, Mikail bertugas membagikan rizki dan rahmat dari Allah, Rakib dan Atit bertugas mencatat amal manusia serta masih banyak lagi malaikat dengan berbagai macam tugasnya.
B.     Hakikat Iman kepada Malaikat.
Iman secara bahasa berarti tashdiq (membenarkan). Sedangkan secara istilah syar’i, iman adalah "Keyakinan dalam hati, Perkataan di lisan, amalan dengan anggota badan, bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan maksiat". Para ulama salaf menjadikan amal termasuk unsur keimanan. Oleh sebab itu iman bisa bertambah dan berkurang, sebagaimana amal juga bertambah dan berkurang". Ini adalah definisi menurut Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Al Auza’i, Ishaq bin Rahawaih, madzhab Zhahiriyah dan segenap ulama selainnya.
Dengan demikian definisi iman memiliki 5 karakter: keyakinan hati, perkataan lisan, dan amal perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang.[4]

    “Agar bertambah keimanan mereka di atas keimanan mereka yang sudah ada.”
    — QS. Al Fath [48] : 4

Imam Syafi’i berkata, “Iman itu meliputi perkataan dan perbuatan. Dia bisa bertambah dan bisa berkurang. Bertambah dengan sebab ketaatan dan berkurang dengan sebab kemaksiatan.” Imam Ahmad berkata, “Iman bisa bertambah dan bisa berkurang. Ia bertambah dengan melakukan amal, dan ia berkurang dengan sebab meninggalkan amal.” Imam Bukhari mengatakan, “Aku telah bertemu dengan lebih dari seribu orang ulama dari berbagai penjuru negeri, aku tidak pernah melihat mereka berselisih bahwasanya iman adalah perkataan dan perbuatan, bisa bertambah dan berkurang.[5]
Malaikat (bahasa Arab: ملاءكة malāʾikah; tunggal: ملاك atau مَلَكْ malāk) adalah makhluk yang memiliki kekuatan-kekuatan yang patuh pada ketentuan dan perintah Allah. Menurut bahasa, kata “Malaikat” merupakan kata jamak yang berasal dari Arab malak (ملك) yang berarti kekuatan, yang berasal dari kata mashdar “al-alukah” yang berarti risalah atau misi, kemudian sang pembawa misi biasanya disebut dengan ar-rasul.
Iman kepada malaikat adalah bagian dari Rukun Iman. Iman kepada malaikat maksudnya adalah meyakini adanya malaikat, walaupun kita tidak dapat melihat mereka, dan bahwa mereka adalah salah satu makhluk ciptaan Allah.[6]
Iman kepada malaikat mengandung empat unsur. Pertama, Mengimani wujud mereka. Kedua, Mengimani mereka yang kita kenali nama-namanya, seperti Jibril, dan juga terhadap nama-nama malaikat yang tidak kita kenal. Ketiga, Mengimani sifat-sifat mereka yang kita kenali, seperti sifat bentuk Jibril, sebagaimana yang pernah dilihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mempunyai 600 sayap yang menutup ufuk. Keempat, Mengimani tugas-tugas yang diperintahkan Allah kepada mereka yang sudah kita ketahui, seperti bacaan tasbih, dan menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala siang-malam tanpa merasa lelah.[7]
C.     Perilaku yang mencerminkan iman kepada Malaikat.
Iman sebagaimana telah dijelaskan diatas meliputi keyakinan dalam hati, ikrar secara lisan dan membuktikan dalam perbuatan. Kadar keimanan seseorang terutama iman kepada malaikat dapat dilihat dari tanda-tanda yang nampak dari perbuatannya.
Berikut ini adalah tanda-tanda yang nampak dari perilaku seseorang yang mencerminkan iman kepada malaikat.
1.      Senantiasa beramal soleh dan selalu taat kepada Allah.
2.      Bekerja keras dan yakin bahwa akan mendapatkan perlindungan dari Allah.
3.      Memberi motivasi kita untuk selalu taat dan bertakwa kepada Allah SWT seperti ketaatan para malaikat.
4.      Memeri rasa optimis untuk selalu berusaha karena Allah SWT akan memeberi ilmu melalui Malaikat Jibril dan memberi rezeki melalui Malaikat Mikail
5.      Memotivasi kita untuk selalu beramal saleh karena bekal itulah yang kita bawa kelak ketika meninggal dunia untuk menghadapi pengadilan Allah SWT
6.      Bertindak hati-hati dalam berperilaku keseharian
7.      Memiliki kepedulian social dalam hidup dengan masyarakat sekitar
8.      Perilaku yang ditampilkan mampu menjadi suri tauladan bagi lingkungannya
9.      Selalu berusaha untuk memperbaiki diri sendiri dari waktu ke waktu
10.  Berpikiran positif terhadap berbagai kejadian yang terjadi sekitarnya
11.  Memantapkan tauhid dan menjauhi tahayul.
12.  Menjauhi dan mencegah dari perbuatan yang dilarang oleh Allah.
13.  Jujur dan meyakini bahwa kelak akan dipertanggungjawabkan semua perbuatan yang telah dilakukan di dunia, di hadapan Allah kelak.[8]
D.    Hikmah Iman kepada Malaikat
Tidak ada suatu perkara khususnya dalam agama islam yang tidak mengandung suatu hikmah atau pelajaran. Seorang muslim yang beriman kepada Allah SWT dan malaikatnya tentu harus mengetahui apa saja Hikmah Beriman Kepada Malaikat tersebut.
1.      Semakin Beriman Kepada Allah
Malaikat adalah salah satu makhluk Allah SWT yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia namun dengan mempercayai adanya malaikat yang mencatat segala perbuatan kita baik dan buruk maka kita akan semakin beriman kepada Allah SWT dan berusaha untuk selalu istiqomah menjalankan ibadah.
2.      Memunculkan rasa syukur kepada Allah SWT
Para malaikat senantiasa berdoa kepada Allah dan mendoakan orang mukmin yang mendoakan saudaranya. Tidak hanya itu malaikat memiliki tugas dan pekerjaannya sendiri untuk membantu manusia misalnya mengatur rezeki dan menurunkan hujan. Semua hal yang dilakukan malaikat tersebut tentunya bermanfaat bagi manusia dan mampu menimbulkan rasa syukur kepada Allah SWT. Dalam surat Al mukmin ayat 7 disebutkan bahwa para malaikat sennatiasa mendoakan orang-orang beriman

الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ

(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala, (QS Al Mukmin : 7)
3.      Berhati-hati dalam bertindak
Karena seorang muslim selalu ingat dan tahu bahwa malaikat senantiasa mengawasi dan mencatat segala perbuatan kita baik perbuatan yang baik maupun salah. Untuk itulah keberadaan malaikat dan mempercayainya mampu membuat manusia senantiasa berhati-hati dalam bertindak dan berbicara serta takut untuk melakukan perilaku maksiat. Iman kepada malaikat juga mendorong manusia untuk tidak menuruti hawa nafsu yang akan menuju kesesatan dan juga membuat manusia meniru kesetiaan malaikat kepada Allah SWT.
4.      Yakin Akan Pertolongan Allah SWT
Karena malaikat senantiasa mendoakan orang beriman maka ia tidak perlu takut jika ia memerlukan bantuan kepada Allah SWT dan doa malaikta selalu dikabulkan Allah SWT. Suatu pepatah mengatajan bahwa jika Engkau tidak bisa meminta pertolongan pada penduduk bumi maka mintalah pertolongan kepada penduduk langit atau malaikat.[9]
E.     Penutup
Keberadaan malaikat sebagai makhluk Allah yang suci wajib diimani oleh seorang muslim karena merupakan bagian dari rukun iman. Sifat malaikat yang selalu taat kepada Allah dapat diteladani manusia serta menjadi motivasi untuk meningkatkan amal sholih secara istiqomah. Hikmah lainnya yang dipetik dari keimanan terhadap malaikat adalah agar kita selalu berhati-hati dalam bertindak, karena yakin bahwa segala perilaku manusia diawasi oleh malaikat pencatat amal.
Itulah sekilas informasi tentang iman kepada malaikat dan implementasinya. Semoga dapat mencerahkan.



[1] http://www.yuksinau.id/pengertian-sifat-hikmah-beriman-kepada-malaikat/#!
[2] https://pasberita.com/nama-nama-malaikat-dan-tugasnya/
[3] https://yufidia.com/iman-kepada-malaikat/
[4] https://id.wikipedia.org/wiki/Rukun_Iman
[5] Ibid
[6] https://id.wikipedia.org/wiki/Malaikat
[7] https://yufidia.com/iman-kepada-malaikat/
[8] http://cahayaluar.tumblr.com/post/113130157517/hikmah-dan-perilaku-beriman-kepada-malaikat
[9] http://www.yuksinau.id/pengertian-sifat-hikmah-beriman-kepada-malaikat/#!

Sunday, January 6, 2019

DINUL ISLAM




Setiap manusia yang hidup di dunia pastilah memiliki tujuan. Adapun tujuan hidup utama bagi manusia adalah selamat, baik di dunia maupun di akhirat. Untuk mencapai keselamatan tersebut maka dibutuhkan suatu pedoman hidup sebagai petunjuk bagi manusia agar dapat menjalani kehidupannya dengan benar dan bermakna. Adapun pedoman hidup yang berasal dari Allah disebut agama, sedangkan pedoman hidup yang dirumuskan berdasarkan kesepakatan manusia disebut sebagai undang-undang.
Agama dalam bahasa Arab disebut dengan Istilah Ad-Din. Secara bahasa Ad-Din berarti agama, jalan hidup, peraturan atau undang-undang.[1] Agama memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa agama maka manusia tidak mengerti tujuan hidupnya dan cara hidup yang benar. Manusia menjadi makhluk yang beradab karena adanya agama, sebaliknya bila manusia tidak mengenal agama maka hidupnya menjadi biadab bahkan seperti binatang. Manusia yang tidak mengenal agama maka tidak kenal dengan Allah, sehingga hidupnya tidak terkontrol. Manusia yang tidak kenal Allah maka selama hidupnya ia dikendalikan hawa nafsu dan sangat berpotensi berbuat kerusakan dibumi.
Manusia bisa mengenal Allah dan beribadah kepada Allah dengan benar adalah karena keberadaan agama. Oleh karena itu manusia wajib beragama serta mengamalkan agamanya secara menyeluruh agar terhindar dari perbuatan yang merusak serta mencelakakan. Selain itu, manusia harus memilih agama yang benar dan memastikan bahwa agamanya benar-benar berasal dari Allah, bukan buatan manusia.
Islam adalah agama yang benar-benar berasal dari Allah. Satu-satunya agama yang diterima di sisi Allah adalah Islam. Seluruh nabi dan rasul Allah agamanya adalah Islam, mulai dari nabi Adam AS hingga nabi Muhammad SAW. Setiap muslim wajib mengenal dan mempelajari Islam dengan sungguh-sungguh sehingga dapat mengamalkan ajaran Islam dengan benar dan menyeluruh. Dengan mengenal Islam maka seorang muslim bisa tahu mana perbuatan yang baik dan buruk, benar dan salah menurut ajaran Islam.
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka tujuan penulisan artikel ini antara lain mengkaji hakikat dinul Islam, ajaran pokok dinul Islam, kesempurnaan Islam serta manfaat dinul Islam bagi manusia.
Hakikat Dinul Islam
Seorang muslim wajib mempelajari Islam sebagai agamanya secara mendalam agar mendapatkan pemahaman terkait agama Islam secara menyeluruh. Seorang muslim yang memiliki pengetahuan agama Islam secara menyeluruh, maka akan memiliki keyakinan akan kebenaran ajaran Islam yang kokoh. Keyakinan yang kokoh tersebut akan menumbuhkan tekad yang kuat untuk mengamalkan agama Islam.
1.      Pengertian Dinul Islam
Istilah Dinul Islam berasal dari dua kata yaitu Ad-Din dan Al-Islam. Secara umum padanan kata Ad-Din dalam bahasa Indonesia ialah agama. Dan jika mendefinisikannya kata itu kita pahami sebagai agama yang mengatur hubungan antara seorang hamba dengan Penciptanya.[2] Sedangkan secara istilah berarti sesuatu yang dijadikan jalan oleh manusia dan diikuti (ditaati) baik berupa keyakinan, aturan, ibadah, maupun yang semacamnya, benar maupun salah.[3] Sedangkan Al-Islam secara bahasa bermakna berserah diri, pasrah, tunduk, dan merendah.  Kata Islam sendiri berasal dari kata As-Salam yang berarti damai. Adapun secara istilah, Al-Islam artinya berserah, patuh kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan mentauhidkan-Nya, tunduk dengan menaati-Nya, serta berlepas diri dari perbuatan syirik dan dari para pelakunya.[4]
Dengan demikan dapat disimpulkan bahwa secara bahasa, Dinul Islam bermakna agama yang mengajarkan kepada pemeuluknya untuk patuh dan berserah diri pada Allah. Adapun pengertian Dinul Islam secara istilah ialah agama yang diturunkan dari Allah kepada Nabi Muhammmad saw untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia.[5]
2.      Karakteristik Dinul Islam
Islam adalah agama fitrah, agama kedamaian dan ketentraman. Manusia tidak akan menemukan ketenangan dan tidak akan mendapatkan kebahagiaan kecuali dengan berpegang teguh kepada Islam dan menerapkannya di dalam berbagai aspek kehidupan.

Hal yang meyakinkan keagungan Dinul Islam adalah karakteristik (ciri-ciri khas) yang dimilikinya yang tidak ada pada isme-isme dan agama-agama yang lain. Di antara karakteristik yang mengokohkan kelebihan Islam dan kebutuhan manusia kepadanya adalah sebagai berikut:
a.       Bahwa syari’at Islam merupakan syari’at yang paling bijak dalam mengatur semua bangsa-bangsa, paling tepat dalam memberikan solusi di saat kaburnya berbagai kemaslahatan atau disaat terjadi pertikaian dalam hak-hak manusia.
b.      Di dalam Islam terdapat penyelesaian bagi segala problematika, karena syari’at dan dasar-dasar ajarannya mencakup segala hukum bagi segala peristiwa yang tak terbatas.
c.       Islam adalah agama yang fleksibel (dapat diterapkan) untuk segala waktu dan tempat, umat dan situasi. Bahkan dunia tidak menjadi baik dengan agama selain Islam. Oleh karenanya, semakin modernnya zaman dan semakin majunya bangsa selalu muncul bukti baru yang menunjukkan pada keabsahan Islam dan ketinggian nilainya.[6]
d.      Islam mengajarkan kita untuk berlaku seimbang, termasuk dalam menyikapi kehidupan dunia dan akhirat.
e.       Islam berasal dari Allah, aturan Islam adalah menurut konsep dari Allah, dan semuanya akan dikembalikan kepada Allah.[7]
f.       Agama Islam berlaku untuk seluruh umat manusia sampai akhir zaman (al-'umum).
g.      Agama  Islam mengandung ajaran-ajaran yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia.
h.      Agama Islam adalah agama Allah (dinullah), yakni seluruh ajarannya  bersumber dari Allah SWT baik  melalui wahyu langsung (Al-Qur'an) maupun tidak langsung (Hadits Nabi).[8]
Dengan karakteristik yang telah dijelaskan, pantas jika Islam disebut sebagai agama yang sempurna. Kesempurnaan Islam tidaklah dapat ditandingi oleh agama manapun yang pernah ada di dunia.
Ajaran Pokok Dinul Islam
Ajaran Islam adalah ajaran yang paling sempurna, karena memang semuanya ada dalam Islam, mulai dari urusan buang air besar sampai urusan negara, Islam telah memberikan petunjuk di dalamnya. Salman Al-Farisi berkata,“Telah berkata kepada kami orang-orang musyrikin, ‘Sesungguhnya Nabi kamu telah mengajarkan kepada kamu segala sesuatu sampai buang air besar!’ Jawab Salman, ‘benar!” (Hadits Shohih riwayat Muslim). Semua ini menunjukkan sempurnanya agama Islam dan luasnya petunjuk yang tercakup di dalamnya, yang tidaklah seseorang itu butuh kepada petunjuk selainnya, baik itu teori demokrasi, filsafat atau lainnya; ataupun ucapan Plato, Aristoteles atau siapa pun juga.[9]
Meskipun begitu luasnya petunjuk Islam, pada dasarnya pokok ajarannya hanyalah kembali pada tiga hal yaitu Aqidah, Ibadah dan Akhlak. Inilah inti ajaran para Nabi dan Rosul yang diutus oleh Alloh kepada ummat manusia. Maka barangsiapa yang tidak melaksanakan ketiga hal ini pada hakikatnya dia bukanlah pengikut dakwah para Nabi.
1.      Aqidah/Iman.
Di bidang akidah, Risalah Islam mengajarkan kepercayaan atau keimanan terhadap enam hal berikut yang dikenal dengan sebutan Rukun Iman (Arkan al-Iman). Adapun rukun iman terdiri atas iman kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, hari akhir, qadha dan qadar. Keimanan terhadap rukun iman tersebut wajib diamalkan secara terpadu dan dipegang dengan teguh serta dibuktikan dengan beramal sholih. Hal ini dikarenakan bahwa iman meliputi keyakinan dalam hati, ikrar secara lisan dan mengamalkan dengan perbuatan.
2.      Ibadah
Selain mengajarkan keimanan, Islam juga mengajarkan tata cara beribadah. Adapun ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis yaitu ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah disebut juga dengan rukun Islam yang meliputi syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah/muamalah terdiri atas hukum perdata dan hukum publik. Hukum perdata meluputi hukum niaga, hukum nikah dan hukum pewarisan. Adapun hukum publik meliputi hukum pidana, hukum negara, hukum perang dan damai.
3.      Akhlak
Di bidang akhlak, Islam mengajarkan pedoman sikap mental atau budi-pekerti dalam bergaul atau berhubungan dengan Allah SWT sebagai Tuhan, dengan sesama manusia, dan dengan alam sekitarnya. Bahkan, bidang akhlak ini menjadi sasaran inti misi Islam, sebagaimana dinyatakan oleh Nabi Muhammad dalam sebuah haditsnya, "Sesungguhnya aku diutus (Allah SWT) untuk menyempurnakan akhlak yang mulia".
Akhlak adalah penentu baik-buruk perilaku seseorang. “Penentu” itu adalah ada atau tiadanya kesadaran dalam diri seseorang tentang pengawasan dari Allah atas segala perilakunya. Sebagaimana disebutkan dalam Nabi Saw ketika mendefinisikan ihsan:
“(Ihsan adalah) kamu berbakti kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak melihat-Nya, maka (yakinlah) bahwa Allah melihatmu” (H.R. Bukhori dan Muslim).
Akhlak dalam Risalah Islam meliputi:
a)      Akhlak terhadap diri sendiri, yakni bagaimana kita memperlakukan diri sendiri dalam menjalani hidup ini.
b)      Akhlak terhadap Allah, yakni bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap Alllah SWT.
c)      Akhlak terhadap sesama manusia, yakni tata cara bergaul dengan sesama manusia.
d)     Akhlak terhadap alam semesta, yakni bagaimana seharusnya kita memperlakukan flora dan fauna, termasuk sikap kita terhadap makhluk-makhluk gaib (jin, setan, dan malaikat).[10]
Islam sebagai agama yang sempurna
Islam sebagai agama yang disampaikan oleh Rasulullah telah dinyatakan oleh Allah dalam Al-Qur’an sebagai agama yang sempurna tanpa adanya kekurangan sedikitpun. Bukti bahwa Islam adalah agama yang sempurna salah satunya adalah dalam hal penamaan. Hanya agama Islam yang namanya disebut dalam wahyu Allah, berbeda dengan agama-agama selain Islam yang namanya diambil dari tempat kelahirannya maupun nama pendirinya.
Islam sebagai satu-satunya agama yang berasal dari Allah dan satu-satunya agama yang diterima oleh Allah merupakan bukti lain akan kesempurnaan Islam itu sendiri. Oleh karena itu, dalam mengamalkan ajaran Islam haruslah benar berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits shahih.
Konsekuensi atas kesempurnaan agama Islam adalah tidak boleh menambah atau mengurangi ajaran Islam serta harus memegang teguh ajaran Islam dan mengamalkannya dengan benar.[11]
Manfaat Dinul Islam
Kehadiran Islam sebagai agama yang sempurna seharusnya memberi pengaruh yang positif bagi manusia. Jika kenyataan yang terjadi saat ini berbeda dengan yang tersurat dalam agama, maka yang keliru adalah pelaku ajaran agama bukan agamanya.
Sebagai ad-din, Islam memiliki prinsip-prinsip dasar yang mewarnai sikap dan aktivitas pemeluknya. Puncak dari prinsip-prinsip tersebut adalah pengamalan ajaran tauhid dalam berbagai bidang kehidupan. Berikut ini adalah manfaat yang dapat dirasakan jika mau berkomitmen mengamalkan ajaran Islam dengan benar.
1.      Menjadi rahmat bagi alam semesta
2.      Memberi jalan hidup yang benar
3.      Membekali diri sebagai khalifah di bumi.[12]
Demikianlah gambaran singkat mengenai dinul Islam. Jika Islam diamalkan secara menyeluruh maka akan membawa rahmat bagi alam semesta. Dengan demikian Islam merupakan solusi untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.


[2] https://www.dakwatuna.com/2008/05/20/634/makna-kata-ad-diin/#axzz5bn5fGzCc
[3] http://asysyariah.com/ad-din/
[4] Ibid.
[5] Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Al_Islam dan Kemuhammadiyahan untuk SMA/MA/Muallimin/Muallimat dan SMK Muhammadiyah Kelas X semester 1, (Yogyakarta: Mentari Pustaka, 2008), h. 42.
[6] http://www.alsofwa.com/7419/1109-kajian-beberapa-karakteristik-dienul-islam.html
[7] http://crysty-kebenaran.blogspot.com/2010/10/karakteristik-dinul-islam.html
[8] http://inventor95.blogspot.com/2013/11/dinul-islam.html
[9] https://muslim.or.id/415-3-pokok-ajaran-islam.html
[10] https://www.risalahislam.com/2013/10/garis-besar-ajaran-islam.html
[11] Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah, Op.Cit., h. 46-47.
[12] Ibid., h. 47-48.