Belum lama ini beredar sebuah foto di media sosial yang
menuai pro dan kontra, foto tersebut menggambarkan seorang pria yang sedang
membacakan surat yasin disamping kuburan artis kristen yang bernama Glenn
Fredly. Diketahui bahwa sosok pria yang membacakan surat yasin dikuburan Glenn
Fredly tersebut bernama pak doel.
Menurut kabar yang beredar alasan Pak Doel membacakan
surat yasin kepada Glenn Fredly ialah agar Glenn Fredly masuk surga. Pak Doel memilih
surat yasin karena memang itulah yang dipahami Pak Doel. Menurut Pak Doel meskipun
berbeda agama Pak Doel yakin bahwa do’anya akan didengar oleh Allah swt. Di mata
Pak Doel, selebriti asal Ambon itu dianggap merupakan sosok yang penuh dengan
toleransi. Bagaimana tidak, sebelum konser saja, Glenn Fredlyn selalu meminta
perwakilan lima agama untuk berdoa.
Aksi Pak Doel yang membacakan surat yasin untuk Glenn
Fredly menuai beragam tanggapan dari warganet. Ada warganet yang mengpresiasi
aksi Pak Doel tersebut, ada juga yang menganggap aksi Pak Doel tersebut tidak
nyambung alias salah server.
Warganet yang mendukung aksi Pak Doel tersebut menganggap
aksi Pak Doel yang membaca surat yasin tersebut sebagai wujud nyata dari
semangat toleransi beragama. Ada juga warganet yang berkomentar “Pak Doel kan
orang Islam, dia kan enggak mungkin bisa doain dengan cara Kristen, yang
penting niatnya baik, Tuhan juga pasti tahu”.
Adapun tanggapan warganet yang tidak setuju dengan aksi Pak
Doel tersebut juga beragam. Berikut adalah kutipan komentar warganet yang tidak
setuju dengan aksi Pak Doel tersebut.
“Doel, doel, ente kebanyakan mikirin
Sarah ama Zaenab. Percuma kerjaan ente sembayang dan mengaji, tapi kok enggak
ngerti,” sebut seorang netizen.
“Enggak masuk bro, jelas agamanya
beda. Enggak pernah solat dan puasa. Salah alamat kirim Yasin ke dia, itu khusus
orang Islam bro,” sahut netizen lainnya.
“Bisa baca Quran tapi enggak tahu
makna dan artinya,” kata netizen lain.
Toleransi yang
salah kaprah.
Aksi dari pak doel yang menuai pro dan kontra dari
warganet merupakan salah satu gambaran salah kaprah dalam memahami
toleransi beragama. Salah kaprah dalam memahami toleransi beragama bukan
merupakan hal baru yang terjadi di Indonesia. Contoh lain dari toleransi yang
salah kaprah adalah adanya ajakan untuk memakai pakaian santa bagi karyawan
yang beragama Islam, bahkan ada orang Islam yang secara suka rela ikut
merayakan natal dengan dalih toleransi atau seorang anak kecil mengenakan peci
bertuliskan nahdhatul ‘ulama membaca puisi tentang perayaan paskah atau
sekolompok mahasiswi yang katanya berasal dari institut agama Islam ikut
merayakan misa di suatu gereja dan masih banyak lagi contoh-contoh yang lain.
Ada banyak faktor yang melatarbelakangi maraknya fenomena
toleransi beragama yang salah server tersebut, salah satunya ialah karena
biasnya makna toleransi.
Saat
ini kata toleransi mulai bias maknanya dan terkesan dikaburkan. Makna toleransi
dipahami secara sempit dan cenderung searah. Toleransi beragama seringkali dimaknai
dengan mengikuti perayaan atau ritual agama lain. Entah ada unsur kesengajaan
atau tidak mengenai pengkaburan makna tolrensi tersebut, yang jelas hal itu
menguatkan kebenaran hadits dari yang menceritakan bahwa kelak umat Islam akan
mengikuti langkah jejak kaum Yahudi dan Nasrani sehasta demi sehasta, sejengkal
demi sejengkal.
لَتَتْبَعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ
قَبْلَكُمْ شِبْرًا شِبْرًا وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ ، حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ
ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ » . قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى
قَالَ « فَمَنْ »
Sungguh
kalian (umat islam) akan mengikuti kaum sebelum kalian, sama persis seperti
jengkal kanan dengan jengkal kiri atau seperti hasta kanan dengan hasta kiri.
Hingga andai mereka masuk ke lubang biawak gurun, kalianpun akan mengikuti
mereka.
Para
sahabat bertanya, ‘Ya Rasulullah, apakah yang anda maksud orang yahudi dan
nasrani?’
Jawab
beliau, “Siapa lagi (kalau bukan mereka).”
(HR.
Bukhari 7320 & Muslim 6952).
Toleransi beragama itu seharusnya hanya sebatas membolehkan
atau membiarkan penganut agama lain melaksanakan peribadatan berdasarkan
keyakinannya. Dalam KBBI dijelaskan bahwa makna toleransi adalah sikap menenggang (menghargai,
membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan,
kebiasaan, kelakuan, dsb) yang
berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.
Kita
memberikan toleransi agama lain, berarti kita membiarkan penganut agama lain
untuk menjalankan aktivitas agama mereka.
Perez
(2003), dalam bukunya How the Idea of Religious Toleration Came to the West
memberi batas toleransi sebagai sikap menghormati keberadaan agama atau
kepercayaan lainnya yang berbeda. Intinya batas toleransi adalah membiarkan
dan tidak ikutan. Dengan demikian, menerapkan toleransi dengan mencampuradukkan
ajaran agama yang satu dengan ajaran agama yang lain tidaklah tepat. Hal itu
termasuk kategori perbuatan yang dapat merusak aqidah bahkan berpotensi
membatalkan Iman.
Larangan terlibat
dan memeriahkan peribadatan agama lain
Sahabat
Abdullah bin Amr bin Ash Radhiyallahu ‘anhuma mengingatkan,
من بنى بأرض المشركين وصنع نيروزهم
ومهرجاناتهم وتشبه بهم حتى يموت خسر في يوم القيامة
“Siapa
yang tinggal di negeri kafir, ikut merayakan Nairuz dan Mihrajan (hari raya
orang majusi), dan meniru kebiasaan mereka, sampai mati maka dia menjadi orang
yang rugi pada hari kiamat.” (HR. Baihaqi dengan sanad Jayid).
Hari
raya merupakan bagian dari agama dan doktrin keyakinan, bukan semata perkara
dunia dan hiburan. Termasuk semua simbol dan atribut yang digunakan untuk
memeriahkannya.
Ketika
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang di kota Madinah, penduduk kota
tersebut merayakan dua hari raya, Nairuz dan Mihrajan. Beliau pernah bersabda
di hadapan penduduk madinah,
قدمت
عليكم ولكم يومان تلعبون فيهما إن الله عز و جل أبدلكم بهما خيرا منهما يوم الفطر
ويوم النحر
“Saya
mendatangi kalian dan kalian memiliki dua hari raya, yang kalian jadikan
sebagai waktu untuk bermain. Padahal Allah telah menggantikan dua hari raya
terbaik untuk kalian; idul fitri dan idul adha.” (HR. Ahmad 13164, Nasa’i
1567, dan dihahihkan Syuaib al-Arnauth).
Perayaan
Nairuz dan Mihrajan yang dirayakan penduduk madinah, isinya hanya bermain-main
dan makan-makan. Sama sekali tidak ada unsur ritual sebagaimana yang dilakukan
orang majusi, sumber asli dua perayaan ini. Namun mengingat dua hari tersebut
adalah perayaan orang kafir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarangnya.
Sebagai gantinya, Allah berikan dua hari raya terbaik: Idul Fitri dan Idul
Adha.
Untuk
itu, turut bergembira dengan perayaan orang kafir, meskipun hanya bermain-main,
tanpa mengikuti ritual keagamaannya, termasuk perbuatan yang telarang, karena
termasuk turut mensukseskan acara mereka.