Wednesday, October 12, 2016

PEMBARUAN DUNIA ISLAM.




Pemikiran pembaharuan atau modernisasi dalam Islam timbul terutama sebagai  hasil kontak yang terjadi antara dunia Islam dan Barat. Dengan adanya kontak itu, umat Islam abad XIX sadar bahwa mereka telah mengalami kemunduran diperbandingan dengan Barat. Sebelum periode modern, kontak sebenarnya sudah ada, terlebih antara Kerajaan Usmani yang mempunyai daerah kekuasaan di daratan Eropa dengan beberapa negara Barat.
Pembaharuan yang diusahakan pemuka-pemuka Usmani abad kedelapan belas tidak ada artinya. Usaha dilanjutkan di abad kesembilan belas dan inilah kemudian yang membawa kepada perubahan besar di Turki. Seoarang terpelajar Islam memberikan gambaran pada abad kesembilan belas, Ia mengatakan betapa terbelakangnya umat Islam ketika itu.
Kontak dengan kebudayaan Barat yang lebih tinggi ini ditambah dengan cepatnya kekuatan Mesir dapat dipatahkan oleh Napoleon, membuka mata pemuka-pemuka Islam Mesir untuk mengadakan pembaharuan. Dimana usaha pembaharuan dimulai oleh Muhammad Ali Pasya (1765-1848 M) seorang perwira Turki.[1]
Latar belakang pembaruan dunia Islam.
Berawal dari kemunduran yang di alami oleh umat Islam dan Barat semakin menunjukan Eksistensinya sebagai pusat peradaban. Akhirnya munculah banyak pemikir-pemikir Islam yang tersadar bahwa keadaan umat Islam saat itu sangat terbelakang. Maka mereka melakukan suatu gerakan yang menghasilkan gagasan untuk membangkitkan umat Islam dari ketepurukan itu dan sangat banyak tokoh-tokoh yang memberikan jasa nya. Adapun faktor-faktor yang melatar belakangi munculnya ide pembaruan Islam antara lain :
Paham tauhid yang dianut kaum muslimim yang bercampur dengan kebiasaan yang dipengaruhi oleh kelompok-kelompok, pemujaan terhadap orang-orang suci dan hal lain yang membawa kepada kekufuran.
Sifat jumud membuat umat Islam berhenti berpikir dan berusaha. Umat Islam maju dikarenakan pada saat itu mereka mementingkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu selama umat Islam masih bersifat jumud dan tidak mau berpikir untuk berijtihad maka mereka tidak mungkin mengalami kemajuan. Untuk itu perlu diadakan pembaharuan yang berusaha memberantas kejumudan.
Umat Islam selalu berpecah belah, mereka tidak akan mengalami kemajuan apabila tidak adanya persatuan dan kesatuan yang diikat oleh tali ajaran Islam. Karena itulah, bangkit suatu gerakan pembaharuan.
Hasil dari kontak yang terjadi antara dunia Islam dan barat. Dengan adanya kontak ini mereka sadar bahwa mereka mengalami kemunduran dibandingkan dengan barat. Terutama sekali saat terjadinya peperangan antara kerajaan ustmani dengan kerajaan eropa, yang biasanya tentara kerajaan utsmani selalu menang dalam peperangan dan pada akhirnya mengalami kekalahan ditangan barat. Hal ini membuat pembesar-pembesar utsmani menyelidiki rahasia kekuatan militer eropa yang baru muncul. Ternyata rahasianya adalah kekuatan militer modern yang dimiliki eropa sehingga pembaharuan juga dipusatkan pada bidang militer.[2]
Tokoh-tokoh pembaruan Islam
1.      Pembaruan Islam di Arab Saudi
a.       Muhammad bin Abdul Wahab
Beliau dilahirkan di Uyainah, sebuah dusun di Najed bagian Timur Saudi Arabia. Ia di besarkan dalam lingkungan keluarga beragama yang ketat di bawah pengaruh madzhab Hambali, yaitu madzhab yang memperkenalkan dirinya sebagai aliran Salafiyah.
Muhammab bin Abdul Wahab menamakan gerakannya, “Gerakah Muwahidin yaitu gerakan yang bertujuan untuk mensucikan dan meng-Esakan Allah dengan semurni-murninya yang mudah, gampang dipahami, dan diamalkan persis seperti Islam pada masa permulaan sejarahnya. Gerakan yang dipimpin Muhammad bin Abdul Wahab ini disebut “Gerakan Wahabi” sebagai ejekan oleh lawan-lawannya.
Hal-hal yang ditekankan gerakan ini berkisar pada masalah memurnikan tauhid, yaitu:
1)      Yang boleh dan wajib disembah hanyalah Allah swt. Barang siapa yang menyembah selain Allah adalah Musyrik dan boleh dibunuh.
2)      Meminta pertolongan kepada wali, syaikh, atau kekuatan ghaib lainnya adalah Musyrik.
3)      Berdo’a dengan menggunakan perantara, baik nabi, wali, atau malaikat adalah Musyrik.
4)      Meminta pertolongan dan bernadzar kepada selain Allah adalah Musyrik.
b.         Jamaluddin al Afghani, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha
Gerakan yang mereka pelopori ini muncul sekitar abad XIX. Gerakan mereka dinamakan “Muhyi Atsais Salaf” atau dikenal dengan gerakan Salafiyah. Gerakan ini merupakan mata rantai kedua setelah gerakan Wahabi.
Tujuan gerakan ini adalah untuk menegakkan ajaran Islam dengan kembali kepada Al-Qur’an dab As-Sunnah. Uraian masing-masing tokoh adalah sebagai berikut:
1)      Jamaluddin al Afghani (1838-1897 M)
Lahir di dekat Kabul Afganistan tahun 1839 M dan meninggal di Istanbul Turki tahun 1897 M. adapun pemikirannya tentang agama adalah:
a)      Islam adalah agama yang sesuai untuk segala bangsa dan masa.
b)      Pendirian tentang pintu ijtihad tetap terbuka adalah benar, karena dengan itu Islam dapat menjawab tantangan zaman.
c)      Kehancuran umat Islam karena leahnya tali persaudaraan dan solidaritas Islam.
2)      Muhammad Abduh (1849-1905 M)
Lahir di Mesir 1849 M dan meninggal tahun 1905 M. ia menegaskan umat Islam hanya dapat bangkit jika mau membekali dengan semangat jihad, bekal berjihad dan berijtihad bersumber pada ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah.
3)        Rasyid Ridha (1856-1935 M)
Ia merupakan salah satu murid Muhammad Abduh. Lahir tahun 1856 M di Libanon dan meninggal tahun 1935 M. pemikirannya hampir sama dengan Jamaluddin al Afghani dan Muhammad Abduh. Namun yang membedakan ia dengan dua tokoh sebelumnya adalah politik, ia dikenal sebagai politikus yang cermat.
2.      Pembaruan Islam di Mesir
Hasan Al-Bana mendirikan gerakan Ikhwanul Muslimin pada abad XX, tepatnya tahun 1928 M di Mesir. Ia lahir di Garbiah Mesir tahun 1906 M. hafal Al-Qur’an usia 14 tahun dan pada usia 16 tahun ia menjadi mahasiswa Universitas Darul Ulum. Ia mati secara misterius pada 12 Februari 1949 M.
Ciri gerakan ini adalah jauh dari sumber pertentangan, pengaruh riya’ dan kesombongan. Menaruh perhatian pada kaderisasi, mengutamakan amaliah produktif dan serius pada dunia pemuda. Gerakan ini melahirkan banyak tokoh pemikir Islam, antara lain Sayyid Qutub, Yusuf Qardhawi, Sai Hawwa, Muhammad al Ghazali, Musthafa Mansur dan Abdullah Azzam.
3.      Pembaruan Islam di Turki
a.       Tewfik (1867-1915 M) dan Dr. Abdullah Jedwat (1869-1932 M)
Mereka adalah tokoh dari aliran Barat yang ingin mengambil peradaban Barat sebagai dasar masyarakat Turki.
b.      Mehmed Akif (1879-1939 M)
Ia memotori golongan Islam sebagai reaksi dan lawan golongan Barat. Golongan ini berpendapat bahwa kemunduran dan keterbelakangan Masyarakat Turki karena tidak menegakkan hukum secara konsekuen. Menurut golongan ini Islam tidak akan menghalangi kamajuan dan teknologi. Tetapi mereka tidak boleh mengoper peradaban dan filsafat Islam diganti dengan peradaban Barat. Kunci kemajuan adalah menjadikan syari’at Islam untuk segala segi kehidupan.
c.       Zia Gokalp (1875-1924 M)
Ia seorang tokoh golongan nasional Turki. Pendapatnya yaitu sebab pokok kemunduran Islam adalah enggan mengadakan penafsiran baru terhadap ajaran Islam sesuai tuntutan zaman yang terus berubah.
d.      Musthafa Kemal Attaturk
Lahir di Selonika 1881 M dan meninggal tahun 1983 M. dalam pembaharuaanya banyak dipengaruhi oleh golongan nasional Turki dan gagasan dari Barat. Dasar pemikirannya dapat disingkat dengan tiga hal, yaitu: westernisasi, sekulerisme dan nasionalisme.
4.      Pembaruan Islam di India/Pakistan
a.       Syah Waliyullah
Pada masa suram kekuasaan Islam dari dinasti Mughal, lahirlah tokoh dan pemiir besar bangsa India. Dari tokoh inilah pertama kali terpancar pikiran baru dalam usaha membangun kembali kejayaan Islam. Usahanya meliputi bidang politik, social dan intelektual.
b.      Sir Sayid Ahmad Khan
Lahir di Delhi dan meninggal tahun 1989 M. ia mendirikan lembaga Mohammedan Anglo Oriental College (MCO) yang berpusat di Aligarh. Oleh karena itu, gerakan yang dipeloporinya terkenal dengan gerakan Aligarh.
c.       Sayid Amir Ali
Lahir dekat Kalkuta India tahun 1849 M dan meninggal tahun 1928 M. ia masih keturunan Ali bin Abi Thalib. Pendapatnya mengenai pembaharuan Islam yaitu bahwa Islam adalah agama yang membawa pada kemajuan, bukan mengajak pada kemunduran.
d.      Muhammad Iqbal
Lahir di Sialkot daerah Punjab tahun 1976 M dan meninggal tahun 1938 M. ia meneriakkan kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah yang menurut keyakinannya akan mendinamisasikan pergerakan Islam dan menjamin kemenangannya. Ia pula yang mencita-citakan Negara bagi umat Islam India, yang terwujud dengan berdirinya Negara Pakistan. Negara ini mendasarkan Islam sebagai sumber dari segala hukum dan perundang-undangan.
e.       Muhammad Ali Jinnah
Lahir di Karachi tahun 1876 M dan meninggal tahun 1948 M setahun lebih sebulan setelah lahirnya Negara Pakistan. Ia tidak banyak mengeluarkan gagasan, namun lebih banyak berbuat dan berjuang melaksanakan cita-cita pendahulunya. Perjuangannya mengahasilkan Negara dan masyarakat modern yang dibangun berdasarkan agama Islam. Ia mendapat gelar Qaid A’dlam atau pemimpin besar.
5.      Pembaruan Islam di Indonesia
Dalam Pembaruan Islam di Indonesia, para tokoh menjadikan pendidikan sebagai basis pergerakannya.
a.       K.H. Ahmad Dahlan
Ahmad Dahlan lahir di Kauman (Yogyakarta) pada tahun 1968 M dan meninggal pada tanggal 25 Februari 1921 M. Ia berasal dari keluarga yang didaktis dan terkenal alim dalam ilmu agama. Ayahnya bernama K.H. Abu Bakar, seorang imam dan khatib masjid besar Kraton Yogyakarta. Sementara ibunya bernama Siti Aminah, putri K.H. Ibrahim yang pernah menjabat sebagai penghulu di Kraton Yogyakarta.
Ia adalah putra keempat dari tujuh bersaudara, yaitu Katib Harum, Mukhsin atau Nur, Haji Shaleh, Ahmad Dahlan, ’Abd Al-Rahim, Muhammad Pakin dan Basir. Semenjak kecil, Dahlan diasuh dan dididik sebagai putera kiyai. Pendidikan dasarnya dimulai dengan belajar membaca, menulis, mengaji Al-Qur’an, dan kitab-kitab agama. Pendidikan ini diperoleh langsung dari ayahnya. Menjelang dewasa, ia mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu agama kepada beberapa ulama besar waktu itu. Diantaranya ia K.H. Muhammad Saleh (ilmu fiqh), K.H. Muhsin (ilmu nahwu), K.H. R. Dahlan (ilmu falak), K.H. Mahfudz dan Syekh Khayyat Sattokh (ilmu hadis), Syekh Amin dan Sayyid Bakri (qira’at Al-Qur’an), serta beberapa guru lainya.
Ketika berangkat haji dan bermukim di Makkah tahun 1903 M, Dahlan mulai berkenalan dengan ide-ide pembaharuan yang dilakukan melalui penganalisaan kitab-kitab yang dikarang oleh reformer Islam, seperti Ibn Taimiyah, Ibn Qoyyim al-Jauziyah, Muhammad bin Abd al-Wahab, Jamal-al-Din al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, dan lain sebagainya. Melalui kitab-kitab yang dikarang oleh reformer Islam, telah membuka wawasan Dahlan tentang Universalitas Islam. Ide-ide tentang reinterpretasi Islam dengan gagasan kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah mendapat perhatian khusus Dahlan saat itu.
Pada tanggal 18 November 1912 M, Ahmad Dahlan mendirikan organisasi sosial keagamaan Muhamadiyah bersama temannya dari Kauman, seperti Haji Sujak, Haji Fachruddin, haji Tamim, Haji Hisyam, Haji syarkawi, dan Haji Abdul Gani. Dengan tujuan untuk mendalami agama Islam di kalangan anggotanya sendiri dan menyebarkan agama Islam di luar anggota inti. Untuk mencapai tujuan ini, organisasi itu bermaksud mendirikan lembaga pendidikan, mengadakan rapat-rapat dan tabligh yang membicarakan masalah-masalah Islam, mendirikan wakaf dan masjid-masjid serta menerbitkan buku-buku, brosur-brosur, surat kabar dan majalah.
Ide pembaharuan K.H. Ahmad Dahlan mulai disosialisasikan ketika menjabat khatib di Masjid Agung Kesultanan, yaitu menggarisi lantai Masjid Besar dengan penggaris miring 241/2 derajat ke Utara. Menurut ilmu hisab yang ia pelajari, arah Kiblat tidak lurus ke Barat seperti arah masjid di Jawa pada umumnya, tapi miring sedikit 241/2 derajat. Selain itu masih ada beberapa pemikirannya yang lain, yaitu:
1)      Ia menolak taqlid
2)      Upacara selametan merupakan perbuatan bid’ah dan pengkeramatan kuburan Orang Suci dengan meminta restu dari roh orang yang meninggal akan membawa kemusyrikan (penyekutuan Tuhan).
3)      Mengenai tahlil dan talqin, menurutnya, hal itu merupakan upacara mengada-ada (bid’ah).
4)      Kepercayaan pada jimat yang sering dipercaya oleh orang-orang Keraton maupun daerah pedesaan, akan mengakibatkan kemusyrikan.
5)      Mendirikan sekolah dengan sistem gubernemen dan disempurnakan dengan penambahan mata pelajaran agama. Ia berusaha untuk mengislamkan berbagai segi kehidupan yang tidak Islami.
b.         K.H. Hasyim Asy’ari
Nama lengkap K.H. Hasyim Asy’ari adalah Muhammad Hasyim Asy’ari ibn ‘Abd Al-Wahid. Ia lahir di Gedang, sebuah desa di daerah Jombang, Jawa Timur, pada hari selasa kliwon 24 Dzu Al-Qa’idah 1287 H. bertepatan dengan tanggal 14 Februari 1871 M dan meningal tahun tahun 1947 M di Tebuireng, Jombang Jawa Timur. Asal-usul dan keturunan K.H M.Hasyim Asy’ari tidak dapat dipisahkan dari riwayat kerajaan Majapahit dan kerajaan Islam Demak. Salasilah keturunannya, sebagaimana diterangkan oleh K.H. A. Wahab Hasbullah menunjukkan bahawa leluhurnya yang tertinggi ialah neneknya yang kedua iaitu Brawijaya VI. Ada yang mengatakan bahawa Brawijaya VI adalah Kartawijaya atau Damarwulan dari perkahwinannya dengan Puteri Champa lahirlah Lembu Peteng (Brawijaya VII).
Semasa hidupnya, ia mendapatkan pendidikan dari ayahnya sendiri, terutama pendidikan di bidang ilmu-ilmu Al-Qur’an dan literatur agama lainnya. Setelah itu, ia menjelajah menuntut ilmu ke berbagai pondok pesantren, terutama di Jawa, yang meliputi Shone, Siwilan Buduran, Langitan Tuban, Demangan Bangkalan, dan Sidoarjo, ternyata K.H. Hasyim Asy’ari merasa terkesan untuk terus melanjutkan studinya. Ia berguru kepada K.H. Ya’kub yang merupaka kiai di pesantren tersebut. Tidak cukup sampai disitu, setelah menikah ia berhaji dan menuntut ilmu di Makkah dengan guru Syekh Ahmad Amin Al-Athar, Sayyid Sultan ibn Hasyim, Sayyid Ahmad ibn Hasan Al-Athar, Syekh Sayyid Yamani, Sayyid Alawi ibn Ahmad As-Saqqaf, Sayyid Abbas Maliki, Sayid ‘Abd Allah Al-Zawawi. Syekh Shaleh Bafadhal, dan Syekh Sultan Hasyim Dagastani.
Pada tahun 1926 M K.H. Hasyim Asy’ari mendirikan partai Nahdatul Ulama (NU). Selain itu ia juga membentuk badan semacam koperasi yang bernama Syirkatul Inan li Murabathati Ahli al- Tujjar. Adapun ide-ide pembaharuannya antara lain:
1)      Membuka sistem pengajaran berjenjang
2)      Tetap mempertahankan ajaran-ajaran mazhab untuk menafsirkan al-Qur’an dan hadis dan pentingnya praktek tarikat.
3)      Tujuan utama ilmu pengetahan adalah mengamalkan.
4)      Belajar merupakan ibadah untuk mencari ridha Allah, yang mengantarkan manusia untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
5)      Etika dalam pendidikan, dimana guru harus membiasakan diri menulis, mengarang dan meringkas, yang pada masanya jarang sekali dijumpai.
c.       Ahmad Surkati
Nama lengkap Ahmad Surkati adalah Ahmad bin Muhammad Surkati al-Kharraj al-Anshari. Beliau lair pada tahun 1872 M di Afdu Donggala Sudan. Berasal dari keluarga yang taat beragama. Mempunyai ayah yang konon masih ada hubungan dengan Jabir Abdullah al-Anshari, nama ayahnya adalah Muhammad. Masa kecil Amad surkati berada dalam keluarga yang taat beragama, sehingga secara tidak langsung ia mendapatkan dasar-dasar agama dari orang tuanya. Ia didik dengan cara Islami, Ia belajar agama, membaca, menulis, menghafal al-Quran.
Pada usia 22 tahun Ahmad Surkati menunaikan ibadah haji, kemudian menetap di Madinah selama 4 tahun. Di Madinah Amad Surkati belajar berbagai disiplin ilmu, seperti fiqh, tafsir, hadis. Setelah 4 tahun berlalau Ahmad Surkati pindah ke Makkah, Ahmad Surkati berada di makkah selama 11 tahun, Amad Surkati belajar kepada seorang guru yang bernama Yusuf al-khayyat. Pada saat berumur 34 tahun, Ahmad Surkati telah memperoleh ijazah tertinggi guru agama dari pemerintah Istanbul Turki, bahkan Ahmad Surkati menjadi pelajar pertama di Sudan yang memperoleh ijazah tersebut. Di Arab, Ahmad Surkati masuk empat besar.
Untuk mendukung perombakan dan reformasi pendidikan Islam Indonesia, ia mendirikan pendidikan berjenjang. Ia mendirikan lembaga pendidikan al-Irsyad tanggal 6 September 1914 (15 Syawwal 1332 H) yang mempunyai prinsip gerakan sebagai berikut:
1)      Untuk mengukuhkan doktrin persatuan dengan membersihkan shalat dan doa dari kontaminasi unsur politheisme.
2)      Untuk mewujudkan kesetaraan di antara kaum muslim dan mencari dalil yang shahih dalam al-Quran dan sunnah serta mengikuti jalan yang benar untuk semua solusi masalah agama yang diperdebatkan.
3)      Untuk memerangi taqlid am (penerimaan membabi buta) yang bertentangan dengan dalil aqli dan naqli.
4)      Untuk mensyiarkan pengetahuan alam sesuai Islam dan menyebarkan kkebudayaan arab yang sesuai dengan ajaran Allah.
5)      Mencoba untuk menciptakan pemahaman dua arah antara dua muslim yaitu Indonesia dan Arab.
Inti dari prinsip-prinsip al-Irsyad adalah untuk menumbuhkan budaya ilmiah pada kalangan umat Islam, dengan merujuk kepada Al-Quran dan sunnah. Ketika budaya ilmia tumbuh subur dalam masyarakat Islam maka secara tidak langsung akan membentuk sebuah pola pikir yang berkarakter Islam dengan merujuk kepada al-Quran dan sunnah.
Ahmad Syurkati menyerap pemikiran Muhammad Abduh dalam basis perjuangannya, yaitu:
a)      Pemurnian Islam dari pengaruh dan kebiasaan yang merusak (the purification of Islam from corrupting influence and practices).
b)      Penyusunan kembali pendidikan tinggi bagi umat Islam (the reformation of muslim higher education).
c)      Mempertahankan Islam dari pengaruh Eropa dan serangan orang Nasrani (the defence of Islam againt European influence and Christian attack).[3]


[1] http://bigg0st.blogspot.co.id/2013/02/pembaharuan-islam_25.html
[2] https://harkaman01.wordpress.com/2013/01/14/pembaharuan-dalam-islam-dan-tokoh-tokohnya/
[3] http://amirsabri.blogspot.co.id/2013/01/gagasan-dan-gerakan-pembaharuan-islam.html
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

silahkan berkomentar asal sopan