Monday, April 2, 2018

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013



Kurikulum secara etimologi berasal dari currere dengan arti meliputi berlari cepat, menuju dengan cepat, menjalani dan berusaha mencapai sesuatu.  Secara umum Kurikulum dimaknai sebagai seperangkat rencana dan aturan terkait isi dan bahan pembelajaran yang dijadikan pedoman dalam kegiatan pembelajaran. Adapun Kurikulum 2013 adalah Kurikulum yang diberlakukan pada sistem pendidikan indonesia saat ini, menggantikan Kurikulum 2006/KTSP. Kurikulum ini berisi rancangan dan pengorganisasian materi pembelajaran beserta metodenya dengan basis pengembangan kompetensi dan karakter peserta didik.
Tujuan utama dari Kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap, ketrampilan dan pengetahuan secara terintegrasi. Fokus dari Kurikulum 2013 meliputi pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik, memadukan pengetahuan, sikap dan ketrampilan sehingga dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya secara kontekstual.
Kurikulum 2013 memiliki beberapa karakteristik yang membedakan Kurikulum tersebut dengan Kurikulum sebelumnya. Adapun karakteristik yang dimaksud antara lain menggunakan pendekatan alamiah, dapat dijadikan landasan untuk mengembangkan kemampuan yang lain serta menjadikan beberapa bidang studi tertentu sebagai sarana untuk mengembangkan kompetensi dan ketrampilan siswa.

Implementasi Kurikulum 2013
Langkah-langkah implementasi kurikulum 2013 tidak jauh berbeda dengan tahap-tahap implementasi kurikulum pada umumnya. Pada dasarnya, implementasi kurikulum 2013 terbagi menjadi beberapa tahap yakni perencanaan pembelajaran, pengorganisasian materi pembelajaran, pemilihan pendekatan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran serta penetapan kriteria keberhasilan.
a.      Perancanaan Pembelajaran
Implementasi Kurikulum 2013 merupakan aktualisasi kurikulum dalam pembelajaran sekaligus pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik. Oleh karena itu guru dituntut agar aktif dalam menciptakan dan menumbuhkan berbagai kegiatan sesuai rencana yang telah diprogramkan. Guru dapat meranacang pembelajaran efektif dan bermakna dengan prosedur sebagai berikut.
1.      Pemanasan dan Apersepsi
Pemanasan dan apersepsi sangat penting dilakukan untuk menjajaki penegtahuan peserta didik. Pemanasan dan apersepsi dapat dilakukan dengan prosedur berikut.
a.       Pembelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami peserta didik.
b.      Peserta didik dimotivasi dengan bahan ajar yang menarik dan berguna bagi kehidupan mereka.
c.       Peserta didik digerakkan agar tertarik untuk mengetahui hal-hal baru.
2.      Eksplorasi
Eksplorasi adalah tahapan kegiatan pembelajaran untuk mengenalkan bahan ajar dan mengaitkannya dengan pengetahuan yang dimiliki peserta didik. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
a.       Perkenalkan materi standar dan kompetensi dasar pada peserta didik.
b.      Kaitkan materi dan kompetensi dasar yang baru dengan pengetahuan dan kompetensi yang telah dimiliki peserta didik.
c.       Pilihlah metode yang tepat dan gunakan secara bervariasi untuk meningkatkan daya serap peserta didik terhadap materi pembelajaran dan kompetensi baru.
3.      Konsolidasi
Konsolidasi merupakan kegiatan untuk mengaktifkan peserta didik dalam pembentukan kompetensi dan karakter. Konsolidasi pembelajaran dapat dilakukan dengan prosedur berikut.
a.       Libatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi pembelajaran.
b.      Libatkan peserta didik secara aktif dalam proses problem solving, terutama dalam masalah-masalah aktual.
c.       Letakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi pembelajaran dengan berbagai aspek kegiatan dan kehidupan di masyarakat.
d.      Pilihlah metode yang tepat agar materi pembelajaran dapat diolah dan diproses menjadi kompetensi dan karakter peserta didik.
4.      Pembentukan Sikap, Kompetensi dan Karakter
Pembentukan sikap, kompetensi dan karakter peserta didik dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut.
a.       Dorong peserta didik untuk menerapkan konsep, pengertian, kompetensi dan karakter yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari.
b.      Praktekkan pembelajaran secara langsung, agar peserta didik dapat membangun sikap, kompetensi, dan karakter baru dalam kehidupan sehari-hari.
c.       Gunakan metode yang paling tepat agar terjadi perubahan sikap, kompetensi  dan karakter peserta didik secara nyata.
5.      Penilaian Formatif
Penilaian formatif perlu dilaksanakan sebagai evaluasi dan perbaikan kualitas pembelajaran. Pelaksanaan prosedur penilaian formatif adalah sebagi berikut.
a)      Kembangankan teknik penilaian hasil pembelajaran peserta didik.
b)      Gunakan hasil penilaian tersebut untuk menganalisis kelemahan atau kekurangan peserta didik dan masalah-masalah yang dihadapi guru dalam membentuk karakter dan kompetensi peserta didik.
c)      Pilihlah metode yang tepat sesuai dengan kompetensi yang dicapai.
Rencana pembelajaran tersebut dapat terlaksana secara optimal dengan catatan peserta didik harus dilibatkan secara aktif, karena mereka adalah pusat dari kegiatan pembelajaran yang berbasis pembentukan kompetensi dan karakter.
b.      Pengorganisasian Pembelajaran
Pengorganisasian pembelajaran dalam implementasi kurikulum 2013 meliputi lima aspek yaitu pelaksanaan pembelajaran, pengadaan dan pembinaan tenaga ahli, pendayagunaan lingkungan dan sumberdaya masyarakat, serta pengembangan dan penataan kebijakan.
1.      Pelaksanaan Pembelajaran.
Pembelajaran berbasis kurikulum 2013 yang identik dengan pengembangan kompetensi dan karakter harus dilaksanakan berdasarkan kebutuhan dan karakter peserta didik, serta kompetensi pada umumnya.
Ada beberapa faktor yang hendaknya dijadikan pertimbangan dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis kurikulm 2013 yang dilakukan dengan pendekatan tematik integratif, beberapa hal yang dimaksud antara lain sebagai berikut.
a)      Mengintegrasikan pembelajaran dengan kehidupan masyarakat di lingkungan sekitar sekolah.
b)      Mengidentifikasi kompetensi dan karakter sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi peserta didik.
c)      Mengembangkan indikator setiap kompetensi dan karakter agar relevan dengan perkembangan peserta didik.
d)     Menata struktur organisasi dan mekanisme kerja yang jelas serta menjalin kerja sama di antara para fasilitator dan tenaga kependidikan lain.
e)      Merekrut tenaga kependidikan yang memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap sesuai dengan tugas dan fungsinya.
f)       Melengkapi sarana dan prasarana belajar secara memadahi.
g)      Menilai program pembelajaran secara berkala dan berkesinambungan untuk melihat keefektifan dan ketercapaian kompetensi belajar.
2.      Pengadaan dan pembinaan tenaga ahli.
Proses implementasi kurikulum 2013 agar mencapai hasil yang maksimal maka perlu adanya pendampingan guru selaku pelaksana kurikulum di lapangan. Pendamping tersebut haruslah berasal dari tenaga ahli yang memiliki sikap, pribadi, kompetensi dan ketrampilan terkait praktik pembelajaran berbasis kurikulum 2013. Hal itu dilakukan dengan maksud agar setiap personil guru memiliki pemahaman dan kompetensi yang menunjang pelaksanaan pembelajaran tematik inegratif dengan tujuan mengembangkan potensi peserta didi secar optimal.
3.      Pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar.
Para guru maupun fasilitator dituntut untuk mendayagunakan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial, serta menjalin kerja sama dengan unsur-unsur terkait yang dipandang dapat menunjang pengembangan mutu pembelajaran. Hal itu dilalukan guna menyukseskan implementasi kurikulum 2013.
4.      Pengembangan kebijakan sekolah.
Ada beberapa kebijakan sekolah yang relevan dalam membantu kelancaran pengembangan pembelajaran berbasis kurikulum 2013, yaitu:
a.       Memprogramkan perubahan kurikulum sebagai bagian itegral dari program sekolah secara keseluruhan.
b.      Menganggarkan biaya operasional pembelajaran sebagai bagian anggaran sekolah.
c.       Meningkatkan mutu dan kualitas guru serta fasilitator agar dapat bekerja secara profesional.
d.      Menyediakan sarana dan prasaranayang memadai untuk kepentingan belajar.
e.       Menjalin kerja sama yang baik secara resmi dengan unsur terkait guna meningkatkan mutu pembelajaran. Misalnya kerja sama dengan pesantren, perusahaan, atau tokoh masyarakat.
c.       Pemilihan Pendekatan
Pembelajaran dengan pendekatan andragogi sangat dianjurkan dalam implementasi kurikulum 2013, karena menempatkan peran peserta didik lebih dominan dalam pembelajaran. Beberapa prinsip pembelajaran dalam pendekatan andragogi layak diadobsi dalam pembelajaran berbasis pedagogi. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh peserta didik berdasarkan atas kebutuhan dan minat peserta didik bukan berdasarkan kehendak guru dan fasilitator. Karena aktifitas pembelajaran didasarkan pada karakteristik, kebutuhan dan pengalaman peserta didik, maka penyelenggaraan proses pembelajaran harus berbasis aktif learning. Berikut ini adalah beberapa metode pembelajaran yang cocok digunakan alam rangka implementasi kurikulum 2013 yaitu contextual teaching and learning, role playing, participative teaching and learning, mastery learning, constructivism teaching and learning.
d.      Pelaksanaan Pembelajaran
Orientasi utama dalam kegiatan pembelajaran berbasis implementasi kurikulum 2013 adalah pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik. Oleh karena itu, kompetensi dasar, komptensi inti, materi pembelajaran, indikator keberhasilan belajar dan waktu pelaksanaan pembelajaran harus ditetapkan sesuai dengan kepentingan pembelajaran sehingga peserta didik memperoleh kesempatan dan pengalaman belajar secara optimal.
Kegiatan pembelajaran pada umumnya mencakup kegiatan awala, kegiatan inti dan kegiatan akhir,
1.      Kegiatan Awal
Langkah awal pembelajaran berbasis kurikulum 2013 meliputi pembinaan keakraban dan pre-test. Pembinaan keakraban bertujuan untuk menciptakan hubungan yang harmonis antara guru dan murid sehingga tercipta iklim pembelajaran yang kondusif. Pembinaan keakraban biasanya dilakukan pada pertemuan pertama pada sesi perkenalan. Adapun langkah-langkah pembinaan keakraban adalah sebagai berikut.
a)      Guru memperkenalkan diri kepada murid dengan memberi salam, meneybut nama, alamat, pendidikan terakhir dan tugas pokoknya disekolah.
b)      Peserta didik masing-masing memperkenalkan diri dengan memberi salam, menyebut nama, alamat, pengalaman dalam kehidupan sehari-hari dan alasan memilih sekolah ini.
Langkah berikutnya setalah pembinaan keakraban adalah memberi pre-test. Adapun fungsi dari pre-test adalah sebagai berikut.
a)      Menyiapkan peserta didik dalam proses belajar.
b)      Mengetahui perkembangan peserta didik terkait materi pembelajaran yang akan dipelajari.
c)      Mengetahui kemampuan awal yang dimiliki peserta didik.
d)     Mengetahui dari mana seharusnya proses pembelajaran dimulai.
Sebaiknya pre-test dilakukan secara tertulis agar peserta didik dapat mencurahkan gagasannya secara maksimal.
2.      Kegiatan Inti
Kegiatan inti pembelajaran meliputi penyampaian informasi, membahas materi, melakukan tukar pengalaman dan pendapat terkait materi pelajaran, atau memecahkan masalah yang dihadapi bersama. Dalam aktifitas pembelajaran, peserta didik dibantu oleh guruuntuk membentuk kompetens dan karakter.
Prosedur yang ditempuh dalam proses pembentukan karakter dan kompetensi pada peserta didik adalah sebagai berikut.
a)      Guru menjelaskan kompetensi minimal yang harus dicapai peserta didik dan cara individual.
b)      Guru menyampaikan materi pembelajaran secara logis dan sistematis. Pokok bahasan ditulis dengan jelas.
c)      Membagikan hand out atau fotokopi materi yang hendak dipelajari.
d)     Membagikan lembaran kegiatan kepada peserta didik. Lembaran kegiatan berisi tugas terkait materi yang disampaikan guru.
e)      Guru memantau dan memeriksa kegiatan peserta didik dalam mengerjakan lembar kegiatan serta memberi arahan bila diperlukan.
f)       Setelah selesai, pekerjaan siswa kemudian ditukarkan dengan temannya, lalu guru menjelaskan jawaban yang benar.
g)      Kekeliruan dan kesalahan jawaban dapat diperbaiki oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti.
Keterlibatan peserta didik secara optimal diperlukan dalam proses pembentukan karakter dan kompetensi agar hasil yang dicapai dapat maksimal.
3.      Kegiatan Akhir
Pada umumnya, pelaksanaan pembelajaran di akhiri dengan pemberian post-test. Post-test memiliki banyak manfaat antara lain:
a)      Mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditentukan, baik individu maupun kelompok.
b)      Mengetahui kompetensi-kompetensi dan tujuan pembelajaran yang telah dicapai peserta didik serta mengetahui kompetensi-kompetensi dan tujuan pembelajaran yang belum dikuasai peserta didik.
c)      Mengetahui siapa saja diantar para peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan remidial, pengayaan, serta mengetahui tingkat kesulitan belajar yang dialami peserta didik.
d)     Sebagai acuan untuk perbaikan materi dan proses pembelajaran, baik dari segi perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi.
e.       Penetapan Kriteria Keberhasilan
Keberhasilan proses pembelajaran dalam mebentuk komptensi dan karakter peserta didik dapat dilihat dalam jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang dengan kriteria sebagai berikut.
1)      Kriteria jangka pendek
a)      Sekurang-kurangnya 75% materi dan prinsip-prinsip pembelajaran dapat dipahami dan diterapkan oleh peserta didik dan guru di kelas.
b)      Sekurang-kurangnya 75% peserta didik merasa mendapat kemudahan, kesenangan dan motivasi belajar yang tinggi.
c)      Para peserta didik berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran.
d)     Materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan peserta didik memandang materi tersebut sangat bermanfaat bagi kehidupannya kelak.
e)      Pembelajaran yang dikembangkan dapat menumbuhkan minat bagi peserta didik untuk belajar lebih lanjut.
2)      Kriteria jangka menengah
a)      Adanya feedback bagi guru terkait pembelajaran yang telah terlaksana bersama peserta didik.
b)      Peserta didik menjadi kreatif dan mampu menghadapi berbagai masalah yang dihadapinya.
c)      Peserta didik tidak memberikan pengaruh negatif terhadap masyarakat atau lingkungannya dengan cara apapun.
3)      Kriteria jangka panjang
a)      Adanya peningkatan mutu pendidikan yang dicapai oleh pihak sekolah.
b)      Adanya peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan serta penggunaan sumber-sumber pendidikan.
c)      Adanya peningkatan partisipasi masyarakat sekitar sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.
d)     Adanya peningkatan tanggung jawab kepala sekolah terhadap pemerintah.
e)      Adanya kompetisi yang sehat antar sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan.
f)       Tumbuhnya kemandirian dan berkurangnya ketergantungan dikalangan warga sekolah.
g)      Terwujudnya proses pembelajaran yang efektif.
h)      Terciptanya iklim sekolah yang nyaman, aman dan tertib, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara menyenangkan.
i)        Adanya evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan.
Demikianlah sedikit uraian tentang implementasi kurikulum 2013. Semoga bisa memberi sedikit pencerahan dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis kurikulum 2013 di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA
Mulyasa. 2017. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Friday, March 30, 2018

PENELITIAN KORELASIONAL




Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel.[1]
Penelitian korelasi dilakukan, saat peneliti ingin mengetahui tentang ada atau tidaknya dan kuat lemahnya suatu hubungan variabel yang berkaitan dalam suatu objek atau subjek yang diteliti. Terdapatnya suatu hubungan dan tingkat variabel ini penting, karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian.[2]
Penelitian korelasi merupakan salah satu bagian penelitian ex-postfacto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi.[3]
Penelitian korelasi ini berhubunngan dengan penilaian antara dua atau lebih fenomena.jenis penelitian ini biasanya melibatkkan ukuran statistik tingkat/derajat hubungan,yang disebut korelasi (Syamsudin & Damiyanti: 2011). Adanya korelasi antara dua variabel atau lebih, tidak berarti adanya pengaruh atau hubungan sebab-akibat dari suatu variabel terhadap variabel lainnya. Korelasi positif berarti nilai yang tinggi dalam suatu variabel berhubungan dengan nilai yang tinggi pada variabel yang lain. Korelasi negatif berarti nilai yang tinggi pada suatu variabel berhubungan dengan nilai yang rendah pada variabel lainnya. Korelasi yang tinggi antara tinggi badan dan berat badan, tidak berarti badan yang tinggi menyebabkan badan yang berat, tetapi antara keduanya memiliki hubungan kesejajaran. Bisa juga terjadi yang sebaliknya yaitu ketidaksejajaran (korelasi negatif), badan yang tinggi tetapi berat yang rendah (ringan).[4]
Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mengidentifikasi hubungan prediktif dengan menggunakan teknik korelasi atau teknik statistik. Hasil penelitian korelasional juga mempunyai implikasi untuk pengambilan keputusan.[5] Secara khusus, tujuan penelitian korelasional adalah: (1) untuk mencari bukti terdapat tidaknya hubungan (korelasi) antarvariabel, (2) bila sudah ada hubungan, untuk melihat tingkat keeratan hubungan antarvariabel, dan (3) untuk memperoleh kejelasan dan kepastian apakah hubungan tersebut berarti (meyakinkan/significant) atau tidak berarti (tidak berarti/insignificant).[6]

Proses Dasar Penelitian Korelasional
Ada beberapa langkah yang dilakukan dalan penelitian korelasional antara lain meliputi identifikasi masalah, pemilihan instrumen dan sampel, merumuskan desain dan prosedur penelitian, merumuskan teknik analisis data dan interpretasi.
Pemilihan Masalah
Studi korelasional dapat dirancang untuk menentukan variabel mana dari suatu daftar yang mungkin berhubungan maupun untuk menguji hipotesis mengenai hubungan yang diharapkan. Variabel yang dilibatkan harus diseleksi berdasarkan penilaian deduktif dan penalaran induktif. Dengan kata lain, hubungan yang akan diselidiki harus didukung oleh teori atau diturunkan dari pengalaman.[7]
Sampel dan Pemilihan Instrumen
Sampel untuk studi korelasional dapat dipilih dengan memakai metode sampling yang bisa diterima, dan 30 subjek dirasa sebagai ukuran sampel minimal yang bisa diterima. Dalam suatu penilitian, merupakan hal penting untuk memilih dan mengembangkan pengukuran yang reliabel dan valid terhadap suatu variabel yang hendak diteliti. Bila variabel tidak memadai dikumpulkan, maka koefisien korelasi yang diperoleh akan mewakili estimasi tingkat korelasi yang kurang bahkan tidak akurat. Kemudian bila pengukuran yang dilakukan tidak secara nyata benar-benar mengukur variabel yang diinginkan, maka koefisien yang dihasilkan tidak akan mengindikasikan hubungan yang diinginkan.[8]
Desain dan Prosedur
Desain korelasional dasar tidaklah rumit; dua atau lebih skor yang diperoleh dari setiap jumlah sampel yang dipilih, satu skor untuk setiap variabel yang diteliti, dan skor berpasangan kemudian dikorelasikan. Koefisien korelasi yang dihasilkan mengindikasikan tingkatan atau derajat hubungan antara kedua variabel tersebut. Studi yang berbeda menyelidiki sejumlah variabel, dan beberapa penggunaan prosedur statistic yang kompleks, namun desain dasar tetap sama dalam semua studi korelasional.[9]
Analisis Data dan Interpretasi
Bila dua variabel dikorelasikan hasilnya adalah koefisien korelasi. Suatu koefisien korelasi angka desimal, antara 0,00 dan + 1,00, atau 0,00 dan – 1,00, yang mengindikasikan derajat hubungan dua variabel. Jika koefisien mendekati + 1,00; kedua variabel tersebut mempunyai hubungan positif. Hal ini berarti bahwa seseorang dengan skor yang tinggi pada suatu variabel akan memiliki skor yang tinggi pula pada variabel yang lain, suatu peningkatan pada suatu variabel berhubungan/diasosiasikan dengan peningkatan pada variabel lain. Jika koefisien korelasi tersebut mendekati 0,00 kedua variabel tidak berhubungan. Hal ini berarti bahwa skor seseorang pada suatu variabel tidak mengindikasikan skor orang tersebut pada variabel lain. Jika koefisien tersebut mendekati -1,00, kedua variabel memiliki hubungan yang sebaliknya(negatif). Hal ini berarti bahwa seseorang dengan skor tinggi pada suatu variabel akan memiliki skor yang rendah pada variabel lain; peningkatan pada suatu akan diasosiasikan dengan penurunan pada variabel lain, dan sebaliknya
Interpretasi suatu koefisien korelasi tergantung pada bagaimana ia akan digunakan. Dengan kata lain, seberapa besar ia diperlukan agar bermanfaat tergantung pada tujuan perhitunganya. Dalam studi yang dirancang untuk menyelidiki atau hubungan yang dihipotesiskan, suatu koefisien korelasi diinterprestasikan dalam istilah signifikansi statistiknya. Dalam studi prediksi,signifikansi statistik merupakan nilai kedua dari koefisien dalam memudahkan prediksi yang akurat. Signifikansi statistik mengacu pada apakah koefisiensi yang diperoleh berbeda secara nyata dari zero (0) dan mencerminkan suatu hubungan yang benar,bukan suatu kemungkinan hubungan, keputusan berdasarkan signifikansi statistik dibuat pada suatu level kemungkinan (probability) yang diberikan. Dengan kata lain, berdasarkan ukuran sampel yang diberikan, anda tidak dapat menentukan secara positif apakah ada atau tidak ada hubungan yang benar antara dua variabel,tetapi anda dapat mengatakan secara probabilitas ada atau tidak ada hubungan. Untuk menentukan signifikansi statistik, anda hanya mengonsultasikanya pada tabel yang dapat mengatakan pada anda seberapa besar koefisiensi anda diperlukan untuk menjadi signifikan pada level probabilitas yang diberikan. Untuk level probabillitas yang sama, atau level signifikansi yang sama, koefisien yang besar diperlukan bila sampel yang lebih kecl dilibatkan. Kita secara umum memiliki lebih banyak bukti dalam koefisien yang berdasarkan pada 100 subjek daripada 10 subjek. Dengan demikian, sebagai contoh, pada level bukti 95% dengan 10 kasus, anda akan memerlukan sekurangnya koefisien 0,6319 agar dapat menyimpulkan eksistensi suatu hubungan; di pihak lain, dengan 102 kasus anda hanya memerlukan koefisiensi 0,1946. Konsep ini berarti bahwa anda memerhatikan kasus tersebut ketika anda akan mengumpulkan data pada setiap anggoa populasi, bukan hanya sampel. Dalam kasus ini, tidak ada kesimpulan yang dilibatkan, dan tanpa memerhatikan seberapa kecil koefisiensi korelasi yang ada, itu akan mewakili derajat korelasi yang benar antara variabel untuk populasi tersebut.
Ketika penginterprestasian suatu koefisien korelasi, anda harus selalu ingat bahwa anda hanya berbicara tentang suatu hubungan, bukan hubungan sebab-akibat. Koefisiensi korelasi yang signifikan mungkn menyarankan hubungan sebab-akibat tetapi tidak menetapkanya. Hanya ada satu cara untuk menetapkan hubnungan sebab-akibat, yaitu eksperimen. Bila seseorang menemukan hubungan yang dekat antara dua variabel, hal itu sering sekali menggoda untuk menyimpulkan bahwa satu menyebabkan lain. Dalam kenyataan, itu mungkin tidak saling memengaruhi; mungkin terdapat variabel ketiga yang memengaruhi kedua variabel.[10]

Rancangan Penelitian Korelasional
Korelasi Bivariat
Rancangan penelitian bivariat adalah suatu rancangan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan antara dua variabel diukur. Hubungan tersebut memiliki tingkatan dan arah. Tingkat hubungan biasanya diungkapkan dalam angka antara -1 dan +1, yang dinamakan koefisien korelasi. Korelasi zero (0) mengindikasikan tidak ada hubungan. Koefisien korelasi yang bergerak ke arah -1 atau +1, merupakan korelasi sempurna pada kedua ekstrem. Suatu korelasi negatif berarti bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin rendah pula skor pada variabel lain atau sebaliknya. Korelasi positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain atau sebaliknya.
Regresi dan Prediksi
Jika terdapat korelasi antara dua variabel, dan kita mengetahui skor pada salah satu variabel, skor pada variabel ke dua dapat diprediksikan. Regresi merujuk pada seberapa baik kita dapat membuat prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik -1 maupun +1 prediksi kita dapat lebih baik.
Regresi Jamak
Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan penambahan beberapa variabel. Apa yang kita prediksikan disebut variabel kriteria. Sedangkan apa yang kita gunakan untuk membuat prediksi, variabel-variabel yang sudah diketahui disebut variabel prediktor.
Analisis Faktor
Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar variabel dikorelasikan dan terdapatnya antar korelasinya yang tinggi mengindikasikan suatu faktor penting yang umum.
Rancangan Korelasi yang Digunakan untuk Membuat Kesimpulan Kausal
Terdapat dua rancangan yang dapat digunakan untuk membuat pernyataan-pernyataan tentang sebab dan akibat menggunakan metode korelasional. Rancangan tersebut adalah rancangan analisis jalur dan rancangan panel lintas akhir. Analisis jalur digunakan untuk menentukan mana dari sejumlah jalur yang menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya. Desain panel lintas akhir mengukur dua variabel pada dua titik sekaligus.
Analisis Sistem
Desain ini melibatkan penggunaan prosedur matematika yang kompleks untuk menentukan proses dinamik, seperti perubahan sepanjang waktu, jerat umpan balik, serta unsur dan aliran hubungan.[11]
Kesalahan dalam Penelitian Korelasional
·         Peneliti berasumsi bahwa korelasi merupakan bukti sebab akibat.
·         Peneliti bertumpu pada pendekatan sekali tembak.
·         Peneliti memilih statistik yang tidak tepat.


[1] https://bintangkecilungu.wordpress.com/2010/10/31/metode-penelitian-korelasional-2/
[2] http://ayo-nambah-ilmu.blogspot.co.id/2016/06/metode-penelitian-korelasional-tujuan.html
[3] https://amanahtp.wordpress.com/2011/11/24/penelitian-korelasional/
[4] https://pangeransastra.wordpress.com/2014/10/13/penelitian-deskriptif-kuantitatif-penelitian-korelasi-dan-penelitian-ekspos-fakto/
[5] http://andriew.blogspot.co.id/2015/05/penelitian-korelasional.html
[6] http://cahayacintablog.blogspot.co.id/2013/02/penelitian-korelasi.html
[7] http://yudi-wiratama.blogspot.co.id/2014/01/proses-dasar-penelitian-korelasional.html
[8] http://ayo-nambah-ilmu.blogspot.co.id/2016/06/metode-penelitian-korelasional-tujuan.html
[9] http://eka-merdekawati.blogspot.co.id/2011/11/metode-penelitian-korelasional.html
[10] http://jati-rinakriatmaja.blogspot.co.id/2013/02/contoh-penelitian-korelasional.html
[11] http://yudi-wiratama.blogspot.co.id/2014/01/rancangan-penelitian-korelasional.html