Showing posts with label Kemuhammadiyahan. Show all posts
Showing posts with label Kemuhammadiyahan. Show all posts

Friday, December 7, 2018

MUHAMMADIYAH DI MASA ORDE LAMA




Orde Lama dalam sejarah politik Indonesia merujuk kepada masa pemerintahan Soekarno yang berlangsung dari tahun 1945 hingga 1967. Istilah ini tentu saja tidak digunakan pada saat itu, dan baru dicetuskan pada masa pemerintahan Soeharto yang disebut juga dengan Orde Baru.[1] Dalam jangka waktu tersebut, Indonesia menggunakan bergantian sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi komando. Di saat menggunakan sistem ekonomi liberal, Indonesia menggunakan sistem pemerintahan parlementer. Presiden Soekarno di gulingkan waktu Indonesia menggunakan sistem ekonomi komando. Di pemerintahan Soekarno malah terjadi pergantian sistem pemerintahan berkali-kali. Liberal, terpimpin, dsb mewarnai politik Orde Lama.[2]
Berdasarkan gambaran di atas dapat diketahui bahwa pemerintahan orde lama berlangsung terhitung sejak Indonesia memasuki kemerdekaanya. Selain itu kondisi politik dan ekonomi Indonesia masih belum stabil. Hal ini dikarenakan pemerintah saat itu sibuk mempertahankan kemerdekaan dari gangguan Belanda dan Inggris, serta sibuk memadamkan berbagai pemberontakan.
Muhammadiyah ikut aktif dalam perjuangan, ketika Indonesia masih berada diawal kemerdekaan. Orang-orang Muhammadiyah ikut Terjun dalam kancah revolusi di berbagai laskar kerakyatan hingga tahun 1953.[3] Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman adalah salah satu tokoh pejuang hasil didikan dan kader Muhammadiyah. Pada masa itu juga ia juga dikenal guru Kepala Sekolah Muhammadiyah dan Ketua Muhammadiyah di Cilacap. Pada saat berjuang mempertahankan kemerdekaan beliau tidak pernah lepas dari bersuci, tidak pernah batal wudhu,  dan selalu mengerjakan sholat tepat waktu walaupun dalam kondisi yang sangat genting sekalipun, hal-hal tersebutlah yang diterapkan oleh ajaran Muhammadiyah.[4]
Perkembangan Muhammadiyah di Masa Orde Lama.
Memasuki masa orde lama awal, Persyarikatan Muhammadiyah masih berada dibawah kepemimpinan Ki Bagus Hadikusumo. Beliau menjabat ketua umum PP Muhammadiyah sejak tahun 1942 sampai 1953. Ki Bagoes Hadikoesoemo atau Ki Bagus Hadikusumo (lahir di Jogjakarta, 24 November 1890 – meninggal di Jakarta, 4 November 1954 pada umur 63 tahun) adalah seorang tokoh BPUPKI. Ia dilahirkan di kampung Kauman dengan nama R. Hidayat pada 11 Rabi'ul Akhir 1308 H (24 November 1890). Ki Bagus adalah putra ketiga dari lima bersaudara Raden Kaji Lurah Hasyim, seorang abdi dalem putihan (pejabat) agama Islam di Kraton Yogyakarta. Pada tahun 1937, Ki Bagus diajak oleh Mas Mansoer untuk menjadi Wakil Ketua PP Muhammadiyah. Pada tahun 1942, ketika KH Mas Mansur dipaksa Jepang untuk menjadi ketua Putera(Pusat Tenaga Rakyat), Ki Bagus menggantikan posisi ketua umum yang ditinggalkannya. Posisi ini dijabat hingga tahun 1953.[5]
Ki Bagus Hadikusuma termasuk tokoh Muhammadiyah yang juga mengisi dan membentuk jiwa bagi gerakan Muhammadiyah. Pada periode ini dilahirkan Muqaddimah Anggaran dasar Muhammadiyah, sebagai rumusan singkat atas gagasan dan pokok-pokok pikiran KHA Dahlan (melalui murid-muridnya).
Perlu dicatat dalam sejarah, bahwa masa periode ini Muhammadiyah berani menentang pemerintah Dai Nippon yang mewajibkan “Syeikerai” (memuja Amaterasu Omikami dan Tenno Haika, syirik hukumnya), dalam hal ini Jepang mundur dan Muhammadiyah berhasil. Muhammadiyah ikut mendirikan Pasukan Hizbullah Sabilillah, Majelis Syurau Muslimin Indonesia (Masjumi) pengganti MIAI, dan mendirikan Asykar Perang Sabil (APS). Ketika opsir Jepang mewakili Indonesia bagian Timur minta penghapusan 7 kata dalam Piagam Jakarta yang sudah disepakati untuk pembukaan UUD 1945, dan mengancam akan memisahkan diri dari RI, maka ki Bagus Hadikusuma mencarikan solusi dengan mengganti dengan kata “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Pada Sidang Tanwir 1951 di Yogyakarta, diputuskan antara lain, Muhammadiyah tetap konsisten tidak akan berubah menjadi partai politik, “Sekali Muhammadiyah Tetap Muhammadiyah”. Selain itu juga menetapkan batas-batas otonomi Aisyiyah.
Pada Sidang Tanwir di Bandung tahun 1952, ditetapkan mempertahankan Muhammadiyah menjadi anggota Istimewa Partai Masjumi, dan mengadakan peremajaan dilingkungan Muhammadiyah. Pada Sidang Tanwir di Solo, 1953, diputuskan anggota Muhammadiyah hanya boleh memasuki partai yang berdasarkan Islam.[6]
Periode Kepemimpinan AR Sutan Mansur (1953-1959)
Ahmad Rasyid Sutan Mansur atau lebih dikenal sebagai AR Sutan Mansur lahir di Maninjau, Agam, Sumatera Barat, 15 Desember 1895 – meninggal di Jakarta, 25 Maret 1985 pada umur 89 tahun. Beliau terpilih sebagai Ketua Pusat Pimpinan (PP) Muhammadiyah ketika berlangsung Kongres Muhammadiyah ke-32 di Purwokerto tahun 1953. Tiga tahun berikutnya yakni pada Kongres ke-33 di Yogyakarta, dia terpilih kembali sebagai ketua PP Muhammadiyah. Lantas pada kongres ke-35 tahun 1962 di Yogyakarta, Sutan Mansur diangkat sebagai Penasehat PP Muhammadiyah sampai 1980.
Tercatat selama masa kepemimpinannya dua periode (1953-1959) dia berhasil merumuskan khittah (garis perjuangan) Muhammadiyah. Antara lain mencakup usaha-usaha menanamkan dan mempertebal jiwa tauhid, menyempurnakan ibadah dengan khusyuk dan tawadlu, mempertinggi akhlak, memperluas ilmu pengetahuan, menggerakkan organisasi dengan penuh tanggung jawab, memberikan contoh dan suri tauladan kepada umat, konsolidasi administrasi, mempertinggi kualitas sumber daya manusia, serta membentuk kader handal.
Dalam bidang fikih, Sutan Mansur dikenal sangat toleran. Dia misalnya tidak terlalu mempermasalahkan perbedaan pendapat dalam masalah furu'iyyah (hukum agama yang tidak pokok). Hasil Putusan Tarjih Muhammadiyah dipandangnya hanya sebagai sikap organisasi Muhammadiyah terhadap suatu masalah agama, itu pun sepanjang belum ditemukan pendapat yang lebih kuat. Karenanya HPT menurut dia tidak mengikat anggota Muhammadiyah.[7]
Periode H.M. Yunus Anies (1959 – 1962)
Muhammad Yunus Anis dilahirkan di kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 3 Mei 1903. Ayahnya, Haji Muhammad Anis, adalah seorang abdi dalem Kraton Yogyakarta. Berdasarkan surat kekancingan dari Swandana Tepas Dwara Putera Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat pada tahun 1961, disebutkan bahwa Yunus Anis masih ada hubungan kekerabatan dengan Sultan Mataram. Sejak kecil ia dididik agama oleh kedua orang tuanya dan datuknya sendiri, terutama membaca al-Qur'an dan pendidikan akhlaq. Pendidikan formalnya dimulai di Sekolah Rakyat Muhammadiyah Yogyakarta, kemudian dilanjutkan di Sekolah Al-Atas dan Sekolah Al-Irsyad di Batavia (Jakarta) yang dibimbing oleh Syekh Ahmad Syurkati, seorang kawan akrab Kiai Dahlan. Pendidikan yang diterima di sekolah tersebut membawa dirinya tampil sebagai pemimpin Islam di Indonesia yang tangguh.[8]
Yunus Anis dikenal pula sebagai organisator dan administrator. Berdasarkan bakat itu, Yunus Anis diminta membina bagian pemuda Hizbul Wathan. Hal itulah yang kemudian membuatnya dipercaya sebagai Pengurus Cabang Muhammadiyah Batavia, hingga kepemimpinannya semakin terlihat menonjol dan memperoleh kepercayaan dari keluarga besar Muhammadiyah. Maka tahun 1934-1936 dan 1953-1958, Yunus Anis dipercaya sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah.[9]
Setelah itu Yunus Anis dipercaya sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiah tahun periode 1959 hingga 1962. Muhammad Yunus Anis adalah salah satu tokoh pembaharu Muhammadiyah pada periodenya. Prinsip beliau beragama hanyalah satu yaitu al-Qur’an dan al-Hadits yang merupakan sumber kebenaran beragama. Dari hal tersebut tercerminlah perilaku beliau yang senantiasa menolak kebatilan dan kemungkaran.[10]
Periode K.H. Ahmad Badawi (1962 – 1968)
Penasihat Pribadi Presiden Soekarno dibidang agama (1963) ini lahir di Kauman Yogyakarta, pada tanggal 5 Februari 1902 sebagai putra ke-4. Ayahnya, K.H. Muham­mad Fakih (salah satu Pengurus Muhammadiyah pada tahun 1912 sebagai Komisaris), sedangkan ibunya bernama Nyai Hj. Sitti Habibah (adik kandung K.H. Ahmad Dahlan). Jika dirunut silsilah dari garis ayah, maka Ahmad Badawi memiliki garis keturunan dengan Panembahan Senopati. Dalam keluarga Badawi sangat kental ditanam­kan nilai-nilai agama. Hal ini sangat mempengaruhi perilaku hidup dan etika kesehariannya. Diantara saudara-saudaranya, Badawi memiliki kelebihan, yaitu senang berorganisasi. Hobinya ini menjadi ciri khusus baginya yang tumbuh sedari masih remaja, yaitu ketika ia masih menempuh pendi­dikan. Sejak masih belajar mengaji di pondok-pondok pesantren, dia sering membuat kelompok belajar/organisasi yang mendukung kelancaran proses mengajinya.[11]
K.H. Ahmad Badawi dipilih dalam Muktamar ke-35 di Jakarta tahun 1962. Muhammadiyah berjuang keras untuk mempertahankan eksistensinya agar tidak dibubarkan. Karena waktu itu politik dikuasai oleh PKI dan Bung Karno tahun 1965.[12]
Periode ini merupakan periode Muhammadiyah menghadapi PKI, dan kehidupan kenegaraan yang cenderung terkontaminasi politik PKI. Situasi Sosial Ekonomi sangat buruk, kemiskinan merajalela, gerak politik yang revolusioner yang tidak menentu. Pimpinan Muhammadiyah periode ini bertugas terus memperkokoh kekuatan umat Islam dalam melawan PKI dan antek-anteknya. Selain itu, menyelamatkan negara dengan pendekatan pada presiden agar tidak terseret jauh terpengaruh oleh politik PKI yang memusuhi umat Islam Indonesia.
Pada saatnya berhadapan dengan PKI, KHA Badawi dengan tegas menyatakan bahwa “Membubarkan PKI adalah ibadah”. Pada saat PKI berontak tahun 1965, Muhammadiyah telah siap menghadapinya dengan Tapak Suci (1963) dan pasukan KOKAM (1964), sehingga Muhammadiyah ikut aktif bersama pemerintah yang anti komunis untuk menumpak G.30 S/PKI.
Oleh pemerintah Muhammadiyah diberikan fungsi politik dapat duduk dalam DPR GR dan MPRS, dan para fungsionarisnya juga ada yang didudukkan dalam eksekutif. Namun kemudian, setelah situasi mereda, Muhammadiyah kembai pada khittahnya semula sebagai organisasi sosial keagamaan.[13]
Penutup
Kondisi negara Indonesia di masa orde lama masih belum stabil baik dari segi ekonomi maupun politik, pemerintah masih sibuk mempertahankan kemerdekaan NKRI dari serangan tentara Belanda dan Inggris serta memadamkan berbagai pemberontakan. Kondisi tersebut juga sangat berpengaruh bagi perkembangan Muhammadiyah saat itu. Hal itu terlihat ketika Muhammadiyah berusaha mempertahankan diri agar tidak dibubarkan oleh pemerintah, dikarenakan saat itu pemerintah dipengaruhi oleh PKI.
Demikianlah gambaran singkat mengenai perkembangan Muhammadiyah di masa Orde Lama, semoga artikel ini bermanfaat bagi pembaca terutama untuk referensi. Mohon maaf atas segala kekurangan dalam tulisan ini.


[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Orde_Lama
[2] http://meirinaannisa.blogspot.com/2015/10/keadaan-politik-dari-orde-lama-sampai.html
[3] http://sekolahmuonline.blogspot.com/2018/03/muhammadiyah-dari-masa-ke-masa.html
[4] https://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/17/06/05/or2pnt377-panglima-jenderal-sudirman-didikan-dan-kader-muhammadiyah
[5] http://sdmuhammadiyah1remu.blogspot.com/2016/12/10-tokoh-muhammadiyah.html
[6] https://kamatblog.wordpress.com/2013/04/09/sejarah-kepemimpinan-muhammadiyah-dari-masa-ke-masa/
[7] https://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Rasyid_Sutan_Mansur
[8] http://muhammadiyahstudies.blogspot.com/2010/03/muhammad-yunus-anis-dilahirkan-di.html
[9] https://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Yunus_Anis
[10] https://www.kompasiana.com/nithanasution8794/55200339a33311182ab6772f/h-m-yunus-anis-sosok-pemimpin-yang-kaya-akan-pengalaman
[11] http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-163-det-kh-ahmad-badawi.html
[12] http://sekolahmuonline.blogspot.com/2018/03/muhammadiyah-dari-masa-ke-masa.html
[13] https://kamatblog.wordpress.com/2013/04/09/sejarah-kepemimpinan-muhammadiyah-dari-masa-ke-masa/

Saturday, September 16, 2017

IDENTITAS MUHAMMADIYAH





A.    PENDAHULUAN
Selama ini Muhammadiyah dikenal sebagai salah satu organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam terbesar di Indonesia. Disebut sebagai organisasi terbesar karena Muhammadiyah memiliki banyak pimpinan cabang dan ranting diseluruh Indonesia serta Muhammadiyah memiliki banyak amal usaha di seluruh Indonesia.
Muhammadiyah selain dikenal sebagai ormas terbesar di Indonesia juga dikenal sebagai ormas Islam. Hal itu dikarenakan cita-cita dari organisasi Muhammadiyah adalah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Muhammadiyah disebut sebagai salah satu ormas Islam karena Muhammadiyah bukanlah satu-satunya ormas Islam di Indonesia. Hal ini dikarenakan ada banyak sekali ormas Islam yang ada di Indonesia yang memiliki warna, ciri khas dan tujuan masing-masing. Warna, ciri khas dan tujuan itulah yang mejnadi identitas suatu organisasi yang membedakan suatu organisasi yang satu dengan yang lain walaupun sama-sama berlabel ormas Islam.
Setelah mencermati uraian pendahuluan tersebut maka tujuan dari penulisan artikel ini adalah mengupas tentang identitas organisasi Muhammadiyah dengan maksud agar pembaca mengetahui perbedaan pokok antara Muhammadiyah dengan organisasi yang lain.
B.     IDENTITAS MUHAMMADIYAH
Identitas adalah suatu ciri-ciri atau tanda-tanda yang melekat pada diri seorang individu yang menjadi ciri khasnya.[1] Identitas Muhammadiyah adalah ciri-ciri atau sifat-sifat khusus yang dimiliki dan melekat pada Muhammadiyah, yang menunjukkan keunikan Muhammadiyah, dan membedakannya dengan organisasi lain. Ciri-ciri itu merupakan perwujudan dari nilai-nilai yang tumbuh, hidup dan berkembang dalam kehidupan Muhammadiyah.[2] Adapun identitas Muhammadiyah yang menjadi pembeda dengan organisasi yang lain antara lain : Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah, Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid.[3]
1.      Muhammadiyah sebagai gerakan Islam.
Muhammadiyah disebut sebagai gerakan Islam karena langkah geraknya berdasarkan prinsip ajaran Islam.[4] Adapun alasan yang lain ialah karena misi utama dari Muhammadiyah adalah menampilkan wajah Islam dalam wujud yang riil, kongkret, dan nyata, yang dapat dihayati, dirasakan, dan dinikmati oleh umat sebagai rahmatan lil’alamin.[5] Misi tersebut tertuang dalam cita-cita Muhammadiyah yakni “Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.”[6]
2.      Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar.
Alasan Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar tak lain karena Muhammadiyah menjadikan dakwah amar ma’ruf nahi munkar sebagai dasar perjuangannya. Semua amal usaha yang dibangun oleh Muhammadiyah bertujuan untuk dijadikan sarana dan wahana dakwah Islam sebagaimana yang diajarkan al-Quran dan as-Sunnah Shahihah.[7] Ciri Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar telah muncul sejak dari kelahirannya dan tetap melekat tak terpisahkan dalam jati diri Muhammadiyah. Sebagai gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar, Muhammadiyah bertanggung jawab untuk mengangkat agama Islam dari keterbelakangan atau kebodohan massif.[8]
3.      Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid.
Identitas Muhammadiyah yang ketiga adalah sebagai gerakan Tajdid, maksudnya adalah Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan atau gerakan reformasi. Secara istilah tajdid memiliki pengertian pemurnian dan peningkatan, pengembangan, modernisasi, dan yang semakna dengannya.[9] Tajdid menurut Muhammadiyah dibagi menjadi dua makna yaitu pemurnian dan dinamisasi. Adapun sasaran pemurnian Muhammadiyah adalah Aqidah umat Islam agar sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah. Aqidah umat Islam harus bersih dari unsur-unsur syirik, bid’ah, tahayul dan khurafat.[10] Adapun sasaran dinamisasi atau pembaruan Muhammadiyah adalah cara-cara penerapan agama Islam dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi cara penyelenggaraan pendidikan, cara penyantunan terhadap fakir miskin dan anak yatim, cara pengelolaan zakat fitrah dan zakat harta benda, cara pengelolaan rumah sakit, pelaksanaan sholat Id dan pelaksanaan kurba dan sebagainya.[11]
C.    KESIMPULAN
Identitas Muhammadiyah adalah ciri-ciri atau sifat-sifat khusus yang dimiliki dan melekat pada Muhammadiyah, yang menunjukkan keunikan Muhammadiyah, dan membedakannya dengan organisasi lain. Ada tiga ciri yang menjadi identitas gerakan Muhammadiyah yaitu gerakan islam, gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan gerakan tajdid.


[1] http://www.informasiahli.com/2016/06/apakah-itu-identitas.html
[2] http://www.suaramuhammadiyah.id/2017/02/28/identitas-muhammadiyah/
[3] http://tugas-aik-276.blogspot.co.id/2014/11/identitas-dan-asas-muhammadiyah.html
[4] http://mustainarif.blogspot.co.id/2012/11/materi-kemuhammadiyahan-sma.html
[5] https://tugaskuliahhome.blogspot.co.id/2017/01/identitas-muhammadiyah.html
[6] http://www.stikesmuhbojonegoro.ac.id/index.php/main/article/read/16/asas-maksud-dan-tujuan-muhammadiyah
[7] http://infoapapunada.blogspot.co.id/2013/04/muhammadiyah-deskripsi-singkat-tentang.html
[8] http://rahmidwik.blogspot.co.id/2008/12/muhammadiyah.html.
[9] http://infoapapunada.blogspot.co.id/2013/04/muhammadiyah-deskripsi-singkat-tentang.html
[10] https://www.slideshare.net/erickkuswanto54/muhammadiyah-sebagai-gerakan-islam-berwatak-tajdid
[11] https://tugaskuliahhome.blogspot.co.id/2017/01/identitas-muhammadiyah.html

Saturday, July 15, 2017

MANHAJ MUHAMMADIYAH





Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang memiliki cita-cita “Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Yang dimaksud dengan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya adalah masyarakat yang mengamalkan ajaran Islam secara menyeluruh dan bersih dari tahayul bid’ah dan khurofat.
Misi utama dari organisasi Muhammadiyah sejak awal berdirinya adalah melakukan pembaruan pemahaman Islam dan cara berpikir umat Islam di Indonesia. Artinya umat Islam diajak untuk bertauhid dengan benar dan meninggalkan praktik-praktik keagamaan yang menyimpang. Selain itu umat Islam diajak agar tidak menutup diri dari perkembangan zaman.
Seiring dengan perkembangan zaman gerakan Muhammadiyah mulai menampakkan perkembangan yang signifikan sehingga menjadi organisasi yang besar. Walaupun demikian perkembangan tersebut tidak diimbangi dengan perkembangan pemahaman keagamaan warga dan simpatisan Muhammadiyah. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya warga dan simpatisan Muhammadiyah yang praktik keagamaannya menyimpang dari cita-cita Muhammadiyah.
Warga Muhammadiyah diharapkan agar mempelajari dan menghayati manhaj Muhammadiyah agar dalam mengamalkan ajaran Islam sesuai dengan apa yang dicita-citakan oleh Muhammadiyah sejak awal berdirinya. Dengan demikian Muhammadiyah dapat mencapai cita-citanya bukan malah terhambat oleh warganya sendiri.
Pengertian Manhaj Muhammadiyah
Manhaj ialah kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan yang digunakan bagi setiap pelajaran-pelajaran ilmiyah, seperti kaidah-kaidah bahasa arab, ushul ‘aqidah, ushul fiqih, dan ushul tafsir di mana dengan ilmu-ilmu ini pembelajaran dalam Islam beserta pokok-pokoknya menjadi teratur dan benar.[1] Adapun yang dimaksud dengan manhaj Muhammadiyah adalah kaidah-kaidah pemahaman ajaran Islam menurut Muhammadiyah.
Ruang Lingkup Manhaj Muhammadiyah
Ruang lingkup pembahasan manhaj Muhammadiyah pada dasarnya meliputi seluruh aspek ajaran Islam. Adapun garis besar isi manhaj Muhammadiyah adalah sebagai berikut.
1.      Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad S.A.W. ialah apa yang diturunkan Allah dalam Alquran dan yang disebut dalam Sunnah maqbulah, berupa perintah-perintah, larangan-larangan, dan petunjuk-petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat.
2.      Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah Agama Allah yang diwahyukan kepada para Rasul-Nya sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan seterusnya sampai kepada Nabi Muhammad S.A.W., sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa, dan menjamin kesejahteraan hidup materiil dan spirituil, duniawi dan ukhrawi.
3.      Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidang-bidang: (a) ‘Aqidah; Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah Islam yang murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid’ah dan khurafat, tanpa mengabaikan prinsip toleransi menurut ajaran Islam; (b) Akhlaq; Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlaq mulia dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran Alquran dan Sunnah Rasul, tidak bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia; (c) ‘Ibadah; Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ‘ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah S.A.W. tanpa tambahan dan perubahan dari manusia; (d) Mu’amalah dunyawiyat; Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya mu’amalah dunyawiyat (pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran Agama serta menjadikan semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ‘ibadah kepada Allah S.W.T.
4.      Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah agama untuk penyerahan diri semata-mata karena Allah, agama semua Nabi, agama yang sesuai dengan fitrah manusia, agama yang menjadi petunjuk bagi manusia, agama yang mengatur hubungan dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan sesama, dan agama yang menjadi rahmat bagi semesta alam. Islam satu-satunya agama yang diridhai Allah dan agama yang sempurna.
5.      Bahwa dasar muthlaq untuk berhukum dalam agama Islam adalah Alquran dan Sunnah. Bahwa di mana perlu dalam menghadapi soal-soal yang telah terjadi dan sangat dihajatkan untuk diamalkannya, mengenai hal-hal yang tak bersangkutan dengan ‘ibadah mahdhah padahal untuk alasan atasnya tiada terdapat nash sharih dalam Alquran dan Sunnah maqbulah, maka dipergunakanlah alasan dengan jalan ijtihad dan istinbath dari nash yang ada melalui persamaan ‘illat, sebagaimana telah dilakukan oleh ‘ulama salaf dan Khalaf.[2]
Itulah sekilas uraian tentang manhaj Muhammadiyah semoga dapat menjadi pencerahan bagi warga muhammadiyah dan menjadi motivasi untuk mengkaji dan memperdalam ajaran agama Islam sebagai langkah untuk menghidupkan lagi semangat tajdid Muhammadiyah.





[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Minhaj
[2] https://pandikalbar.wordpress.com/paham-keagamaan-muhammadiyah/